Aluna

Sudah hampir satu minggu Luna tidak bertemu dengan Juna membuat ia jadi gelisah, Luna hanya memantau perusahaan Juna melalui laptop yang ada di markasnya.

“Woi, bengong aja, kenapa kangen sama sang pangeran, jangan-jangan ia hanya mempermainkan lo aja Lun.” pertanyaan Alex yang pedas mengusik pikiran Luna yang memikirkan hal yang sama, bahkan Juna sama sekali tidak menghubunginya.

“Biarkan saja gua malah seneng gak ada yang ganggu.” jawaban Luna berbanding berbalik dengan hatinya yang menginginkan Juna menganggu nya karna rasanya sepi tidak ada yang menggangu, Luna kembali menyeruput teh esnya.

“Lun, malam ini ikut gua yuk.”

“Kemana?” jawab Luna datar.

“Lo tahu Satria kan?.” Luna mengangguk.

“Nah hari ini ia ulang tahun, dan aku dapat undangannya, gak enak pergi sendiri.”

“Kan ada Mira.”

“Lo itu lupa apa kalau Mira lagi sakit, ikut ya dari pada suntuk di rumah.” Luna mengetukkan jemarinya sembari berfikir.

“Ok, lah lo jemput gue.”

“Asik, baik bos nanti gua jemput jam delapan, pakai mobil habis ini lo mau kemana?.”

“Pulang aja, lagian kita kan sudah selesai gak ada kelas lagi, ada yang mau gue kerjain di resto.” Alex manggut-manggut tanda mengerti.

“Ok, deh jangan lupa dandan yang cantik, gua cabut duluan.” Luna mengangguk dan ia pun juga mulai mencangklong tas ransel berisi laptopnya dan beranjak pergi menuju motor kesayangannya dan meluncur menuju resto, yah tak kan ada yang menyangka bila seorang Aluna adalah pemilik resto yang terkenal disalah satu kota itu, melihat usianya yang sangat muda masih dua puluh satu, bahkan wajahnya masih sangat awet seperti anak ABG labil, dengan santai Luna masuk kedalam resto miliknya menuju ruangannya yang sudah ditunggu oleh Adam orang kepercayaannya.

“Nuna..”

“Kenapa wajahmu gelisah begitu.” todong Luna yang melihat wajah Adam gelisah.

“Ada kabar buruk nuna tuan Logan menyewa hacker handal lagi, dan saya yakin ini sangat pintar.” langsung Adam memberi bocoran yang ia tahu.

“Siapa?”

“Saya belum tahu nuna sangat susah mencari tahu identitasnya sepertinya ia juga seperti nuna menyembunyikan identitasnya, apakah sudah ada tanda kalau perusahan tuan Brown diretas nuna?” Adam bertanya balik.

“Belum ada Dam, kalau apa yang kamu bilang benar ini akan menjadi sangat menarik Dam, dan akan menjadi peperangan yang sesungguhnya antara aku dan Logan secara langsung, tolong awasi terus pergerakan mereka, apa ada lagi?”

“Ada nuna, saya sudah mendapatkan yang nuna inginkan, tapi laki-laki itu belum mau buka mulut nuna.”

“Bikin sampai ia mau buka mulutnya untuk memberi informasi tentang yang kita cari.”

“Baik nuna, kalau begitu saya permisi.” Luna mengangguk membiarkan Adam pergi dari hadapannya Luna memejamkan matanya menahan gejolak amarah yang datang dalam dadanya bila mengingat orang tuanya meninggalkan karna dibunuh dengan sengaja.

Aluna sudah siap dengan dress panjang dibawah lutut berwarna peach mengoleskan make up tipis ke wajah putih mulusnya dan hanya mengoleskan lipstik dengan sangat tipis ke bibir yang sudah berwarna pink itu dan langsung keluar dari dalam rumah karna Alex sudah menunggu.

“Aduh cantik sekali Lo Lun, aku jadi terpesona.” seloroh Alex sangat jujur karna memang Luna tidak pernah dandan sama sekali kalau pergi ke kampus dan sekarang walau hanya memakai riasan tipis itu mampu mengubah wajah Luna menjadi sangat cantik apa lagi rambut panjang yang tergerai indah yang biasa hanya di kucir kuda.

“Lo pakai haighels?”

“Kenapa lo takut gue jatuh, jangan bercanda deh Lex, lo pikir gue tak pernah memakainya lo aja yang gak pernah lihat.” gerutu Luna yang langsung naik kedalam mobil tak mau terlalu banyak dikomentari oleh Alex membuat Alex tertawa dan kembali masuk kedalam mobil.

“Lets go nona cantik kita berangkat.” teriak Alex membuat luna mencebik kan bibirnya. Mobil itu melaju dengan cepat namun secepat apa mobil itu melaju kalau pada akhirnya jalan itu menghentikan mereka karna macet alhasil mereka sampai sana hampir jam sembilan membuat Luna ngedumel karna Alex yang salah ambil jalan.

