Dia Erland dan Erlita.. Mereka terlahir hanya berbeda beberapa menit saja. Si kembar dengan sikap dan sifat yang sangat berbeda. Jika bukan ada kemiripan di wajah mereka. Mungkin tidak akan ada yang menyangka jika mereka adalah saudar kembar.
Hingga suatu saat Erland dan Erlita harus bertemu dengan lawan jenis mereka yang tiba-tiba mengejar mereka dengan alasan cinta.
Mungkin Erland akan jatuh cinta lebih dulu dari Erlita? Atau bahkan sebaliknya.. Ikuti kisahnya hanya di Mengejar Cinta Si Kembar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adriana Yang Aneh?!
"Honey, maaf ya aku kemarin gak bisa jemput kamu..." Erland mengelus kepala Adriana dengan lembut. "...Pasti capek banget ya kemarin kerja seharian"
Adriana tersenyum, dia tidak merasa capek ketika pagi ini kembali melihat wajah kekasihnya. "Gak papa kok, lagian aku juga udah biasa pulang kerja sendiri waktu sebelum sama kamu juga"
"Kemarin Papi tiba-tiba ajak aku ke perusahaan untuk ikut meeting"
Adriana merangkul lengan kekasihnya dengan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. "Sudahlah, jangan cemberur begitu. Mungkin Papi kamu memang ingin kamu membantunya. Sekarang ayo kita berangkat"
"Eh, kita 'kan belum pamit sama Ayah kamu"
"Ayah sudah duluan pergi tadi, sebelum kamu datang"
Erland mengangguk mengerti, dia membukakan pintu mobil untuk Adriana. "Pantas saja Ayah gak keliatan"
Adriana mengangguk, dia masuk ke dalam mobil Erland. "Terima kasih"
Erland hanya tersenyum, lalu dia berlari mengitari mobil dan masuk ke mobilnya. Duduk di belakang kemudi, melirik Adriana yang terdiam dengan pandangan gadis itu yang terlihat menerawang ke luar jendela.
"Sayang kenapa?"
Adriana menoleh dan tersenyum, lalu dia menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Erland padanya. "Ayo jalan, nanti kita telat lagi"
Saat mobil mulai melaju meninggalkan rumah Adriana. Di perjalanan gadis itu tidak seceria biasanya, dan Erland tentu merasakan ada yang aneh dalam diri kekasihnya. Seolah dia sedang memikirkan banyak masalah.
"Honey, kamu kenapa si?"
Mobil terhenti di parkiran kampus, Erland membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya. Sedikit memiringkan posisi duduknya, dia meraih kedua tangan Adrian dan menggenggamnya.
Adriana tersenyum, dia menggeleng pelan menjawab pertanyaan Erland barusan. "Memangnya aku kenapa? Dari tadi kamu terus bertanya aku kenapa"
"Kamu aneh, kamu gak seceria biasanya. Kamu juga lebih banyak diam sejak kita berangkat dari rumah kamu"
Lagi-lagi Adriana tersenyum, berharap senyumannya akan membuat Erland sedikit tenang dan tidak lagi bertanya soal dirinya kenapa. Namun, nyatanya Eraland tahu jika senyuman Adriana menyimpan arti tertentu.
"Udah ahh, ayo turun. Kamu aneh deh, pacarnya jadi pendiam kok malah di tanya kenapa. Bukannya senang pacarnya berubah menjadi gadis yang anggun"
Erland menggeleng pelan, dia tidak setuju dengan ucapan Adriana barusan. "Jangan berubah karena apapun. Kamu tetap menjadi diri kamu sendiri, jangan pernah mau berubah menjadi orang lain. Karena yang aku cintai adalah kamu, Adriana yang seperti ini. Bukan Adriana yang berubah menjadi sosok orang lain"
Adriana terdiam, dia menatap Erland dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya begitu tersentuh mendengar ucapan Erland barusan. Adriana tentu bisa merasakan ketulusan pria itu padanya. Namun, ada satu perbedaan yang membuatnya kebingungan saat ini. Antara harus melanjutkan atau menghentikan sebelum semuanya terlanjur jauh.
"Aku percaya itu" Adriana membuka pintu mobil dan turun dari mobil kekasihnya. Dan ketika dia menutup pintu mobil, setetes air mata menetes begitu saja di pipinya. Mengalir sampai ke dagu. Adriana segera mengusapnya dengan kasar.
"Nanti siang apa kamu bekerja lagi?" Tanya Erland yang sudah menghampiri Adriana, dia merangkul bahu gadis itu.
"Gak, hari ini aku ambil libur. Capek, pengen istirahat sebentar"
"Nah gitu dong, kamu jangan terlalu memforsir tubuh kamu. Kamu juga butuh istirahat. Kalau gitu, nanti siang kita dinner. Mau gak?"
