NovelToon NovelToon
Pembantu Kesayangan Tuan Abian

Pembantu Kesayangan Tuan Abian

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Titin

Rara Depina atau biasa di panggil Rara, terpaksa menggantikan ibunya yang sedang sakit sebagai Art di ruamah tuan muda Abian Abraham.

Rara bekerja tanpa sepengetahuan tuan muda Abian. Abian yang pergi kerja saat Art belum datang dan pulang saat Art sudah pergi membuat Rara bisa bekerja tanpa di ketahui Abian.

Apa jadinya saat tak sengaja Abian memergoki Rara tengah berada di apartemennya.

Dilema mulai muncul saat diam-diam Abian mulai jatuh cinta pada pembantu cantiknya itu, dan di tentang oleh keluarga besarnya yang telah memilihkan calon buat Abian.


Akankah Abian mampu mempertahankan Rara di sisinya, cuus baca kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memberi pilihan

Potongan Video saat di resto tersebar luas di sosial media. Dalam waktu sekejab menjadi viral, jadi perbincangan hangat semua kalangan.

Pasangan yang sangat serasi menurut mereka. Termasuk juga Ara, dengan senyum getir dia melihat kemesraan suaminnya dengan tunangannya.

Walau bibirnya tersenyum tapi hatinya menangis. Tak bisa di pungkiri kalau dia cemburu dengan Septi. Apa lagi Bian seperti menikmati sentuhan Septi, Ara sungguh benci memikirkannya.

"Ra, gak makan kamu nduk?!" Seru ibu dari luar kamarnya.

"Nanti aja buk, lagi gak ***** makan," jawab Ara pelan. Dia lapar tapi malas untuk beranjak dari tempatnya sekarang.

"Jangan sampai masuk angin kamu Ra, sedari pulang sekolah kamu gak makan-makan." Omel ibunya dari ruang tengah.

Ara tak menyahut, dia tengah berbaring dengan mata terpejam. Di kepalanya bayangan Bian menyentuh tubuh Septi dengan kedua tangannya menari-nari tak mau berhenti.

Ting!

Ponsel Ara berdenting, pesan dari Bian masuk ke ponsel Ara. Dengan malas Rara membuka ponselnya memeriksa isi pesan Bian.

(Sudah tidur?) bunyi pesan Bian. Ara menghela napas berat. Tanpa membalas pesan Bian dia kembali meletakkan ponselnya di sampingnya.

Ting!

(Ra, mau makan malam denganku?) bunyi pesan kedua Bian. Kalimat kedua Bian malah membuat Ara mengingat kejadian siang tadi.

Merasa pesannya di abaikan Bian melakukan panggilan telpon.

"Ra!"

"Hemm."

"Aku jemput, kita makan di luar."

Ara belum memberi Bian jawaban tapi panggilan sudah terputus. Bian mengakhiri panggilannya.

Dengan malas Ara beranjak bangkit menuju dapur, membuka tudung saji. ada sambal ikan dan tumis kangkung. Menu sederhana yang biasanya mampu menggugah selera kini tidak sama sekali.

Dengan panci kecil Ara merebus air, berniat merendam mie instant. Mie rebus rasa soto medan jadi pilihan Ara.

Setelah air di panci mendidih Ara menuangkan airnya ke mangkuk berisi mie rasa soto medan.

Sembari menunggu mienya lunak, Ara duduk diruang tv bareng si kembar yang juga lagi nonton.

"Kak di suruh makan tadi sama ibu," ujar Dedek sembari menatap Ara sekilas.

"Iya itu lagi ngerendem mie."

"Loh bukannya masih ada sambel sama sayur kak?" tanya Dimas setau dia tadi masih ada sayur kak.

"He em," sahut Ara malas, melihat kakaknya seperti malas bicara, Dedek kembali focus pada tv di depannya.

Ara melahap mienya beberapa suap saja, ***** makannya sedang buruk saat ini, mie rendam yang biasanya jadi solusi saat dia lagi tak ***** makan kini sepertinya tak bisa jadi solusi ***** makannya tetap saja buruk.

Ara baru saja masuk kekamarnya saat Bian benar-benar datang menjemputnya. Ibu yang baru duduk di depan tv menyuruh Bian menemui Ara di kamarnya mengira Ara sudah tidur.

Bian masuk kamar Ara dengan langkah pelan mengira Ara sudah tertidur. Tapi ternyata Ara tengah bermain ponselnya sembari duduk bersandar di atas ranjang.

Bian menghela nafas panjang, kemudian duduk di sebelah Ara yang tampak mengabaikannya.

"Sudah makan?" tanya Bian pelan. Manik hitamnya memindai wajah masam Arah.

"Sudah!" Sahut Ara ketus.

"Aku sudah bilang mau menjemputmu makan di luar," ujar Bian masih dengan nada lembut.

"Aku sedang tidak ingin di luar," sahut Ara. Terdengar helaan nafas Bian, manik hitamnya masih saja menatap Ara lekat.

"Kamu sudah lihat berita tentang pertemuanku tadi siang?" Tanya Bian.

"Hemm." jawab Ara dengan menggumam.

"Aku terpaksa melakukannya, aku harap kau tidak salah paham," ucap Bian pelan. Ara tak merespon dia masih sibuk dengan gawainya.

"Kamu marah Ra?"

Marah? apa dia punya hak untuk marah? Septi adalah tunangannya, bukankah perlakuan seperti itu wajar untuk sepasang insan yang sudah terilat dengan pertunangan.

"Ra, aku bertanya padamu?!" Bian mulai kehilangan kesabaran. Ara yang sedari tadi fokus pada gawainya kini beralih menatap Bian lekat.

"Aku marah, aku sedih juga cemburu. Tapi aku juga sadar, bahwa aku tidak punya hak atas dirimu tuan. Empat tahun kebersamaan kalian harus ternoda oleh kehadiranku, andai aku tidak hadir di sisimu tuan, tuan jadi lelaki paling bahagia bisa memiliki nona Septi." Ada nyeri di sudut hati Ara saat mengatakannya.

Bian membisu, ucapan Ara ada benarnya. Sebelum Ara hadir dia bisa memaklumi perlakuan Septi padanya. Meninggalkan dirinya setahun lamanya tanpa kabar, sementara wajahnya berseliweran di layar kaca.

Kehadiran Ara membuat dia berpikir berbeda terhadap Septi. Mengikis rasa cintanya dan menggantinya dengan rasa cintanya pada Ara.

"Tapi bahagiaku cuma denganmu Ra," ucap Bian sendu. Biasanya ucapan Bian akan mengikis amarahnya, tapi kaliini tidak demikian. Saat Bian mencoba menyentuh tubuhnya Ara menepisnya.

"Ra, jangan begini," ucap Bian semakin sendu. Lelaki dingin dan kaku itu berubah begitu sendu malam ini.

Ara tertunduk dalam, dia sudah mencoba memaklumi, tapi tak bisa. Bian lebih pantas dengan Septi ketimbang dirinya.

Bian kembali menyentuh Ara dengan lembut dan hati-hati. Tapi lagi-lagi Ara menepis sentuhan Bian. Andai ini rumahnya bukan rumah Ara dia akan terus menyentuh Ara sampai Ara menetima sentuhannya. Tapi ini rumah Ara...

"Tuan jangan datang padaku, sebelum memutuskan hubungan salah satu dari kami. Aku akan tetap menunggu dengan sabar dan menerima dengan ikhlas apapun keputusan tuan. Hatiku sakit setiap melihat tuan, bayangan kemesraan tuan dengan Septi menghantuiku," ucap Ara lirih.

"Ara..."

