Ketika kesalah pahaman membawanya dalam rumitnya ikatan pernikahan.
Elena Maursty, yang berniat menolong seorang wanita tak dikenalnya pada akhirnya berakhir sebagai seorang pembunuh dimata seorang laki-laki.
Edwart Emardo, seorang suami yang kehilangan istrinya bersikap gila dengan memaksakan sebuah pernikahan dengan Elena Maursty. Penikahan yang hanya bertujuan untuk membalas dendam atas kematian sang istri tercintanya.
Menutup mata juga hatinya, akankah Edwart menemukan jalannya.. ?? Jalan kebenaran akan siapa pembuhuh istrinya ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Listiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TC 35
Edwart segera beranjak dari tidurnya, ditatapnya wajah Jo yang berdiri dihadapannya.
"Ide apa," antusias Ed.
"Bagaimana kalau anda membuat nona muda hamil saja tuan," saran Jo. Namun bukannya ucapan terima kasih yang ia dapat malah lemparan bantal dari Edwart.
"Sialan, ide macam apa yang kamu kasih ini."
"Maafkan saya tuan, tapi hanya ide ini yang terpikirkan oleh saya," seru Jo sambil menghindari bantal-bantal yang melayang kearahnya.
"Cepat kamu cari ide yang bagus untuk saya balas dendam sama wanita itu."
Jo hanya diam, namun ia sibuk memikirkan ide apa yanh harus ia berikan. Ingin rasanya ia mencakar habis wajah Edwart yang terus membuatnya kebingungan.
"Tuan muda, saya ada ide."
"Awas kalo kek tadi," ancamnya.
"Gimana kalau tuan buat saja nona muda yang menghandle proyek kerja sama terbaru kita dengan perusahaan pak Putra," usul Jo.
"Cerdas! Dengan begitu saya bisa membalaskan keangkuhan dia hari ini, saya bisa mempersulit dia selama masa proyek," girang Edwart mendapatkan ide.
"Bukan itu idenya tuan, ide saya supaya tuan bikin nona muda jatuh cinta sama anda," batin Jo yang tak bisa tersampaikan.
"Sekarang kamu urus proyek baru kita itu, pokoknya pastikan bahwa pemenang tander nya adalah perusahaan pak Putra."
"Baik tuan, " jawabnya.
"Pergilah, huss huss."
Jo berbalik meninggalkan kamar milik tuannya, namun ketika didepan pintu ia kembali teringat akan tujuannya.
"Tuan muda," panggil Jo.
"Apa lagi sih," kesal Edwart yang akan merebahkan tubuhnya.
"Sekretaris Mr. Ricard menghubungi saya, ia menyampaikan jika lusa beliau datang bersama istrinya dan mengundang anda dalam perjamuannya."
"Ehm, kita datang."
"Tapi Mr. Ricard ingin anda membawa istri anda tuan," tegas Jo memberi tahu tuannya.
Ed yang sedang berbaring terkejut hingga mendudukan dirinya. Ditatapnya nyalang wajah Jo yang berdiri diambang pintu, "Kenapa baru bilang sih!"
"Anda lebih dulu memberi saya tugas tadi tuan," sahut Jo tak ingin disalahkan.
"Terus gimana ini, masa iya aku harus minta tolong dia sih."
Edwart begitu bimbang dengan undangan Mr. Ricard kali ini, terlebih mereka meminta kehadiran nyonya Edwart dalam perjamuannya.
"Sebaiknya anda bawa nona muda, anda tau sendiri bagaimana susahnya Mr. Ricard tuan," peringatan Jo pada Edwart agar tak mementingkan ego nya.
Ed hanya diam saja tak lagi menyahutinya, ia mengibaskan tangannya meminta Jo untuk segera pergi.
...**...
Dan esok pagi yang cerah, Elena sedang sibuk didapur menyiapkan sarapan pagi keluarganya. Sambil bersenandung ia terus mengaduk nasi goreng buatannya.
"Harumnya sampe ke kamar mama nih lo," puji Maya berjalan menghampiri Elena.
"Bisa aja si mama ini mujinya," malunya.
"Mama bantuin ya, " tawarnya mencari-cari pekerjaan.
"Nggak usah ma, ini udah selesai kok. Lebih baik mama duduk aja dulu ya."
"Masa kamu sendirian."
"Udah gpp mah, sana duduk dulu deh."
Maya menurutinya, ia berjalan menuju meja makan dan menunggu Elena datang. Tak butuh waktu lama El datang dengan membawa nasi goreng buatannya.
"Nah ayo ma dimakan," seru Elena mempersilahkan Maya mencicipi masakannya.
Keduanya menikmati santapan pagi dengan suasana suka cita, sampai dimana Edwart yang tiba-tiba datang dan menghancurkan mood Elena.
"Mau apa lagi datang," tanya Maya baik-baik pada putranya.
"Mau ketemu El ma," singkatnya.
"Mau apa lagi, minta tanggung jawab semalam?"
"Nggak usah ngeselin ya ," kesal Edwart.
"Tuan ingat tujuan kita kemari," bisik Jo agar Ed tak kehilangan kendali emosinya.
Ed memejamkan matanya, berusaha tenang dengan menarik nafas dalam-dalam.
"Mau lahiran ya sampe harus nafas gitu," sindir Elena saat menatap Edwart.
"Bisa nggak jangan ngeselin," ingin rasanya Edwart memukul habis Elena, namun beruntung dirinya perempuan.
"Masih pagi, apa kalian mau langsung bertengkar," tegur Maya sambil menyantap sarapannya.
"Ma, aku datang karena nanti malam Mr. Ricard datang. Dan dia berharap Elena datang bersamaku diacaranya," seru Edwart sambil menatap Elena yang bersikap acuh padanya.
"Tanyakan sediri kalau gitu sama orangnya."
Semua orang menatap Elena yang tak kunjung menjawab Edwart atas ajakannya. El hanya diam memandangi mereka satu persatu secara bergantian.
