Bagaimana rasanya jika ternyata kehormatanmu sampai direnggut oleh Kakak tirimu sendiri?
Rina terlibat cinta segitiga dengan Rangga dan juga Mega yang ternyata memiliki sebuah rencana untuk memisahkan dirinya dengan Rangga, kekasih yang merupakan sahabatnya.
Sampai akhirnya Rina pun menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh kakak tirinya sendiri yang bernama Angga. Beruntung saat Angga mulai menyadari kesalahannya terhadap Rina yang ternyata adalah adik tirinya, Rina mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan dirinya hilang ingatan dan melupakan segala peristiwa pahit itu. Bahkan Rina pun melupakan Rangga kekasihnya yang merupakan calon suaminya.
Bagaimana kisah Rina menemukan jati dirinya dalam ingatannya yang hilang? Sedangkan kehormatannya telah dirampas oleh Angga, kakak tirinya sendiri?
Apakah Rina bisa lolos dari penculikan yang direncanakan oleh Mega, sampai membuatnya terbuang ke India? Ikuti kisah menarik di dalamnya dengan komedi dan action yang memukau bersama para aktor dan aktris dalam negeri juga Bollywood.
happy reading..
Terima Kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rina di Bandung
Hari ini Rina terbangun tanpa mimpi buruk yang selalu membunuh waktu tidurnya. Malam yang begitu indah, walau Rina hanya bertemu Rangga lewat mimpi, tapi semua tampak seperti Rangga benar-benar datang dan berada di dekatnya. Mimpi yang mengobati rindu di hati Rina. Sebelumnya selama ini Rina selalu bermimpi saat Angga mengambil kehormatannya, mimpi buruk yang terus ada di saat Rina memejamkan matanya.
Sudah sebulan Rina pergi dari rumah, Rina mengganti nomornya dan seolah menghilang, namun ada satu orang yang selalu Rina hubungi yaitu Viska, walau Viska tidak tahu keberadaan Rina, tapi ia sangat tenang bahwa Rina dalam keadaan baik-baik saja.
Rina merasa benar-benar hancur, setelah kehormatannya direnggut oleh Angga, ia pun harus menerima kenyataan bahwa Rangga meninggal dunia. Setiap waktunya terus dipenuhi air mata, begitu sakit hatinya, membuatnya sangat putus asa.
Rina saat ini tinggal di Bandung, di sini Rina tinggal dengan mantan dosennya, saat dulu Rina kuliah, Rangga pun mengenalnya. Dosen yang sudah Rina anggap seperti orang tuanya sendiri, namanya Bu Rita yang sudah berusia 50 tahun.
Di Rumah Bu Rita.
"Rina, ini sudah sebulan kamu di sini, tapi kamu sama sekali tidak pernah menghubungi siapapun, apa kamu tidak rindu dengan adik - adikmu?" tutur Bu Rita bertanya sambil membuat roti bakar untuk sarapan Rina.
"Aku sebenarnya rindu dengan adik-adikku Bu, mungkin aku akan coba untuk menghubungi mereka." jawab Rina yang terduduk di meja makan.
"Iya itu harus biar mereka tidak terlalu khawatir, katakan pada mereka kamu baik-baik saja." ucap Bu Rita.
"Baik Bu, aku akan hubungi mereka sekarang." sahut Rina yang mulai beranjak menuju ruang tamu dan terduduk di sana sambil menghubungi Bi Imah.
Drrret-drrret-drrret
Handphone Bi Imah berbunyi. Bi Imah pun mengambil Handphone tersebut.
"Halo, dengan siapa ini?" ujar Bi Imah.
"Bi, ini aku Rina, Bibi apa kabar?" jawab Rina bertanya.
Bi Imah yang mendengar itu sangat terkejut, ia bahagia setelah sekian lama akhirnya ia bisa mendengar suara anaknya lagi.
"Ya ampun Mba Rina, Bibi kangen, Mba! Mba dimana? Gimana keadaan Mba? Mba ini Vara hampir setiap hari nangis mikirin Mba, Mba pulang ya." tutur Bi Imah menceritakan keadaan Vara yang sangat kehilangan Rina.
"Aku sekarang baik Bi, kemungkinan aku akan segera pulang, salam sama Vara ya Bi, aku gak bisa kasih tahu aku dimana tapi yang jelas aku saat ini ada di Bandung." tutur Rina.
"Iya Mba, gak apa-apa, yang penting Mba Rina sehat aja Bibi udah bahagia." ucap Bi Imah.
"Ya sudah Bi gitu aja nanti sampaikan ke Vara dan Yoga ya Bi." titah Rina seraya menutup telponnya.
******
Bi Imah yang tampak bahagia segera menghubungi Vara, namun handphone Vara ternyata tidak diangkat, ia coba menghubungi Yoga, ternyata tidak diangkat juga, akhirnya Bi Imah pun menghubungi Adi.
"Halo Pak?" ujar Bi Imah.
"Iya Bu, halo." ucap seorang laki-laki menjawab.
"Pak, Mba Rina tadi nelpon Pak." ujar Bi Imah.
"Rina mana ya Bu? Ibu saya tidak kenal dengan yang namanya Rina, ini Ibu telpon mau kredit panci ya, kalau iya panci yang ukuran berapa ya Bu." ucap laki-laki tersebut.
Bi Imah pun sontak kaget, ia langsung melihat handphonenya dan di layar handphonenya tertera Adi tukang panci.
"Waduh Mas, maaf maaf saya salah nomor, ya sudah ya Mas." ujar Bi Imah langsung mematikan handphonenya.
Tak lama pintu rumah Rina pun berbunyi.
Tok-tok-tok
Bi Imah pun segera membukakan pintu rumah, saat pintu sudah terbuka ia melihat seorang laki-laki yang sedang membelakangi pintu.
"Maaf Mas nyari siapa ya?" ujar Bi Imah.
Saat laki-laki itu membalikkan badannya, Bi Imah pun sangat terkejut, ia langsung berlari.
"Setan." teriak Bi Imah ketakutan.
Karena Bi Imah lari dengan tidak beraturan ia pun menabrak sofa yang ada di ruang tamu, Bi Imah terjatuh dan pingsan.
*******
Bersambung✍️