Minamoto Haruki adalah seorang pemuda yang hancur. Kebahagiaan dan kehidupannya porak-poranda ketika kekasihnya, Yoshimoto Sakura, tewas dalam sebuah kecelakaan tragis. Diliputi penyesalan dan keputusasaan, Haruki hanya bisa berharap bisa kembali ke masa lalu dan mengubah takdir kelam itu.
Ajaibnya, harapan Haruki terkabul. Ia terbangun dan menemukan dirinya kembali ke masa lalu, tepat satu tahun sebelum tragedi terjadi. Di sinilah, di hari pertamanya di tahun ketiga SMA, ia bertemu kembali dengan Sakura yang masih hidup dan ceria, serta temannya yang protektif, Yoshida Hana.
Dengan kesempatan kedua di tangannya, Haruki bersumpah akan melindungi Sakura dan mengubah masa depan mereka. Namun, ia segera menyadari bahwa mengubah takdir tidak semudah yang ia bayangkan. Ada detail-detail kecil yang berbeda, interaksi yang tak sama, dan rahasia yang belum terungkap.
Ikuti kisahnya di "Two Promise"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.14 - Kebenaran dan Perasaan Aneh
[29 April — 2015]
[•] Kyoto
*POV Megumi
Ketika hendak berpencar sendirian, Akari memaksaku untuk menemaninya berkeliling.
Awalnya aku menolak ajakannya, namun Haruki menyuruhku untuk menuruti permintaannya.
"Mau bagaimana lagi, Haruki sudah menyuruhku, jadi, akan aku terima permintaanmu kali ini, Akari."
Akari menggenggam tanganku, lalu menariknya. "Ayo, ikut denganku, Kamihara-san."
Aku pun menurutinya, dan kami pun berkeliling bersama.
Saat kami sedang berjalan, Akari berkata padaku. "Aku ingin menceritakan sesuatu padamu, Kamihara-san."
"Apa yang ingin kau bicarakan padaku ... Akari?"
Akari melepaskan genggaman tangannya, lalu melangkah ke depanku.
Dia menatapku dengan serius, "Apakah kau masih ingat denganku, Kamiha—, tidak .... ."
"Senpai?!"
—Senpai ... kenapa dia memanggilku Senpai?
"Apa maksudmu, Akari-san?"
Kemudian, Akari berbalik, membelakangiku. "Kau masih ingat? ... aku adalah Junior yang sering kau jahili saat masih di sekolah dasar lho."
—Junior? Sekolah dasar? apa aku memang pernah menjahilinya?
"Apa yang kau katakan itu, Akari, aku tidak mengerti sama sekali maksudmu?"
Akari melirik, menatapku dengan senyum liciknya. "Aku adalah Junior yang sering kau berikan tumpangan waktu itu, Kamihara Megumi-san."
Saat Akari mengatakan itu, aku kembali mengingatnya. Waktu itu, aku memang pernah memberikan tumpangan kepada juniorku saat masih SD.
Aku tak menyangkanya, kalau orang itu adalah kau, Akari.
"Aku mengingatnya, Akari"
"Syukurlah kalau kau mengingatnya, Senpai."
"Tetapi ... kau mungkin menganggapku sebagai orang jahat, Akari."
"Itu memang benar, karena itulah aku ingin membalasmu, Kamihara-san."
Seperti yang aku duga, Akari pastinya akan menganggapku sebagai orang jahat. Padahal aku memiliki maksud lain dari perbuatanku padanya waktu itu.
Aku harus mengatakannya.
"Kau salah, Akari."
"Apa maksudmu, Kamihara-san?"
"Aku akan menceritakan yang sebenarnya padamu, Akari .... ."
Akari harus tahu maksud perlakuanku kepadanya waktu itu. Dia harus mengetahuinya.
____________________________________________________
[7 Tahun yang lalu]
Sudah 4 tahun berlalu, semenjak Haruki-chan pindah ke Tokyo karena tugas kedua Orang tuanya.
Sudah selama itu juga, aku terus sendirian tanpa seorang pun teman dekat di sekolah ini.
Dua tahun lagi aku akan lulus dari sekolah dasar. Setelah lulus, aku akan pindah ke Tokyo bersama dengan Orang tuaku.
Tetapi ... aku masih belum tahu, bagaimana cara menghabiskan waktuku hingga kelulusan nantinya.
Seandainya aku punya seseorang yang dekat denganku.
Aku sempat berpikir kalau hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Sampai akhirnya aku bertemu dengan salah satu junior di sekolahku.
Aku melihatnya sedang berlari terburu-buru, karena sudah dekat waktu bel masuk.
Saat itu, aku sedang mengayuh sepeda milikku menuju sekolah. Ketika aku melihatnya sedang berlari, aku teringat akan seseorang.
"Dia terlihat mirip dengan Haruki-chan saat berlari" batinku.
Akhirnya, aku memiliki seseorang yang bisa aku anggap teman dekat.
Tanpa pikir panjang, aku menawarkannya tumpangan untuk pergi ke sekolah.
Sempat terlintas dalam pikiranku, "Bagaimana caranya dapat terus berbicara dengannya saat di sekolah?"
Ketika sampai di sekolah, aku melontarkan candaan seperti meminta bayaran untuk tumpangan tersebut.
Namun, anak itu benar-benar membayarnya. "Baik sekali anak ini .... ."
Tetapi, saat melihat ekspresi saat anak itu menyerahkan uangnya. Dia terlihat tidak rela menyerahkan uang tersebut.