Adriana sedikit berpikir sejenak, lalu dia menganggukan kepalanya. "Jemput aku jam 7 ya, sekarang aku mau masuk kelas dulu"
Cup..
Erland memberikan kecupan di kening gadisnya, tidak peduli lagi dengan orang-orang yang melihatnya. Dan sepertinya semua orang yang melihat itu, sudah terbiasa. Karena sudah hampir satu kampus ini tahu jika Adriana dan Erland berpacaran. Jadi, untuk apa masih bersmbunyi-sembunyi.
"Belajar yang benar, biar cepat lulus dan kita akan segera menikah"
Adriana hanya terkekeh mendengarnya, dia masuk ke dalam kelasnya. Dan Erland pun berlalu ke gedung kampusnya. Tempat kelas dia berada.
...⭐⭐⭐⭐⭐⭐...
Erlita berjalan menyusuri koridor kampus dengan buku di dekapannya dan tas selempang yang dia kenakan. Dia masih tidak bisa bertemu dengan Pendy. Erlita takut jika dia akan mengecewakan pria itu dan malam melukai hatinya.
"Hao Lita.."
Dan orang yang dia hindari, kini malah muncul di depannya. Dengan senyuman khasnya, Pendy melambaikan tangan pada Erlita sebagai sapaan selamat pagi untuknya.
"Pe-pendy? Ada apa?" Erlita kembali menundukan wajahnya dan berjalan melewati Pendy yang mengejarnya dan berjalan di sampingnya.
"Tidak ada apa-apa, memangnya tidak boleh aku menyapa teman sendiri?"
Teman?
Rasanya kata itu tidak lagi berlaku bagi Erlita dan Pendy. Ketika Erlita sudah mengetahui jika perasaan pria itu lebih dari sekedar seorang teman, membuat Erlita tidak lagi percaya dengan sebutan teman di antara mereka berdua.
"Emm. Pendy, aku mau ke toilet sebentar"
Erlita berjalan cepat meninggalkan pria itu. Dia masih terlalu canggung ketika harus berada di dekat pria itu. Erlita harus benar-benar menghindari Pendy untuk beberapa hari ini, sampai dia bisa menemukan cara agar berani menolak perasaan pria itu secara baik-baik.
Erlita benar-benar tidak yakin jika hatinya juga merasakan perasaan yang sama dengan Pendy. Selama ini dia hanya meras kenyamanan saja saat bersama pria itu. Tapi, Erlita tidak meyakini hal itu adalah sebuah cinta. Mungkin saja yang Pendy rasakan juga seperti itu. Hanya saja dia mengartikannya sebagai cinta. Gumamnya yang berdiri di depan cermin wastafell di toilet kampus.
Erlita keluar dari kamar mandi dan hampir terlonjak kaget saat melihat seseorang yang menyandar di dinidng samping pintu toilet. Disini tidak ada siapapun, karena kebanyakan mungkin sudah pada masuk kelas.
"Pendy, apaan si. Kenapa berdiri di situ?" Kesal Erlita, dia mengambil bukunya yang terjatuh karena terlalu kaget melihat Pendy.
"Aku hanya memastikan kamu ke toilet dengan baik dan selamat"
"Apaan si, emangnya aku mau kemana? Cuma ke toilet saja, buka mau pergi tempur"
Erlita pergi dengan wajah kesal, meninggalkan Pendy yang tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Oh Tuhan, kenapa dia menggemaskan sekali. Aku benar-benar tidak bisa hanya diam saja, aku harus bisa mendapatkan hatinya"
Pendy berjalan cepat dan mengejar Erlita, berjalan di belakangnya dan terus mengikuti Erlita.
"Kamu mau kemana si? Dari tadi ngikutin aku terus" kesal Erlita ketika dia sudah sampai di depan kelasnya, dan Pendy masih saja mengikutinya.
"Aku tidak mengikutimu"
Erlita semakin kesal ketika melihat wajah datar Pendy yang seolah tidak merasa bersalah setelah dia membuat Erlita kesal. "Terus ini apa? Kamu jelas ngikutin aku"
"Ini 'kan juga kelas aku, apa kamu lupa?"
Hah?!..
Sungguh saat ini Erlita ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Bagaimana dia bisa melupakan satu hal itu, jika dia dan Pendy berada di satu kelas yang sama. Dan bodohnya dia malah menuduh Pendy mengikutinya sampai ke kelas.
Erlita menundukan wajahnya yang memerah karena malu sendiri dengan kelakuannya. "Bisa-bisanya aku mengira dia mengikutiku barusan"
Pendy terkekeh melihat Erlita, dia mendekatkan bibirnya di telinga Erlita yang tertutup kerudung. "Lagian kalau aku mengikutimu, kau mau apa?"
Deg..
Hembusan nafas Pendy terasa sampai menembus kerudung yang di pakainya.
Bersambung
otw bucin ni si Pendy,
Land kmu kmna sii ??