Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.
Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.
Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.
Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.
Ikuti kisahnya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Keesokan harinya, Zavier datang ke Aetherworks. Pria itu turun dari mobilnya, melepaskan kacamata hitamnya, lalu menatap gedung di depannya dengan ekspresi serius.
Zavier masuk ke dalam, dan resepsionis yang berjaga langsung memberitahunya, “Pak Zavier, Pak Jayden sudah menunggu di ruangannya. Anda tinggal naik ke lantai atas dan belok ke kanan”
Zavier mengangguk ringan sebelum menaiki lif menuju lantai atas, ke ruangan Jayden. Ia membuka pintu ruangan Jayden, yang luas dan rapi, dengan sofa di tengahnya.
Jayden tersenyum hangat saat melihat teman lamanya itu telah datang. “Selamat pagi, dan… welcome to my other company,” kata Jayden sambil berdiri dan mendekati Zavier.
Zavier juga ikut tersenyum tipis sembari mengulurkan tangan, dan mereka berjabat tangan dengan hangat.
“Silakan duduk. Kita bisa bicara banyak sambil menikmati cemilan,” lanjut Jayden, sambil mempersilakan Zavier duduk di sofa ruangannya.
“Bagaimana kabarmu? Terakhir kali kita bertemu saat terlibat investasi properti dua tahun lalu,” Jayden memulai percakapan.
“Baik. Kau sendiri?” tanya Zavier, suaranya datar namun penuh perhatian.
“Selalu baik, meskipun yah… masalah pasti ada lah,” jawab Jayden santai.
Zavier mengangguk, lalu wajahnya tiba-tiba terlihat lebih serius. “Aku sudah tahu semuanya… ceritanya dari Nathan tentang Selina yang bekerja di sini,” katanya.
“Ya… dia tidak bisa membayar kerugian yang sudah dia buat padaku, jadi aku mempekerjakannya di sini. Tapi aku tidak sejahat itu untuk tidak memberikannya gaji. Aku memang bilang kepadanya kalau dia bekerja padaku sebagai ganti rugi selama beberapa bulan, tapi aku akan tetap memberikannya gaji nanti di akhir bulan” jelas Jayden.
Kening Jayden kemudian mengerut. “Jadi kau… mengenal Selina dan putranya?”
Zavier mengangguk. “Ya. Selina adalah mantan istriku, dan adikku Kim—yang merupakan kekasih Nathan—yang memberitahuku semuanya. Dia juga yang mengatakan kalau putra Selina sangat mirip denganku.”
“Apa?!” Jayden sontak menegakkan tubuhnya, matanya melebar, tidak percaya dengan informasi yang baru saja didengar dari Zavier.
•
•
Selina bernafas lega dan tenang hari ini melayani pelanggan, karena hari ini Kim, kedua orang tuanya, dan kekasih Zavier tidak ada di kafe.
"Aku baru lihat aslinya, si Zavier ternyata lebih ganteng diliat langsung euy,” kata Emel di sebelahnya, yang sedang sibuk membersihkan meja.
“Ceweknya juga cantik banget. Cocok banget mereka,” tambahnya lagi, tapi segera Emel menyadari ucapannya. Wajahnya seketika berubah tegang.
“Selina… ma… maaf aku… aku nggak bermaksud… itu tadi cuma refleks aja,” kata Emel terbata-bata.
Selina, yang sedang menata kue di piring, menatap Emel dengan ekspresi datar dan tak terbaca.
“Nggak apa-apa, mereka emang cocok kok. Aku juga pikir begitu,” jawab Selina dengan suara terdengar biasa saja.
Emel menatap wajah Selina, masih merasa bersalah. Dia tahu betul betapa Selina selama ini berjuang sendirian membesarkan putranya.
“Kalau kamu mau cerita masalah kamu ke aku, aku siap denger, Lin. Meskipun kita cuma dekatnya di kafe, tapi aku bisa jadi teman yang kamu percaya,” kata Emel lembut.
“Selama bertahun-tahun kamu kerja di sini, aku cuma tahu sedikit masalah pribadimu. Kamu nggak pernah cerita alasan kamu pergi dari mantan suamimu, atau tentang keluargamu,” lanjut Emel, menatap Selina dengan penuh perhatian.
Selina terdiam sejenak. Membicarakan soal keluarganya selalu membuat hatinya terasa perih. Keluarganya sendiri saja tidak pernah peduli padanya.
“Nanti, aku bakal cerita. Makasih ya, sudah peduli sama aku dan Ian,” kata Selina sambil tersenyum tipis.