Karena itulah, aku terus mengawasi anak itu dari kejauhan. Ketika ada kesempatan untuk berbicara dengannya, aku langsung berlari menghampirinya.
Selain itu, ketika dia sedang melihat ke arah kantin tanpa membeli satu pun makanan, aku langsung membagi bekalku untuknya.
Aku tak pernah menanyakan siapa namanya. Aku hanya akan terus bertindak layaknya seorang teman baginya.
Meskipun dia menganggapku sebagai pengganggu dalam hidupnya, aku akan menerima balasan darinya suatu saat nanti.
Hari demi hari berlalu, aku masih terus melakukan kegiatan rutinku untuk mengawasinya.
Namun, ada satu hari di mana anak itu sedang menyendiri di belakang sekolah. Wajahnya terlihat murung.
"Anak itu ngapain sendirian di tempat itu?" batinku bertanya.
Aku pun segera berjalan perlahan menghampirinya. Ketika aku sudah dekat, aku mendengar dirinya sedang mengeluh.
"Kenapa Ibu sangat jahat padaku dan Kakak? padahal kami tak berbuat salah sekali pun."
Langkahku terhenti seketika saat mendengarnya. Tak lama setelah itu, dia menangis, sendirian, tanpa ada yang mendukungnya saat itu.
Aku hanya terdiam, dan membiarkannya menangis sepuasnya.
Setelah kejadian itu, aku sedikit mengurangi perlakuan burukku kepada dirinya.
Sampai hari kelulusanku, aku pun terpisah darinya, dan tak lagi melihat anak itu.
____________________________________________________
[29 April — 2015]
Tujuh tahun setelahnya, aku kembali bertemu dengan anak itu. Siapa sangka, kalau dia adalah adik dari Yoshimoto Sakura, dan bernama Yoshimoto Akari.
Setelah selesai menceritakan yang sebenarnya pada Akari, aku bertanya padanya.
"Seperti itulah kejadian sebenarnya, Akari ... kau percaya denganku kan?"
Akari terdiam, tak mengucapkan sepatah kata pun setelah aku menceritakannya.
"Akari?!"
Akari memejamkan matanya, lalu menghela napas panjang. "Ternyata seperti itu yang terjadi ya .... ."
Dia kembali membuka matanya, menatapku dengan mata yang berkaca. Kemudian, senyum lebar, terukir di wajahnya itu.
"Terima kasih sudah menceritakannya ... Kak Megumi."
Setelah itu, dia tak lagi mengucapkan apa pun, dan hanya berkeliling sambil menikmati pemandangan bersamaku.
Aku tak tahu apa yang sebenarnya dia sedang pikirkan, aku hanya berharap kalau dia menerima cerita dariku, dengan hati yang tulus.
"Kak Megumi, ayo kita pergi ke tempat Kak Minamoto dan yang lainnya."
Kami berdua pun segera pergi, mencari tempat Haruki dan yang lainnya berada.
...Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω...
*POV Haruki
Aku dan Hana sedang berjalan bersama, mencari di mana Sakura berada.
"Minamoto-kun, bukankah itu Sakura?!" ujar Hana, menunjuk ke arah yang dia maksud.
Aku langsung melihat ke arah yang dia tunjukkan. "Benar, itu Yoshimoto-san!" jawabku.
Kami berdua pun langsung berlari ke arah Sakura.
"Sakura!!" Hana berteriak memanggilnya.
Sakura menoleh. "Hana-chan! Minamoto!" teriaknya sambil melambaikan tangan kanannya.
"Kau sedang apa, Sakura?" tanya Hana, ketika sampai di depannya.
"Aku hanya sedang mengamati burung di pohon itu saja kok," jawabnya sambil menunjuk ke arah dahan pohon yang dimaksud.
"Apa kamu gak kesepian, Sakura? berkeliling kuil sendirian," tanya Hana.
"Enggak ... aku gak kesepian kok, Hana-chan," jawab Sakura, senyum manis terukir di wajahnya.
"Syukurlah kalau kamu sendiri yang bilang," ucap Hana, dengan nada suara lembut.
"Oh ya, Yoshimoto-san!" aku memanggilnya."
"Ada apa, Minamoto?"
"Maukah kau ikut berkeliling denganku dan Yoshida-san?"
"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian, Minamoto-kun, Hana-chan," jawab Sakura.
Kemudian Hana mengulurkan tangannya kepada Sakura. "Ayo, Sakura!"
Sakura menggenggam tangan Hana. "Ayo!"
Kami bertiga pun berjalan dan berkeliling bersama-sama.
Namun, pada saat yang sama.
Sebuah suara seakan memasuki isi pikiranku. Suara itu mengatakan, "Aku sangat menantikannya ... Manusia."
Aku merasakan, kalau asal suara itu berasal dari dalam kuil yang kami kunjungi.
Ketika aku menoleh, aku tak melihat apa pun di sana.
"Yang cepat jalannya, Minamoto-kun! nanti kamu ketinggalan loh!" Hana berteriak.
"Baik! aku akan segera menyusul!" balasku.
—Mungkin hanya perasaanku saja?
Aku pun segera menyusul Hana dan Sakura. Mungkin saja, yang aku dengar tadi itu hanyalah imajinasiku saja.
Aku harap itu hanya imajinasi saja .... .
Hari ini, angin berembus cukup kencang, serta langit dipenuhi dengan awan. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun.
Aku berharap, perjalanan liburan bersama kami, dapat selesai tanpa ada sedikit pun masalah yang menghampiri kami.
Bersambung....