follow igku @zariya_zaya
Bagaimana perasaanmu jika melihat calon suamimu berada di dalam kamar hotel dengan wanita lain dimalam pernikahanmu? Pasti nyesek senyesek-nyeseknya.
Itulah yang terjadi pada Kinan. Wanita malam itu dikhianati oleh calon suaminya sendiri dimalam sebelum acara pernikahan berlangsung. Alih-alih menadapat simpati karena tersakiti, Kinan malah di caci dan di cemooh karena bertubuh gendut dan berwajah pas-pasan.
Banyak hal yang tejadi dan Kinan hampir bunuh diri, tapi seorang pemuda desa menyelamatkannya dan membantu mengatasi maslahnya. Kinan mulai menjalani program pengurusan berat Badan dengan pemuda desa bernama Pram. Ia ingin membuktikan pada mantan yang mengkhianatinya, si Andra, kalau Kinan juga bisa berubah jadi cantik seperti wanita lainnya.
Apakah Kinan berhasil? Simak kisah Kinan dan ikuti terus ceritanya.
Seperti apa kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin Supriatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 35 Restu
Pram masuk ke dalam kamar inap dimana Kinan dan ibunya berada. Kebetulan, saat ia masuk, ibu dan anak itu sedang saling mengobrol haru. Ibu Kinan sangat senang melihat Pram datang. Sepertinya, Kinan sudah menceritakan apa yang terjadi diantara mereka perihal pernikahan dadakan yang dilakukan Kinan dan Pram. Sebab, tatapan mata ibu Kinan terlihat sangat bahagia.
"Kemarilah, nak Pram." Ibu Kinan meminta Pram duduk disampingnya.
Dengan hati gugup, Pram menurut dan memegang kedua tangan mertuanya ketika mereka berdua saling berhadapan. Sedangkan Kinan berdiri diantara mereka berdua. Gadis itu hanya tersenyum ketika pria yang menjadi suaminya sempat meliriknya.
"Bagaimana keadaan Ibu sekarang?" tanya Pram pada ibu mertuanya dengan ramah.
"Baik nak Pram," jawab ibu Kinan lirih. Wanita paruh baya itu tersenyum seolah menunggu sesuatu dari Pram.
Sebagai seorang pria, Pram pun juga sudah tahu apa yang harus ia lakukan sekarang mengingat Kinan sejak tadi memberi kode agar Pram mengatakan sesuatu pada ibunya perihal pernikahan keduanya.
"Nak Pram."
"Iya, Bu." Pram tampak gugup.
"Kenapa tangannya dingin sekali? Apa AC nya terlalu dingin?" tanya ibu Kinan dan beralih menatap putrinya. "Kinan, tambah suhunya supaya suamimu ini tidak kedinginan," ujar ibu Kinan yang langsung membuat salting keduanya. Apalagi wanita paruh baya itu menyebut Pram suami Kinan. Sindiran yang amat sangat halus sekali.
"Tidak usah, Bu. Pram hanya gugup. Ehem .. hem ..." Pram berdeham untuk mengusir rasa gugupnya sendiri.
Sedangkan wanita yang ada di hadapannya hanya senyam-senyum saja melihat wajah gugup menantunya. Padahal ibu Kinan ini belum bicara apa-apa tapi Pram sudah salting sendiri. Kinan yang berdiri diantara mereka berdua jadi ikutan gugup juga.
"Ibu ... hem ... sebelumnya, Pram minta maaf karena tanpa minta izin terlebih dulu sama Ibu ... Pram memaksa Kinan untuk menikah dengan Pram malam ini juga." akhirnya Pram mengakui perasaannya. "Maafkan Pram ya Bu, sungguh Pram tak punya niatan lain. Pram hanya ingin menjaga Kinan dan mengambil tanggung jawab penuh atas diri Kinan agar Ibu merasa tenang dan tak khawatir lagi pada Kinan. Maafkan atas kelancangan Pram karena menikah tanpa menunggu restu Ibu, Ibu boleh hukum Pram apa saja asal Ibu merestui hubungan kami berdua," ujar Pram penuh khidmad saat meminta maaf pada ibu mertuanya.
Suasana langsung hening dan Pram tak berani lagi menatap wajah ibu mertuanya. Apapun keputusan ibu Kinan, Pram akan mencoba menerimanya.
"Kenapa nak Pram tidak bilang dulu sama ibu kalau mau menikahi Kinan?" tanya ibu Kinan. "Apa nak Pram tidak menganggap ibu sebagai ibunya Kinan?"
"Bukan begitu, Bu. Waktu itu, Pram cuma mikir kalau Pram ingin menjadikan Kinan milik Pram seorang sebelum dia diembat orang lain, nggak ada niatan lain, Bu. Lagian ibu masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Sedangkan Pram juga dikejar waktu. Pram sungguh minta maaf Bu, tapi tolong restui Pram dengan Kinan." Pram bersimpuh dihadapan ibu mertuanya dan benar-benar meminta restu.
Hati ibu Kinan tersentuh melihat pemuda yang begitu mencintai putrinya ini sampai berlutut dihadapannya begitupula dengan Kinan yang ikut berlutut di samping suaminya. Tangan kedua pasangan suami istri itu saling terkait kerena mereka merasa bersalah telah menikah tanpa menunggu restu dari ibunya.
"Kalau ibu mau hukum mas Pram. Jangan lupa hukum Kinan juga Bu, mas Pram nggak bersalah, karena sebenarnya, Kinanlah yang memaksa mas Pram menikahi Kinan meski sebenarnya sih nggak harus sekarang," ujar Kinan jujur pada Ibunya. Sesekali ia melirik suaminya yang juga meliriknya.
