ACCIDEN IN LOVE

Sementara itu, Rupanya Eliza yang kini tengah mengobati luka memar di tubuhnya, tersenyum dengan ditemani oleh seseorang yang juga membalas senyumannya.

Setelah menyelesaikan semuanya, Eliza segera menyiapkan diri, menggunakan pakaian biasa namun sangat terbuka, memakai riasan tipis agar terlihat cantik dan tetap se-ksi, tentu saja semua dilakukan untuk sang mantan yang sebentar lagi bisa di pastikan akan segera datang menyambanginya.

Tak lama terdengar bel pintu apartemen berbunyi, dengan menekan tombol layar monitor, tampak wajah seorang laki-laki yang sudah sangat di tunggunya kini sudah berada di depan pintu dengan kursi rodanya.

Senyum Eliza seketika mengembang, dan perlahan membuka pintu, dengan wajah seolah masih lemah dan kesakitan, dirinya menyambut kedatangan Zafian.

"Zaf?" Ucap Eliza.

"Iya, aku datang"

"Masuklah" ucap Eliza.

Zafian segera masuk, melihat ke sekeliling dan mengingat tempat yang dulu sering di sambanginya, semuanya masih tampak sama dan bahkan beberapa kenangan akan hadiah kecil yang dulu sering di berikan masih terpajang rapi.

"Kenapa?" Tanya Eliza yang kini sudah membawa air minum dan juga cemilan.

"Tidak ada" jawab Zafian segera mengalihkan pandangan dan duduk di depan Eliza.

Eliza tersenyum, seolah sudah tau apa yang dipikirkan oleh laki-laki yang dulu pernah menjadi kekasihnya.

"Semua hadiah yang sering kau bawakan untukku masih aku pampang dengan rapi" ucap Eliza.

"Hem, untuk apa?, Bukankah sebaiknya kau ringkas saja?" Sahut Zafian.

"Aku tidak bisa" jawab Eliza dengan tatapan sendu.

"Kenapa?"

"Zaf, semua kenangan itu masih melekat di ingatanku, walaupun kita sudah tidak bersama" ucap Eliza.

Zafian mengerutkan kening, merasa lucu dengan apa yang di katakan oleh wanita yang lebih dulu meminta untuk memutuskan hubungan.

"Bukannya kau sendiri yang meminta akan hal itu" jawab datar Zafian.

"Iya aku tau, dan aku sadar kalau aku salah, seandainya aku bisa memperbaiki semuanya dan tidak pergi begitu saja meninggalkan mu disaat musibah itu ter_"

"Tidak mungkin, dan tidak usah kita bahas lagi, aku kesini ingin meminta bantuanmu" ucap Zafian segera mengalihkan pembicaraan.

"Tapi Zaf?"

"Eliz, aku mohon, jangan membicarakan hal yang sudah tidak pantas, kita sudah punya pasangan masing-masing" ucap Zafian memperingatkan kembali.

Eliza terdiam, hatinya bergemuruh melihat kenyataan dimana seorang Zafian kini benar-benar nyata menolak akan dirinya.

"Baik, apa yang bisa aku bantu?" Tanya Eliza kemudian.

"Seperti yang aku bilang di percakapan sebelumnya, tolong jelaskan ke Suami mu kalau kita tidak ada hubungan apapun, dan dia sudah salah paham"

"Itu percuma" jawab Eliza.

"Maksud mu?" Zafian tidak mengerti.

"Bimo sudah tidak memperdulikan ku lagi, dia hanya percaya dengan apa yang di lihatnya saja, lihat saja diriku, dia bahkan sudah bermain tangan melakukan kekerasan"

"Tapi Eliz, setidaknya cobalah dulu, dia salah paham, dan memojokkan keadaanku dengan foto-foto breng-sek yang di pegangnya saat ini"

"Aku sudah bilang tidak bisa Zaf!" Ucap Eliza membuat Zafian makin tak mengerti.

"Okey, kalau begitu buat janji temu dengan suamimu dan kita akan menjelaskan bersama, aku rasa ini adalah cara paling efektif " ucap Zafian memberi saran.

"Ck, aku masih trauma akan perbuatannya, mengertilah Zaf" ucap Eliza dengan wajah memohon dan membuat Zafian tidak mungkin tega.

"Baik, jalan terakhir kita harus bertemu Afita sekarang juga"

"Apa!, Maksud mu?"

"Iya, tolong bantu aku menjelaskan semuanya ke istriku, sebelum Bimo memberitahunya, aku tidak ingin melukai kepercayaan istriku"

"Lalu bagaimana dengan ku?" Ucap Eliza nampak begitu kecewa dengan Zafian.

"Maksud mu?"

"Kau dengan entengnya menyuruhku untuk menceritakan semuanya, dan otomatis aku juga harus menceritakan alasan ke Afita, itu semua sama saja dengan mengungkap aib ku sendiri, kau tega melakukan itu padaku!, Tidak bisakah kau merasakan sakit yang aku alami Zaf?!"

"Tapi Eliz, Aku harus_"

"Aku tidak mau!" Teriak Eliza, lalu menangis tersedu.

"Eliz, aku minta maaf, sungguh maksud ku tidak seperti itu"

Masih tidak perduli dengan apa yang dikatakan Zafian, Eliza terus saja menangis dengan deraian air mata yang kini semakin tumpah membasahi wajahnya.

