Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran yang Terungkap
"Lo yakin?".
"Gue yakin, Zra. Orang yang gue tugaskan untuk menyelidiki kecelakaan itu bukan orang sembarangan. Saat ini lelaki brengsek itu ada di tangan gue".
"Di mana? bawa gue ke sana, Di".
"Ok. Kita bisa berangkat sekarang", ajak Dion.
Mobil sport milik Dion melaju dengan cepat, kedua lelaki itu menuju ke daerah pinggiran kota.
Butuh waktu hampir satu setengah jam untuk sampai di sebuah bangunan tua yang ada di area hutan pinus. Di depan bangunan tua itu tampak beberapa orang bertubuh tegap tengah berjaga-jaga.
"Selamat sore, Boss", sapa seorang lelaki pada Dion.
"Sore. Penjahat itu masih di dalam?".
"Iya, Boss. Sesuai perintah", jawab lelaki berwajah sangar itu.
Dion menganggukkan kepala dan memberi kode pada penjaga lain agar mengantarkan dirinya dan Ezra untuk masuk ke dalam.
Di dalam bangunan tua itu ada lagi beberapa orang pria berbadan tinggi besar yang juga sedang berjaga. Mereka semua menundukkan kepala sedikit sebagai penghormatan pada Dion dan Ezra.
"Gila, gue baru tahu kalau keluarga Argawijaya punya pasukan macam ini", bisik Ezra pada Dion.
Dion tersenyum tipis, "Baru tahu ya? telat sih lo, kalah sama Bagas yang udah hafal betul kekuatan keluarga Argawijaya", ejek Dion.
"Mulai sombong nih. Buruan bawa gue ketemu penjahat itu", jawab Ezra malas meladeni gaya pamer Dion.
Tak lama, keduanya sampai di depan pintu sebuah kamar. Seseorang keluar dari pintu itu, dia tampak berbisik sebentar dengan Dion lalu mempersilahkan Dion dan Ezra untuk masuk.
Setibanya dalam ruangan, Ezra melihat seorang pria dengan wajah babak belur. Kedua tangan dan kaki pria itu diikat dengan rantai, terlihat beberapa bagian wajahnya yang robek dan terluka.
"Ini pelakunya, Zra. Gue udah minta anak buah gue untuk memaksanya bicara tapi tampaknya dia masih bersikukuh menyembunyikan dalang di balik tabrak lari itu", terang Dion dengan gaya santai.
Ezra melirik Dion, lalu mengamati pria yang tengah disandera. Perlahan, Ezra menghampiri lelaki tersebut.
"Gue Ezra, suami dari wanita yang lo tabrak tanpa belas kasih. Siapa lo dan apa alasan lo mencelakai istri gue?", tanya Ezra tegas. Meski tangannya ingin sekali memukul pria itu, tapi Ezra masih menahannya.
Si tawanan menatap Ezra dengan sinis, "Cih, sampai kapanpun jangan harap kalian mendapatkan jawabannya".
Ezra tersenyum sinis, "Oh begitu. Baiklah, kita lihat sampai kapan lo akan tutup mulut", Ezra mendaratkan tiga pukulan beruntun tepat di ulu hati Si tawanan.
Tawanan itu meringis kesakitan, badannya tampak bungkuk ke depan menahan nyeri yang dia rasakan.
"Gue gak mau main kasar lagi, tinggal lo pilih, mengakui semuanya atau lo lihat ini", kali ini Dion maju mendekati Si tawanan sambil memperlihatkan video seorang anak perempuan berusia sekita tujuh tahun yang tengah disekap entah di mana.
Dalam video itu, Si anak perempuan menangis dan meminta tolong.
"Sialan, jangan bawa-bawa anak gue. Dia sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini!", teriak Si pria tawanan.
Dion tertawa dengan keras, begitu pun dengan Ezra.
"Gue kasih lo kesempatan untuk mengaku atau gue tinggal minta anak buah gue di sana untuk melenyapkan anak kesayangan lo ini", lagi, Dion menggertak.
Di video itu terlihat seorang lelaki yang berpenampilan seperti preman menghampiri anak perempuan yang tangan dan kakinya terikat tali juga matanya tertutup. Si preman menodongkan pistol dan sudah menarik pelatuknya tepat di kepala anak perempuan yang ia tahan.
"Tidak, jangan. Jangan sakiti anak gue. Tolong lepaskan dia, gue akan akui semuanya", ujar Si pria tawanan dengan cepat.
"Bagus. Cepat katakan!", tegas Dion.
Ezra yang melihat pemandangan ini dibuat terhenyak lagi oleh aksi Dion. Dia dan Dion sudah bersahabat baik sejak kecil, bahkan keluarga mereka adalah kolega dekat. Tapi baru kali ini Ezra melihat sisi lain dari Dion dan keluarganya. Sungguh sangat mengejutkan.