Betapa senangnya hati Kinan saat ia memberitahu ibunya yang saat itu masih belum juga terjaga bahwa ia sudah menikah dengan Pram. Seketika, ibu Kinan membuka matanya dan Kinan langsung berlari memanggil dokter. Setelah diperiksa, ternyata kondisi ibunya sudah membaik. Mungkin ibu Kinan terkejut dan ingin mengkonfirmasi kabar kebenaran pernikahan putrinya sehingga memicu reaksi pada otak yang membuat ibu Kinan langsung sadarkan diri.
Sejujurnya, sejak gagalnya pernikahan Kinan beberapa waktu lalu, wanita paruh baya ini tak pernah tidur dengan nyenyak. Ia takut kalau putrinya salah memilih pasangan hidup lagi. Namun, rasa kekhawatiran itupun sirna seiring dengan sikap Pram yang sungguh-sungguh menginginkan putrinya. Dan sepertinya, Pram juga sangat mencintai Kinan.
Wanita paruh baya ini terharu akan ketulusan menantunya yang tanpa pikir panjang mengambil tindakan yang mungkin takkan berani dilakukan pria lain. Hati ibu mana tidak merasa senang jika ada seorang pria baik, rela berbuat apa saja demi putri tercinta mereka. Semua ibu di dunia ini pasti menginginkan anaknya hidup bahagia dengan pasangan hidup masing-masing.
"Nak Pram tidak perlu minta maaf, justru ibulah yang harus berterimakasih karena akhirnya putri ibu sudah mendapatkan suami yang pas untuk Kinan." Ibu Kinan meminta putri dan menantunya bangun berdiri. "Nak Pram benar, dengan begini, ibu tak perlu khawatir lagi jika suatu saat ibu menyusul kepergian almarhum Bapak. Sebab, Kinan sekarang sudah ada yang menjaga dan melindunginya.
"Terimakasih nak Pram, dan pesan ibu .. tolong terima Kinan apa adanya dan bahagiakan dia selamanya. Mungkin Kinan memiliki banyak sekali kekurangan, ibu harap nak Pram bisa menerima kekurangan putri ibu yang jauh dari kata sempurna." air mata wanita paruh baya itupun jatuh mengalir membasahi pipi saat menyatukan kedua tangan Pram dan Kinan sebagai tanda restunya atas pernikahan keduanya.
"Ibu ..." Kinan sendiri juga berurai air mata dan langsung memeluk ibunya. Dua wanita ibu dan anak saling berpelukan haru.
"Pram menerima Kinan tak hanya kelebihannya Bu, segala kekurangan Kinan, Pram akan dengan senang hati menerimanya. Pram cinta Kinan melebihi nyawa Pram sendiri, jadi ibu tidak perlu khawatir. Bahkan kalau Kinan lagi ngorokpun Pram tetap cinta kok, Bu." Pram mencoba mencairkan suasana agar kedua wanita yang ada dihadapannya ini tak terus-terusan menangis.
"Mas Pram kok gitu? Kinan nggak pernah ngorok kok! Mas tuh yang ngorok!" protes Kinan dan Pram langsung tertawa. Ia menggeser posisi tubuh istrinya dan duduk disamping mertuanya menggantikan Kinan.
"Ibu jangan berkata yang aneh-aneh. Umur Ibu masih panjang. Tanpa ibu mintapun, Pram berjanji akan selalu membahagiakan Kinan dan takkan pernah membiarkan Kinan mengeluarkan setetes air mata. Ibu bisa pegang janji Pram. Yang penting sekarang, Ibu fokus pada kesehatan supaya nanti Ibu bisa menggendong cucu pertama Ibu meskipun sekarang, Pram dan Kinan belum sempat bikin. Sebab, Pram nunggu restu dari Ibu dulu," goda Pram dan wajah Kinan langsung merah padam. Bisa-bisanya Pram berkata seperti itu di depan ibu mertuanya sendiri.
"Mas, mas Pram ini ngomong apa, sih? Nggak malu sama ibu, apa?" Kinan jadi salting sendiri mendengar ucapan Pram.
"Loh, kan bener Kinan Sayang. Kita belum bikin cucu untuk ibu, tapi kita akan segera bikin begitu kita sampai di kota supaya ibu segera menimang cucu dan menemani hari-hari ibu agar tidak bosan. Iya kan, Bu?" tanya Pram dan mertuanya itu cuma mengangguk setuju.
"Tapi nggak gitu juga kali, Mas. Ya udahlah, Kinan keluar aja kalo gitu!" Kinan benar-benar malu habis sekarang. Iapun berlari keluar karena sudah tak kuat lagi merasakan betapa panas wajahnya mendengar ucapan Pram yang membicarakan rencana bikin anak.
Sedangkan Pram dan mertuanya malah cekikikan. "Ibu, sudah siap?" tanya Pram.
"Siap apa, nak Pram?" tanya ibu Kinan.
"Siap mau punya cucu, hehehehe ... bercanda, Bu. Maksud Pram, siap pergi ke kota dan kita tinggal bersama. Ibu nggak keberatan, kan?"
Ibu Kinan menganggukkan kepala sambil memukul pelan bahu menantunya yang jahil ini. Nggak cukup Kinan yang dikerjain, ibu mertuapun ikut digoda juga.
BERSAMBUNG'
****
ceritanya Keren👏aq suka..
pengajaran: jangan pernah memandang hanya berdasarkan luaran sahaja.. sebenarnya d novel ini tuu banyak pengajaran yg bisa d ambil...
Terima kasih author udah bikin novel yg bagus ini...yg paling bikin seneng itu, HAPPY ENDING 😍💖...
#SUKSES SELALU AUTHOR ✨🌹