Dara adalah seorang sekretaris cantik dari CEO muda yang tampan dan jadi incaran banyak wanita. Dia sangat pandai dan cekatan. Meskipun dia hanya sekertaris, namun banyak orang yang kagum dan iri padanya karena sang CEO selalu memberikan perhatian yang berbeda padanya.
Kenzie yang merupakan CEO bisa melakukan apa saja. Dia terlihat dingin dan acuh tak acuh namun dia bersikap lain dihadapan Dara dan juga orang-orang terdekatnya.
"Meskipun kamu sekretaris dikantorku tapi kamu adalah CEO dihatiku"
Bagaimana kisah cinta CEO dan sekertarisnya ini? Akankan semuanya berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Sudah Punya Keluarga Sendiri, Yaitu Kamu
Dara bergegas pulang setelah dia membereskan pekerjaannya. Dia melangkahkan kaki dengan cepat karena Kenzie sedang menunggunya di pertigaan jalan tidal jauh dari kantor mereka.
"Hai, apa kamu baru akan pulang?". Saat baru keluar dari gedung kantor, tiba-tiba seorang pria mendekatinya dan menyapanya.
"Oh, ya, aku akan pulang". Dara menanggapi dengan cepat sambil terus melangkahkan kakinya.
"Perkenalkan. Namaku Dani, aku dari bagian produksi". Pria itu menghadang Dara agar menghentikan langkahnya sambil mengulurkan sebelah tangannya pada Dara.
"Aku Ana, sekretaris pak Kenzie". Mau tidak mau Dara pun menghentikan langkahnya dan menerima uluran tangan Dani untuk saling berjabat tangan.
"Karena kita sudah saling kenal, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang?", ujar Dani dengan sopan dan lembut.
"Maafkan aku, tapi aku sudah ditunggu oleh seseorang. Terima kasih atas tawarannya. Permisi". Dara menanggapi dengan senyum lembut dan berlalu pergi meninggalkan Dani yang masih menatapnya sendirian.
"Maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Ayo jalan!", ujar Dara begitu dia naik ke mobil Kenzie.
"Sepertinya kamu mendapatkan penggemar baru?". Kenzie bicara dengan nada yang sinis.
"Hah?". Dara menatap wajah Kenzie karena heran dan merasa ada yang aneh dengan nada bicaranya.
"Apa yang kamu bicarakan?", tanya Dara dengan dahi mengernyit dan tersenyum tipis.
"Itu. Bukannya kamu baru saja mendapatkan kenalan baru? Kenapa cepat sekali kamu meninggalkannya? Dari kantor mana dia? Apa dari kantor kita?". Kenzie terus bertanya tanpa memberikan Dara kesempatan untuk menjawab pertanyaanya.
"Kenapa kamu diam saja?", sambung Kenzie dengan nada yang kesal.
"Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu jika kamu tidak memberiku waktu untuk menjawab?", ujar Dara dengan senyum diwajahnya.
"Baiklah. Sekarang jawab pertanyaanku". Akhirnya Kenzie diam dan menunggu jawaban dari Dara sambil mengendarai mobilnya.
"Tadi itu namanya Dani. Katanya dia dari bagian produksi. Dia memang menawarkan untuk memberikan tumpangan padaku, tapi aku menolaknya karena suamiku sudah menungguku untuk pulang bersama". Dara sengaja mengatakan suamiku untuk membuat Kenzie senang, dan itu terbukti benar karena Kenzie terlihat tersenyum mendengar ucapan Dara.
"Kamu tidak pergi dengannya?", tanya Kenzia lagi memastikan.
"Bukannya sudah kubilang kalau aku pulang bersama suamiku?". Dara pun menanggapi dengan sikap yang tegas.
"Oh"
"Oh? Kamu hanya bilang oh?". Dara terlihat kesal karena Kenzie hanya menanggapinya dengan sikap yang datar.
"Lalu aku harus bilang apa?", ujar Kenzie dengan sikap yang tenang dan hanya tersenyum tipis.
"Sudahlah. Aku tidak ingin membahasnya lagi denganmu". Dara pun merajuk dan memalingkan wajah ke jendela.
"Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat", ujar Kenzie mengalihkan pembicaraan sambil tersenyum.
"Kemana?". Dara pun kembali menatap Kenzie karena penasaran.
"Ikut dulu saja. Nanti juga kamu akan tahu". Kenzie tidak memberitahu tujuan mereka dan terus mengendarai mobilnya.
"Membuat penasaran saja", gerutu Dara yang hanya ditanggapi Kenzie dengan senyuman tanpa mengatakan apapun lagi.
Kenzie dan Dara terus berkendara tanpa banyak percakapan yang terjadi diantara mereka. Hingga setelah menempuh perjalanan beberapa lama, akhirnya mereka tiba ditempat tujuan.
"Kita sudah sampai. Ayo turun!". Kenzie bicara dengan senyum yang lembut setelah dia memarkirkan mobilnya.
"Kita dimana? Ini tempat apa?". Dara masih mengamati sekeliling dimana gedungnya masih tertutup oleh pembatas.
"Aku akan menceritakannya padamu setelah kita didalam. Ayo!". Kenzie mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu sang istri turun dari mobil.
"Kenapa kamu jadi misterius begitu? Membuatku semakin penasaran saja".
Mereka pun mulai memasuki gedung dimana ini sudah hampir selesai.
"Gedung apa ini? Besar sekali?", tanya Dara sambil mendongakkan kepala menatap gedung tinggi dihadapannya.