"Ok. Tapi tolong lepaskan dulu anak gue", pinta Si tawanan.
"No, tidak ada kebebasan sebelum pengakuan!", tegas Dion lagi.
"Cepat, jangan banyak bicara. Katakan semuanya!", kali ini Ezra ikut menggertak Si lelaki jahat yang masih terikat rantai.
"Gue orang suruhan. Gue dibayar untuk mencelakai wanita itu", jawab Si pria tawanan.
"Suruhan? katakan, siapa yang nyuruh lo berbuat jahat sama istri gue, hah?!", teriak Ezra tak sabar.
"Sindy. Ya, gue dibayar oleh Sindy. Dia yang menginginkan semua kecelakaan itu terjadi", terang Si pria tawanan jujur.
Ezra dan Dion terkejut mendengar nama Sindy disebut.
"Jangan bohong!", teriak Ezra.
Si pria tawanan itu tersenyum sinis, "Lo lihat ada kebohongan di wajah gue, hah?", ucapnya santai.
"Sialan", Ezra spontan menghajar wajah Si pria tawanan di depannya. Bertubi-tubi pukulan itu Ezra layangkan tanpa perlawanan.
"Zra, cukup. Tahan, Zra", Dion berusaha menenangkan Ezra. Dia tidak ingin sahabatnya itu lepas kendali karena emosi.
"Sialan lo, brengsek. Mana mungkin Sindy sejahat itu", teriak Ezra yang masih ditahan oleh Dion.
"Terserah lo mau percaya atau tidak. Gue sudah mengakui semuanya", jawab Si pria tawanan sambil terkekeh.
"Aaaarrrggghhh ...", Ezra berteriak keras. Emosi dalam dirinya memuncak.
Bagaimana tidak, selama ini dia berusaha bersikap baik pada Sindy meski dirinya tak bisa menerima pernikahan dan kehadiran Sindy yang serba dipaksakan. Selama ini, Ezra juga terpaksa berbohong pada istrinya hanya untuk memastikan keinginan Sindy bisa terpenuhi. Tapi sekarang kenyataan berkata lain, Ezra harus mendengar Sindy adalah pelaku utama di balik semua musibah yang dialami oleh Raya, istri yang sangat dia cintai.
"Zra, ayo kita keluar. Si brengsek ini biar anak buah gue yang urus, jangan kotori tangan lo. Ingat, Raya masih sangat membutuhkan lo di sisinya", Dion berusaha menenangkan Ezra.
Ezra terdiam, dia mencoba meresapi ucapan Dion. Ezra meremas rambutnya kasar dan berusaha menguasai dirinya kembali.
"Thank's, Bro. Lo udah bantu banyak keluarga gue. Gue gak tahu gimana caranya lo bisa menemukan kebenaran ini. Tapi gue puas pelakunya tertangkap, tinggal gue pastikan keterlibatan Sindy dalam kasus ini", ucap Ezra serius.
Dion menganggukkan kepala, "Kita sahabat baik, Bro. Apa yang jadi masalah lo, itu pun jadi masalah gue juga", ucap Dion seraya menepuk pundak Ezra.
"Thank's. Gue percayakan urusan Si brengsek itu sama lo. Sepertinya gue harus segera mempercepat keberangkatan ke negara Y".
"Jangan makasih terus sama gue, Bro. Gue jadi gak enak. Oh ya, sebelum lo pergi, ini bisa lo pegang", Dion memberikan semua chip.
"Apa ini?", tanya Ezra.
"Di dalam situ, ada duplikat rekaman suara dan pesan antara Sindy dan orang bayarannya. Gue pikir lo pasti membutuhkan itu semua", terang Dion.
"Serius lo? wah, gila, kerja lo mantap. Thank's again, Bro", Ezra memeluk Dion ala lelaki.
Selepas perbincangan itu, Ezra menelepon Mama Laura. Dia mengabarkan bahwa malam ini juga dia akan segera berangkat ke negara Y.
Mama Laura sempat bingung karena Ezra tiba-tiba saja mempercepat kepergiannya. Tapi dia berusaha percaya, apapun masalah yang tengah dihadapi putra tunggalnya itu pasti akan segera selesai di tangannya.
"Ezra titip Raya, ya Ma. Sekarang Ezra sudah ada di dalam pesawat, sebentar lagi take off", ujar Ezra di telepon.
"Ya, sayang. Mama gak tahu pasti kenapa kamu tiba-tiba berangkat lebih cepat. Tapi apapun yang terjadi, Mama do'akan semuanya bisa tertangani dengan baik. Safe flight, kabari Mama kalau kamu sudah sampai di sana".
"Ok, Ma", jawab Ezra pendek.
Perjalanan kali ini terasa berbeda untuk Ezra.
"Sebentar lagi, semua kebenaran akan terungkap", batin Ezra yakin.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban