Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesaknya...
Zionel menyelesaikan mandinya, ia pun keluar dari kamar mandinya, matanya seketika terbelalak saat mendapati tempat tidur yang sudah kosong. Dengan langkah yang cepat Zionel mencari keberadaan Stevani di kamarnya hingga ke balkon, tapi ia tak menemukan wanita yang telah ia nodai semalam. Ia mengumpat...
"Kemana perginya wanita itu?" ujar Zionel lalu kembali masuk ke kamarnya.
Ia kembali terkejut saat melihat kartu ATM di meja kecil itu masih ada. Zionel mendekati meja lalu mengambil kartunya.
"Apa yang ia pikirkan, bahkan ia tak mengambil uangnya. Haisssss... sialan...!"
Zionel segera mengambil ponselnya, ia menghubungi Alex.
"Lex... cari informasi siapa wanita itu, tanpa terlewat sedikit pun." perintah Zionel saat Alex mengangkat teleponnya.
"Wanita itu, maksud anda nona Stevani pak Zio?"
"Mengapa kau masih bertanya, apa aku terlibat dengan wanita lain Lex? Siapapun namanya segera cari tahu tentangnya. Aku tunggu sampai nanti siang Lex, sementara ini jangan menggangguku sampai kau mendapatkan informasi wanita itu." jawab Zionel seraya menutup ponselnya.
Zionel melemparkan ponselnya lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia memegang kepalanya karena membuat masalah. Zionel mengingat bagaimana mereka bisa berakhir di atas ranjang.
"Brengsek... bahkan hanya memikirkannya saja, aku kembali menginginkannya." Zionel menggigit bibirnya karena terlalu kesal.
Zionel beranjak dari tempat duduknya, ia segera memakai pakaiannya. Setelah ia berpenampilan rapi, ia justru mondar mandir di kamarnya.
"Jangan harap kau bisa pergi dariku setelah apa yang terjadi semalam nona. Seorang Cruise akan menyelesaikan masalah sampai akhir. Aku tak akan melepaskanmu begitu saja." gumam Zionel.
Pria itu benar benar seperti orang gila, ia keluar masuk balkon berkali kali. Pikirannya begitu kalut, ia kembali menatap tempat tidurnya. Bercak darah itu benar benar nyata, ia benar benar menodai seorang perawan. Zionel menggertakkan giginya sendiri, ia menyesali kebodohannya karena dipengaruhi alkohol.
Tapi ia sendiri sangat terkejut, mengapa ia kehilangan kendali di dekat wanita itu. Ia sudah sering minum dan selalu menolak seorang wanita yang mendekatinya walaupun ia sudah mabuk, tapi saat bersama Stevani ia bahkan menginginkan sesuatu yang lebih yang sama sekali tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Zionel bukan pria yang suka tidur dengan wanita, ia menjaga keperjakaannya karena ia hanya ingin melakukannya dengan wanita yang ia cintai. Tapi sekarang apa yang ia jaga sudah diberikan pada wanita yang belum ia kenali.
Zionel kembali terbelalak saat ingat kembali kejadian semalam. "Ya Tuhan..." ujarnya.
Pria itu segera mengambil laptopnya, ia mencari informasi terkait hubungan intim yang dilakukan pertama kali dengan seorang perawan dan tanpa pengaman. Zionel kembali mengumpat saat mengetahui 80% wanita akan hamil walaupun berhubungan intim hanya sekali.
"Apa yang harus aku lakukan jika... Oh tidak... Aku harus fokus mencari Haena. Aku memang bodoh, aku sudah gila... Haena... abang janji akan menyelesaikan ini dan kembali fokus mencarimu." pikir Zionel.
Zionel menatap jam tangannya, sudah pukul 9 tapi Alex masih belum mendatanginya. Ia menggigit kuku ibu jari kanannya, sedangkan jari tangan kirinya terus mengetuk keyboard laptop miliknya.
"Aku tak bisa berdiam diri seperti ini, aku harus mencari tahu sendiri." ucap Zionel seraya beranjak dari tempat duduknya lagi lalu keluar dari kamarnya.
*****
Stevani berlari menuju ruangan Zaline, ia mengabaikan rasa sakit yang masih terasa di bagian miliknya. Beruntung bu Yoyoh ada di luar ruangan, ia segera menghampiri wanita itu.
"Bu... bisakah aku meminjam uang untuk membayar ongkos taksi?" tanya Stevani.
Bu Yoyoh terkejut mendengarnya lalu menatap penampilan Stevani yang sangat berantakan. Tapi wanita paruh baya itu membungkam mulutnya sendiri lalu mengambil dompetnya. Ia memberikan uang seratus ribu rupiah pada Stevani. Stevani mengambilnya lalu berlari kembali meninggalkan bu Yoyoh.
"Ya Allah... apa yang terjadi pada neng Vani. Ia baru pulang jam segini. Mengapa penampilannya tadi seperti... ah ini hanya pikiranku saja, tapi kenapa neng Vani bahkan tak bisa membayar ongkos taksinya." pikir bu Yoyoh.
Bu Yoyoh terus menatap lorong rumah sakit, tak lama Stevani kembali lagi. Stevani langsung memeluk bu Yoyoh lalu menangis histeris.
"Neng... tidak apa apa kan neng? Apa yang terjadi? Katakan pada bu Yoyoh, apa ada yang menyakiti neng Vani?" tanya bu Yoyoh.
"Aku minum alkohol bu, aku minum demi uang. Aku..." Stevani menghentikan ucapannya, ia tak sanggup mengatakan jika ia tidur dengan seorang pria tapi ia tak tahu siapa pria itu.
"Ya Allah neng, pantas tubuh neng bau minuman dan berantakan. Tidak apa apa jika neng melakukan kesalahan, bu Yoyoh mengerti semua ini demi neng Zaline."
Stevani terus terisak di pelukan bu Yoyoh, setelah ia tenang, ia pun melepaskan pelukannya.
"Aku minta maaf karena telah merepotkan ibu. Tas dan ponselku tertinggal di klub. Aku tak sempat mengganti pakaian, sebentar lagi Zaline masuk ke ruang operasi. Bagaimana aku bisa menemuinya dengan penampilan seperti ini bu?"
"Neng Vani tunggu disini sebentar." ujar bu Yoyoh lalu meninggalkan Stevani masuk ke dalam ruangan.
Beberapa menit kemudian, bu Yoyoh keluar lagi. Wanita itu memberikan pakaian serta handuk dan juga alat mandi pada Stevani.
"Ini pakaian ibu yang masih bersih, neng Vani mandilah di toilet umum. Setelah membersihkan diri, baru menemui neng Zaline. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum operasi." ujar bu Yoyoh.
Stevani menganggukkan kepalanya lalu mengambil pakaian dan handuk serta alat mandi itu. Ia terpaksa menerima bantuan bu Yoyoh, ia tak akan membuat Zaline khawatir dan memperlihatkan penampilannya saat ini. Stevani melangkahkan kakinya, ia mencari toilet rumah sakit di luar ruangan.
Setelah menemukannya ia pun masuk ke dalam toilet tersebut. Ia mengguyur tubuhnya sambil terisak. Ia menatap sekujur tubuhnya yang dipenuhi bercak merah terutama di bagian dadanya. Rasa sesak kembali muncul saat mengingat apa yang telah ia lakukan semalam. Stevani memukul dadanya berkali kali sambil menangis.
"Apa yang telah aku lakukan... apa yang telah aku lakukan..." isakannya semakin keras.
Stevani terus memukul dadanya karena rasa sesak itu semakin terasa. Ia bahkan tak mengingat apapun, tapi ia benar benar kehilangan kesuciannya.
"Hiks... hiks... hiks... ya Tuhan... mengapa Kau lakukan ini padaku... hiks... hiks... hiks..."
Ia benar benar tak bisa menahan tangisannya lagi, ia menggosok seluruh tubuhnya dengan kasar. Tangannya gemetar, ia merosot ke lantai toilet, memeluk lututnya, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang meledak-ledak di dadanya.
"Zaline... maafkan kakak... kakak benar benar kotor sekarang. Kakak benar benar wanita murahan persis seperti yang mereka katakan. Kakak tak menepati janji untuk menjadi wanita yang baik, maaf... maaf... maaf... Zaline..."
Tangisan Stevani tidak bisa berhenti, matanya semakin bengkak. Kedua tangannya terus berusaha menutup mulutnya agar isakannya tidak terdengar keluar. Tapi seberapa keras pun ia mencoba melupakan kejadian semalam, ia tak mampu melakukannya.
Kehilangan kesucian yang selama ini ia jaga, seperti kehilangan sebagian nyawanya. Jika saja tidak memikirkan Zaline, ia akan melakukan hal gila saat ini. Ia seperti tak ingin hidup lagi, ia merasa sudah tak pantas berada di dunia lagi.
*****
Happy Reading All...