"Kita akan menjadikan gedung ini sebagai mall. Kita akan melakukan pembukaan dalam beberapa hari. Tepatnya setelah selesai acara gathering dikantor". Kenzie menjelaskan dengan sikap yang tenang dan penuh wibawa.
Dara menatapmya dengan tatapan terkejut. Dia memandangi wajah Kenzie tanpa berkedip.
"Apa?! Mall?!".
"Ya, aku ingin membuka mall ini atas namamu. Bukannya mall keluarga Darmawan itu seharusnya menjadi milikmu? Aku tidak berniat membuat mereka mengembalikannya padamu. Aku hanya akan menghancurkannya dan membuat mereka mengemis padamu. Lain halnya jika kamu memang menginginkan mall dan perusahaan itu. Aku pasti akan mempertahankannya untukmu". Kenzie menjelaskan dengan sikap tenang dan penuh wibawanya. Membuat Dara semakin terpesona padanya.
"Kenapa kamu begitu baik padaku?", tanya Dara dengan mata berkaca-kaca.
"Bukannya sudah jelas karena kamu istriku dan aku suamimu? Tapi … apa ini dikatakan baik ya? Aku berniat menghancurkan keluargamu". Kenzie tersenyum tipis dan bertanya dengan canggung.
"Kurasa … mereka bukan lagi keluargaku. Dan aku sudah punya keluarga sendiri, yaitu kamu". Dara bicara dengan lembut dan senyum manis dibibirnya. Dia juga melingkarkan kedua tangannya dipinggang Kenzie lalu bersandar padanya.
Sesaat Kenzie terkejut dengan apa yang dilakukan Dara, namun tak lama dia pun membalas pelukan Dara dengan lembut.
...****************...
Ditempat lain.
"Permisi, Bu. Ada kiriman paket untuk Bu Delia", ujar sekretaris Deoia dikantor.
"Paket? Dari siapa?". Delia tampak terkejut dengan paket berupa amplop coklat yang dibawa sekretarisnya padanya.
"Tidak tahu Bu. Tadi saya hanya mendapatkannya dari bagian keamanan saja", ujar sang sekretaria menanggapi pertanyaan Delia.
"Lain kali pastikan dulu siapa pengirimnya. Jangan asal menerima paket apa saja!". Delia mengingatkan dengan sikap yang tenang.
"Baik, bu. Maafkan saya".
"Baiklah. Kamu boleh pergi"
"Baik. Permisi, Bu". Sekretaris Delia pun beranjak pergi setelah Delia menganggukkan kepala sebagai tanggapan.
"Sebenarnya siapa yang mengirim paket ini?", gumam Delia sambil membolak balikkan amplop coklat ditangannya. Diapun mulai membuka amplopnya secara perlahan.
Betapa terkejutnya Delia begitu melihat isi dari amplop tersebut. Ada beberapa lembar foto dengan pose yang berbeda-beda dan yang menjadi subjeknya adalah suaminya.
"Apa-spaan ini?!", ujar Delia dengan raut wsjah kesal.
"Ini pasti kerjaannya orang iseng aja", gumamnya lagi untuk menghibur diri. Delia pun meletakkan kembali foto-fotonya dan berusaha fokua pada pekerjaannya.
"Ini sama sekali tidak masuk akal? Siapa wanita ini? Aap anak kecil ini … tidak tidak. Aku tidak boleh percaya begitu saja. Aku harus memastikan dulu apakah fotonya ini asli atau hanya foto editan saja". Delia berusaha meyakinkan diri sendiri kalau foto itu palsu. Dia tidak memikirkan foto itu dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Setelah selesai bekerja. Delia bergegas pergi meninggalkan kantor dan pulang menuju rumah. Sebelum itu dia menghubungi suaminya dulu
Tuut tuut tuut
Cukup lama Delia menunggu sampai suaminya menjawab telepon darinya..
"Halo, Mah". Setelah menunggu cukup lama akhirnya teleponnya diangkat.
"Halo, Pah. Papa ada dimana? Apa hari ini Papa akan pulang?". Delia bertanya pada suaminya dengan sikap yang tenang dan sopan.
"Sepertinya hari ini Papa tidak bisa pulang. Papa masih berada diluar kota. Papa berencana akan menghubungi Mama setelah memastikan pekerjaan Papa bisa selesai atau tidak". Ayah Nasya menjelaskan kalau dia berada diluar kota dan tidak bisa pulang. Padahal dia sedang berada dirumah istri mudanya.
"Benarkah begitu? Tadinya Mama ingin makan malam berdua dengan Papa. Sudah lama kita tidak makan malam diluar". Delia berusaha mencari alasan menghubungi suaminya
"Maafkan Papa, Mah. Bagaimana kalau kita lakukan itu setelah Papa kembali saja? Kita akan makan malam berdua direstoran, bagaimana?"
"Ya, aku setuju. Begitu saja".
"Kalau begitu Papa tutup dulu ya Mah. Pekerjaan Papa masih belum selesai"
"Iya, Pah. Hati-hati. Sampai jumpa". Begitu Delia mengakhiri panggilan telepon suaminya, air matanya langsung mengalir dengan deras. Meskipun belum pasti, namun rasa sakit dan kecewa itu terlanjur muncul didalam hatinya.
"Tenanglah Delia. Itu masih belum terbukti. Kita belum tahu apa benar dia selingkuh atau tadi. Hal yang harus dilakukan sekarang adalah mencari tahu kebenaran. Ya cari tahu dulu kebenarannya". Delia bicara sendiri untuk menguatkan hatinya agar tidak percaya begitu saja.
𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘥 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘬𝘢𝘬...
𝘶𝘥𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘵𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