“Udah jangan cemberut terus, yuk masuk.” Alex keluar dari mobil dan langsung mengandeng lengan Luna.

“Rame banget Lex.”

“Ya iyalah kan papanya pengusaha yang lumayan berpengaruh, mungkin mengundang teman-teman papanya juga.” Luna tertawa mendengarnya.

“Kok malah ketawa sih Lun.”

“Aneh aja Lex, masa ulang tahun cowok kayak ulang tahun cewek.” celetuk Luna sembari menahan tawa.

“Hus, orang tua satria hanya punya anak laki-laki semua kalau nunggu ulang tahun anak cewek sampai akhir jaman juga gak akan terlaksana Lun.” Luna semakin tergelak mendengar ucapan konyol Alex suara dentuman musik mulai terdengar begitu memasuki rumah megah itu.

“Satria yang melihat kedatangan Alex terlebih bersama Luna langsung menghampiri.

“Hai Lex, Lun.” sapanya dengan ramah.

“Hai, selamat ulang tahun ya bro, rame betul.” ucap alex sembari mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Satria.

“Makasih bro, iya ini sih ulah papi, sama. mami bisa apa aku.” Satria menjawab sembari terkekeh.

“Met Ultah ya Sat, sorry gak bawa apa-apa, katanya lo gak mau dikasih kado, tapi gue tetep bawa terima ya.”ucap Luna memberikan kotak persegi empat yang hanya genggamannya itu.

“Makasih, kalau dari kamu pasti aku terima.” Satria tersenyum lebar menerima kado dari Luna.

“Cantik banget kamu Lun, seneng banget kamu datang jadi tidak sia-sia acara ini.” Satria berucap malau-malu cowok berwajah ganteng itu memandang Luna tak berkedip, membuat Luna hanya tersenyum menangapi ucapan Satria, untung kecanggungan itu terhenti tat kala orang tua satria memanggil lelaki itu.

“Aku tinggal dulu ya, nikmati acaranya nanti aku kesini lagi, kayaknya tamu kehormatan papi datang.” ucap Satria sembari melihat kearah pintu yang diikuti oleh Alex dan Luna membuat kedua orang itu langsung terdiam karna yang dimaksud Satria adalah Arjuna yang sedang masuk bersama seorang gadis cantik yang begitu mesra menggandeng lengan Juna tersenyum manis, membuat hati Luna seketika terasa nyeri, Alex yang melihat perubahan wajah Luna langsung menggenggam jemari Luna.

“Apa perlu gue hajar tuh orang.” bisik Alex karna dentuman musik yang keras membuat suara mereka tak begitu terdengar, Luna menggeleng.

“Kita pulang saja, gak papa kan?” Alex mengangguk.

“Gak papa lagian kita juga sudah ketemu satria, ayo kita pulang, maaf ya Lun.” Alex langsung menarik tangan Luna untuk keluar dari tempat itu.

“Selamat Ulang tahun Satria, semoga kamu bertambah dewasa dan bertanggung jawab.” Juna menyalami Satria dengan senyum tipis.

“Terimakasih tuan Juna.”

“Katanya gak boleh bawa kado, tapi kamu kok memegang kado.” selidik Juna yang tak enak karna tidak membawa apa-apa ke pesta itu.

“Oh, ini tadi dari teman Satria Aluna, memang begitu selalu tidak bisa di larang, dan saya juga senang kalau dapat kado dari dia.” Satria menjawab dengan wajah yang berbinar namun tidak dengan Juna yang langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mencari sosok Luna.

“Luna apa dia melihatku, shit!” Juna mengumpat.

“Kenapa tuan Juna, apa ada masalah?” tanya papi Satria yang mendengar Juna memaki.

“Saya harus pergi, maaf.” Juna langsung berlari meninggalkan tempat itu membiarkan sekretarisnya begitu saja.

“Lun..”

“Hmm..”

“Sudah tidur sudah malam, besok dikerjain lagi ini sudah jam satu lo.” Alex mengingatkan.

“Aku belum ngantuk Lex, lagian besok juga libur.” Alex terdiam ia tahu Luna hanya mengalihkan kegundahan hatinya kedalam pekerjaan.

“Kenapa hp lo mati.”

“Oh, baterainya habis tolong dicas Lex.” Alex mengangguk dan mengerjakan yang diperintahkan Luna.

“Lapar Lun, aku masak mie kamu mau gak?”

“Iya boleh, yang pedes ya buat aku.”

“Hm..” Alex pun pergi ke dapur sementara Luna hanya terdiam menatapi layar datar itu, bukan bekerja namun pikirannya tertuju dengan pemandangan yang baru ia lihat di pesta tadi, dadanya kembali nyeri, nafasnya terasa sesak, otaknya berpikir kalau Juna selama ini hanya mempermainkannya. Tak tahu yang dipikirkan kesana kemari mencari dirinya sudah puluhan kali ia menelfon seperti orang gila dan berakhir didalam mobil didepan ruko Luna. *