"Aku mohon tuan, hatiku terasa sakit sekali saat ini. Suamiku yang begitu aku cintai menyentuh wanita lain. Tak perduli itu maunya atau bukan tapi nyatanya sentuhan itu nyata terjadi," ucap Ara semakin lirih, bulir bening sudah membasahi pipinya.

Bian termangu, dia dilema saat ini. Ucapan Ara memintanya memilih salah satu dari mereka. Ini tak sulit Bian jelas mencintai Ara. Tapi masalah tak sesederhana itu, ini menyangkut bisnisnya juga keluarganya. Dia pasti melepas Septi tapi tidak sekarang.

"Kau tidak percaya padaku Ara?" Tanya Bian dengan wajah sendu.

"Aku sangat percaya padamu, sangat percaya. Itu sebabnya aku memberi mu waktu untuk memilih satu diantara kami tuan."

Biar berdecak kesal ada amarah yang membuncah di kepalanya. Tapi tak tau harus dilampiaskan pada siapa.

"Tuan pulanglah aku mau istirahat," ucap Ara pelan. Hati Bian tersa sakit, teramat sakit. Andai dia bisa memutuskan hubungan dengan Septi malam ini juga akan dia lakukan demi penerimaan Ara pada dirinya.

"Baiklah Ara kalau itu mau mu."

Bian melangkah gontai meninggalkan kamar Ara, dengan wajah layu dia berpamitan pada ibu dan duo kembar.

Sementara Ara menangis tersedu di balik selimut, mungkin ini pertemuan terakhirnya dengan Bian.

***

Bian terlukai di meja Bar, entah sudah gelas yang keberapa yang dia minum, yang jelas minuman itu sudah mengikis kesadarannya.

"Kau tau san? dia bahkan belum lulus SMA," ujar Bian sembari terkekeh. Sementara jari telunjuknya mengarah kepada Sandi yang sabar menemaninya minum.

"Dia mengusirku, memaksaku memilih antara dia dan Septi! Tentu saja aku pilih dia. Tapi dasar bocah ingusan tak paham perasaan seseorang!" Sentak Bian sengit.

"Kau lihat saja nanti Ara. Saat aku bisa singkirkan Septi, aku akan bikin perhitungan dengan mu!" Ancam Bian kemudian ambruk di atas meja Bar.

Sandi menhela napas panjang, rasa iba terselib di lubuk hatinya.Dia tau Bian sangat mencintai Ara. Tapi dia juga mendukung sikap tegas Ara terhadap Bian. Bagaimanapun Bian memang harus menyelesaikan dulu satu hubungan sebelum memulai hubungan baru.

"Ayo pulang pak." Sandi memapah tubuh Bian meninggalkan Club malam menuju tempat parkir.

.

Happy reading.

Hay readers tingalin dukungannya ya 🥰🥰🥰🙏🙏🙏🙏

1
Umi Syafaah
semoga ceritanya menarik ya ,aku nyimak dulu
Dewi Siahaan
Kecewa
Dewi Siahaan
Buruk
Ai Siti
Biasa
Ruli Ana
Kecewa
Ruli Ana
Buruk
Farani Masykur
coba mampir thor
Sabaku No Gaara
Luar biasa
Christina Dariyem
Kecewa
Christina Dariyem
Buruk
yuni_nuraeni
Rika Fitria
keren ceritanya
Siti Zubaedah
Luar biasa
sherly
novel yg bagus, tq Thor...
sherly
ya jelas donk, situ siapa ngarep dilembutin bian... ngaca mbak
sherly
aku tu sebenarnya sebel dgn sikap araa.. masih aja ngk mudeng kalo si bian tu sayang, cintaaaaa banget Ama dia... . emang sih si bian tu posesif tp itu menunjukkan kalo dia sayang banget lagian boleh pergi tp TDK boleh ada teman laki yg ikut kalo menurutku itu hal yg wajar
sherly
netizennya plinplan...
sherly
Luar biasa
sherly
sialan bener nih abian...
kalea rizuky
sering nginep kayaknya septi di situ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!