Rania Alesha— gadis biasa yang bercita-cita hidup bebas, bekerja di kedai kopi kecil, punya mimpi sederhana: bahagia tanpa drama.
Tapi semuanya hancur saat Arzandra Adrasta — pewaris keluarga politikus ternama — menyeretnya dalam pernikahan kontrak.
Kenapa? Karena Adrasta menyimpan rahasia tersembunyi jauh sebelum Rania mengenalnya.
Awalnya Rania pikir ini cuma pernikahan transaksi 1 tahun. Tapi ternyata, Adrasta bukan sekedar pria dingin & arogan. Dia manipulatif, licik, kadang menyebalkan — tapi diam-diam protektif, cuek tapi perhatian, keras tapi nggak pernah nyakitin fisik.
Yang bikin susah?
Semakin Rania ingin bebas... semakin Adrasta membuatnya terikat.
"Kamu nggak suka aku, aku ngerti. Tapi jangan pernah lupa, kamu istriku. Milik aku. Sampai aku yang bilang selesai."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PCTA 22
Malam semakin larut, namun mata Rania enggan terpejam. Pikirannya terusik oleh kata-kata Adrasta yang terngiang tanpa henti. Perlahan, ia bangkit dari ranjang dan melangkah menuju balkon vila. Angin laut yang sejuk menyapu wajahnya, membawa aroma asin yang khas. Cahaya bulan memantul di permukaan laut yang tenang, menciptakan kilauan perak yang menenangkan. Namun, ketenangan itu tak mampu meredam gejolak di hatinya.
Bayangan Alina, tunangan Adrasta yang telah tiada, muncul di benaknya. Ia bertanya-tanya, benarkah Rey sekejam itu hingga menyebabkan kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Alina? Keraguan dan ketidakpastian menyelimuti pikirannya, membuatnya semakin gelisah.
Tanpa disadari, Adrasta telah berdiri di ambang pintu, memperhatikan Rania dalam diam. Tatapannya tajam namun penuh keraguan, seolah menimbang-nimbang sesuatu. Setelah beberapa saat, ia melangkah mendekati Rania tanpa suara.
"Tak bisa tidur?" suara Adrasta memecah keheningan malam. Rania terkejut, menoleh cepat ke arahnya. "Aku... hanya butuh udara segar," jawabnya pelan, matanya kembali menatap laut lepas. Adrasta berdiri di sampingnya, ikut memandang hamparan laut yang luas.
"Aku tahu ada banyak pertanyaan di benakmu," katanya dengan nada lembut. "Mungkin sudah saatnya aku menunjukkan sesuatu padamu."
Rania menoleh, menatap Adrasta dengan tatapan penuh tanya. Tanpa berkata apapun, Adrasta segera memberikan sebuah dokumen kepada Rania.
Dengan tangan gemetar, Rania mengambil salah satu dokumen dan membacanya. Matanya membesar saat menyadari isi dari dokumen tersebut. Itu adalah laporan investigasi independen mengenai kecelakaan yang menimpa Alina. Setiap detail mengarah pada satu kesimpulan yang mengejutkan: Rey terlibat langsung dalam insiden tragis itu.
Rania mundur selangkah, tubuhnya melemas. la menatap Adrasta dengan ekspresi campuran antara shock, takut, marah, dan kecewa. "Jadi... semua ini benar?" suaranya bergetar, hampir tak terdengar.
Adrasta mengangguk pelan, matanya dipenuhi kesedihan yang mendalam. "Aku tidak ingin kau mengetahuinya dengan cara seperti ini, tapi kau berhak tahu kebenarannya."
Rania merasa dunianya berputar. la mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya, namun hatinya terasa sesak. Di satu sisi, ia ingin membela Rey, kekasihnya yang telah dikenalnya sejak lama. Namun di sisi lain, bukti-bukti di hadapannya terlalu kuat untuk diabaikan.
Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. la berbalik, berjalan menuju balkon kamarnya dan menatap keluar dengan pandangan kosong. "Aku tak tahu harus percaya pada siapa lagi," bisiknya lirih.
Adrasta mendekat, berdiri di belakang Rania dengan jarak yang cukup dekat. "Aku tahu ini sulit bagimu," katanya lembut. "Tapi aku berjanji, aku akan membantumu melewati semua ini." Rania menutup matanya, membiarkan air mata mengalir di pipinya. Perasaannya campur aduk, antara ingin mempercayai Adrasta dan tetap setia pada kenangannya bersama Rey. Namun satu hal yang pasti, hidupnya tak akan pernah sama lagi setelah malam ini.
...----------------...
Kilas balik sebelum Rey berhasil keluar dari gudang tua kediaman Adrasta.
Sementara itu, di sudut gelap Jakarta jauh dari hiruk pikuk vila mewah milik Adrasta seorang pria melangkah keluar dari balik reruntuhan gudang tua itu. Langkahnya gontai, bajunya berlumur darah kering, napasnya masih berat, tapi matanya... menyala penuh dendam. Rey. Pria yang seharusnya sudah mati terkubur di dalam jebakan Adrasta - kini berdiri lagi. Hidup. Dan lebih berbahaya dari sebelumnya.
"Bagus... sangat bagus..." desis Rey pelan, melirik tajam ke arah Gino kakak tirinya beserta orang-orang bayaran yang kini berdiri di belakangnya. "Jadi... kau benar-benar menolongku hanya untuk membuat Adrasta jatuh?"