Entah itu tangisan yang sesungguhnya atau tidak, Zafian terpaksa mendekat untuk menenangkan Eliza, meminta maaf beberapa kali agar wanita yang ada di sampingnya tenang kembali.

"Ku mohon, mengertilah keadaanku Eliz, suamimu sudah menjebak ku dengan tuduhan akan kesalahpahaman hubungan kita saat ini"

"Dan kau hanya memikirkan perasaan istrimu saja bukan?" Sahut Eliza.

"Lalu apa yang bisa aku lakukan, kita sudah berpisah, dan perhatianku yang kemaren adalah bentuk simpati ku akan masalahmu yang sudah aku anggap sebagi seorang saudara mengingat hubungan baik kita dulu"

"Apa!, Saudara katamu?, Bahkan aku masih bisa merasakan pelukan hangat mu, ciu-man bibir mu saat melu-matku dengan nikmat dan desiran itu masih bisa aku_"

"Cukup!, Hentikan semua itu Eliz" ucap Zafian kini segera menjaga jarak dan menjalankan kursi rodanya untuk menjauh.

"Kenapa?, Apa kau sudah tidak merindukan hal itu sama sekali?" Sahut Eliza kini beranjak mendekati Zafian.

"Katakan Zaf, apa tidak ada perasaan sama sekali terhadapku?, Aku masih sangat menyayangimu, masih sama seperti dulu" ucap Eliza yang kini sudah mendominasi.

Zafian sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Eliza, dimana dirinya kini telah begitu begitu dekat, bahkan bibir Eliz begitu tidak berjarak. "Hentikan Eliz, apa yang kau lakukan?!"

Eliza seolah tak peduli lagi dengan peringatan Zafian, dirinya semakin berani mendekat dan membuka baju di hadapan Zafian, sontak Zafian segera mundur, namun hal itu tidak menghentikan niat Eliza.

Hingga akhirnya, kini dengan tubuh mu-lus nan se-ksi, Eliza berdiri di hadapan Zafian yang tentu saja terkejut bukan main.

"Pakai bajumu Eliza!, Jangan Gila!" Ucap Zafian berusaha memalingkan wajahnya.

"Kenapa, seingat ku kau dulu selalu suka menyentuh ku, apa sekarang kau tidak ingin melakukan lagi?"

"Hentikan Eliz!"

"Tidak akan ada yang tau apa yang kita lakukan, kita hanya berdua, dan aku menagih janjimu dulu" ucap Eliza.

"Kau tidak waras, kita tidak jadi menikah dan tentu saja janjiku batal karena aku akan menyentuh mu seutuhnya kalau kita berada dalam Janji suci pernikahan!" Zafian mengingatkan kembali akan janjinya.

"Oh ya, kau kolot sekali, dan aku tidak suka, aku ingin kita saling menikmati saat ini Zaf" Eliza hanya tersenyum, melenggangkan kakinya dan mendekat untuk berpangku di kaki Zafian dengan tubuh telan-jang.

Sontak Zafian makin di buat terkejut saat dengan berani, pan-tat polos Eliza sudah mendarat di pangkuannya, dan dengan cepat Zafian reflek memundurkan kursi rodanya, hingga membuat Eliza terjerembap dengan nelangsa.

"Akh!, Breng-sek kau Zafian!" Teriak Eliza yang tentu saja kesakitan.

Sedangkan Zafian sudah tidak peduli lagi, segera melajukan kursi rodanya menerobos pintu dan keluar dari apartemen dengan segera.

"Dasar wanita gila!, Eliza benar-benar sudah tidak waras!" Umpat Zafian yang kini sudah di jemput oleh sang sopir yang sebelumnya segera di hubungi.

"Ada apa pak?" Tanya sang sopir terlihat heran saat Zafian begitu cemas.

"Tidak ada apa-apa, ayo cepat keluar, dan segera kembali ke tempat kerja" sahut Zafian yang kini sudah di bantu oleh sopir pribadinya untuk masuk kembali ke dalam mobil.

Zafian segera bergegas kembali ke tempat kerjanya, begitu stres mengingat masalah yang dihadapinya saat ini bukannya selesai malah semakin membelit.

"Breng-sek!, Kalian benar-benar pasangan gila!" Teriak Zafian saat tiba di ruangan kerjanya.

Tidak tau lagi apa yang harus dilakukan, Zafian mengingat wajah cantik Afita, rasanya tidak tega sekali jika melihat kekecewaan dan sakit hati yang akan dialami istrinya nanti.

"Baik, kali ini aku terpaksa mengalah padamu Bimo Trihatmodjo, bagiku lebih baik kehilangan uang dari pada harus kehilangan Afita"

Deg.

Zafian terdiam kembali, rupanya dia baru mengerti, betapa dirinya kini sudah sangat mencintai seorang Afita tanpa di sadarinya sama sekali.

"Maafkan aku Af, aku akan melindungi mu dan menjaga perasaanmu bagaimana pun caranya, aku tidak bisa kehilangan mu" ucap Zafian lirih lalu segera mengambil handphonenya.

Masih ada sisa waktu dan Zafian segera menghubungi seseorang.

"Aku membutuhkanmu, ini sangat penting, cepatlah kesini!"

Jangan lupa VOTE HADIAH LIKE KOMEN dan Tonton IKLANNYA juga ya.

Bersambung.