Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-35-
"Baru sehari lho, sayang. Bisa-bisa nya kamu mengumbar nomor telpon mu apa lagi pada seorang pria!"
"Aku tidak memberikan nomor ku padanya, kak"
"Lalu tadi apa? Dari mana dia mendapatkan nomor mu hah?!" Bentak marah Bram.
"Mu-mungkin kak Kenzo mendapatkan dari grup fakultas"
Nada bicara Aqila kali ini terdengar pelan ketika mengingat hal tersebut, tadi nya Aqila terus membela diri karena memang Aqila tidak memberikan nomor nya pada Kenzo.
"Jangan menyebut nama nya!" Geram tertahan Grey.
Tubuh Bram semakin menindih Aqila yang saat ini sedang berusaha menyingkirkan tubuh nya. Bahkan tangan pria itu mulai membuka satu persatu kancing kemeja putih yang Aqila gunakan.
"Kak!" Aqila menahan pergerakan tangan Bram dan menatap mata yang sedang mengeluarkan kobaran api cemburu itu.
"Seperti janji ku tadi pagi harus aku tarik, dan mulai besok para bodyguard akan mengawasi mu!"
"Gak bisa gitu dong! Kakak sudah berjanji untuk tidak menempatkan bodyguard di sisi ku!"
Wajah Bram mendekat ke samping telinga Aqila, napas berat milik pria itu menyapu helaian rambut Aqila yang menutupi di telinga nya.
"Aku memang berjanji, tapi sepertinya ada lalat yang mencoba mendekati madu-ku"
Tubuh Aqila menegang kala mendengar suara berat dengan deru napas yang terasa hangat, belum lagi Bram mengigit pelan daun telinga nya.
"Seorang pria harus menepati janji nya dan apapun yang dia ucapkan!" Aqila kembali mendorong tubuh Bram yang berada di atas nya, tetapi nihil pria itu tidak bergerak sedikit pun.
"Lagi pula kak Kenzo tidak mencoba mendekati ku, dia hanya memberitahu tentang buku ku yang jatuh" Lanjutnya.
"Sudah aku bilang, jangan sebut nama nya!"
Srek!
Dalam sekali tarikan dengan kecemburuan yang semakin menjadi, Bram menarik kemeja putih Aqila hingga kancing kemeja itu berhamburan di kasur.
"Kak Bram!" Sentak kaget Aqila. "Kemeja ini masih harus di pakai untuk besok!" Erang frustasi Aqila melirik kemeja nya yang sedikit sobek juga.
"Aku akan menyuruh maid membeli nya nanti malam!"
Dalam sekali serangan Bram langsung menghiisap dan mengigit leher Aqila, tidak memperdulikan rontaan Aqila sedikit pun.
"Gak mau kak! Lepas ah-emhh!!"
Aqila menjambak rambut Bram dan memukuli punggung nya serta mencakar lengan nya. Namun semua itu tidak membuat Bram menghentikan kegiatan gila nya.
Malah pria itu semakin menjadi dengan sebelah tangan yang mulai meraba paha terekspos Aqila karena wanita itu menggunakan rok span.
Tangan Bram semakin nakal dan semakin naik hingga menyentuh sesuatu dibawah sana yang membuat sang pemilik memekik kaget.
"Ah!!"
"Aku harus memberikan hukuman untuk istri ceroboh ku" Gumam berat Bram mengangkat kepalanya dan menatap wajah memerah Aqila.
"Lepas kak! Bangun!"
"Kenapa sayang? Aku bahkan belum bermain-main dengan ini" Bram menekan tangan nya yang berada di bawah.
"Ah-emhh kak!"
Tubuh Aqila menggeliat bak cacing kepanasan saat dengan sengaja jari-jari Bram menekan sesuatu di bagian inti nya.
Di saat Aqila lengah Bram kembali mendekatkan wajah nya, tetapi kali ini ia mendekat tepat di depan dada Aqila.
"Kak jangan macam-macam!" Gertak Aqila menahan kepala Bram. "Besok aku masih harus melaksanakan ospek"
"Masih jam satu siang, baby. Aku akan berhenti pukul lima nanti sore"
"Gila! Aku tidak mau!"
"Aku tidak peduli dan aku memaksa" Dalam sekali tarikan kini kacamata penutup gunung tak berpohon itu langsung terlepas begitu pun dengan kemeja yang sudah tidak berbentuk.
"Aku benar-benar tidak akan memaafkan mu, kak" Lirih Aqila penuh ancaman saat bibir Bram sudah menyentuh pucuk gunung itu.
Bram tetap mengacuhkan nya dan melanjutkan keinginan nya, menghiisap begitu rakus seakan-akan ada yang keluar dari sana, lalu tangan di bawah nya terus bergerak menyingkirkan penutup rumah untuk adik nya.
.
"Ughh, sayang.." Lenguhh Bram penuh keniikmatan saat sang adik berhasil memasuki rumah nya.
Jika Bram mellenguh penuh keniikmatan, namun lain hal nya dengan Aqila yang sedari tadi hanya diam tidak mengeluarkan suara nya sedikit pun dengan tatapan datar nya.
"Ayolah keluarkan suara indah mu, sayanghh.."
Tidak menunggu lagi, Bram langsung memacu gerakan nya dengan begitu teratur. Mata sayu nya terus memandang wajah Aqila yang kini sudah memejamkan matanya dengan mulut yang rapat.
"Sayang ah, ini sangat menjepitku.." Rancau Bram mendekat wajah nya dan hendak mellumat bibir Aqila.
Tetapi dengan cepat Aqila menolehkan kepalanya dan mencakar bahu Bram hingga kuku-kuku panjang itu menancap sempurna di bahu Bram.
"Stt.. Siall, kuku mu sangat tajam" Desis frustasi Bram. Gerakan nya semakin bertambah dan memacu begitu cepat.
"Tatap aku sayang, emhh"
Tidak, Aqila tidak merespon. Suara nya benar-benar tidak keluar lagi setelah mengucapkan kata-kata itu.
Lantas Bram pun menghentikan gerakan nya walaupun sudah sangat menyiksa, lalu pria itu menghujami pipi Aqila dengan kecupan nya.
Jika biasanya Aqila langsung mendorong kepala Bram atau menghindari nya, tetapi kali ini lagi-lagi Aqila hanya terdiam.
"Sayang bicara lah, jangan seperti ini" Ujar lembut Bram mengarahkan wajah Aqila agar berhadapan dengan nya.
Perlahan mata Aqila terbuka, tetapi tatapan datar lah yang Bram dapat kan dari mata cantik itu.
"Puaskan diri mu, setelah itu jangan pernah meminta nya lagi dan jangan berharap aku akan tidur di sini lagi"
Suara dan tatapan Aqila benar-benar mendominasi perasaan saat ini.
"Say--"
"Sudah aku bilang, puaskan dirimu!" Bentak Aqila tepat di depan wajah Bram.
"Siall jangan membentak ku terus menerus, Aqila!" Bentak Bram menimpali dengan nada menekan nya
Pinggullnya pun kembali bergerak dan memompa dengan begitu tidak beraturan.
...****************...