Setelah itu, Selina keluar untuk mengantarkan pesanan pelanggannya.
•
•
Denada terus mondar-mandir di kamar hotelnya. Wanita paruh baya itu beberapa kali menggigit bibirnya, jelas gelisah.
Eliza masuk membawa secangkir teh hangat dan obat rutin Denada. Ia memandang wanita itu yang tampak cemas.
“Tante, minum dulu obatnya,” kata Eliza sambil menaruh teh di meja samping ranjang.
“Tante nggak tenang, Eliza… Zavier nyuruh kita diam saja di sini, tapi Tante pengen banget melihat putranya Selina,” ucap Denada dengan suara bergetar.
Eliza mengangguk, memahami. Wanita itu jelas ingin bertemu pewaris keluarga Johnson yang sudah lama dia idamkan. Lalu Eliza memapah Denada untuk duduk di samping ranjang.
“Aku paham apa yang tante pikirkan, tapi Nathan bilang kita nggak boleh gegabah. Biarkan saja Selina yang membawa Ian ke sini nanti,” kata Eliza lembut.
Denada menunduk dan menghela napas panjang. “Tante merasa bersalah… karena dia mengandung pewaris keluarga Johnson, tapi kami tak ada di sisinya. Kami membiarkan keturunan kami terlantar, meninggalkannya berjuang sendiri,” kata Denada lirih, matanya berkaca-kaca.
Eliza memahami sepenuhnya rasa bersalah itu. Andai saja dulu dia tidak terlena, dan gencar menyuruh Zavier untuk menjauhinya. Maka Zavier akan tetap terikat dengan Selina dan Ian takkan lahir tanpa ayah dan mengalami hidup susah.
Kemabli ke kantor Aetherworks, Jayden masih duduk di sofa, mendengarkan dengan seksama cerita Zavier tentang Selina.
“Aku sebenarnya tidak mencintai Selina, dan sampai kapanpun tidak akan pernah,” kata Zavier, matanya menatap ke luar jendela sejenak sebelum kembali menatap Jayden. “Cintaku sudah habis pada Eliza, kekasihku sekarang. Tidak ada ruang untuk yang lain.”
"Aku sadar, meskipun selama menikah aku tidak pernah menyakiti fisiknya, tapi aku tahu seringkali dia merasa sakit hati karena sikapku,"
“Tapi sungguh, hati tak bisa dipaksa untuk mencintai atau melupakan seseorang,” katanya lagi, dengan nada lirih.
Jayden menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya kasar. Ia tidak menyangka kalau Selina adalah mantan istri temannya dan kemungkinan Ian adalah anak pria itu.
“So… apa yang akan kamu lakukan? Mengambil putranya begitu saja?” tanya Jayden.
“Aku tidak akan mengambilnya,” jawab Zavier tegas. “Tapi tentu saja, kedua orang tuaku akan melakukannya. Mereka dari dulu ingin mendapatkan pewaris keluarga.”
“Menurutku itu bukan cara yang benar,” kata Jayden, menatap Zavier dengan serius. “Apalagi selama ini dia merawat putranya sendirian. Ian saja takut bertemu denganmu, apalagi kalau harus bertemu keluargamu yang lain.”
Zavier mengangguk pelan. Ia memang tidak punya pengalaman mengurus anak kecil, meski ia punya adik.
“Lalu… kamu akan menikah tanggal dua puluh ini?” tanya Jayden lagi.
“Ya. Aku tidak ingin menunda-nunda lagi,” jawab Zavier. “Meski awalnya aku takut, terutama ketika Eliza mendengar kabar ini, dia jadi ragu menikah denganku. Tapi Eliza-ku tak seperti yang aku pikirkan.”
“Aku sangat ingin mengatimu, brengsek… tapi aku juga membenci wanita itu,” kata Jayden, “karena dia sudah menyebabkan beberapa kesialan dalam hidupku.”
Zavier menatap Jayden dengan alis berkerut sebelum pria itu mulai menjelaskan.
•
Selina tiba di parkiran perusahaan Aetherworks. Ia melepas helmnya, lalu melangkah menuju pintu besar di depan yang terbuka lebar.
Saat masuk, pandangannya tersentak. Matanya langsung tertuju pada Jayden dan Zavier, yang kini berjalan ke arahnya berpijak sambil bercakap-cakap.
Belum sempat Selina berbalik, dua orang itu sudah melihatnya.
Nafas Selina tercekat. Kakinya seolah membeku, tak mampu bergerak. Jantungnya berdetak cepat, campuran antara kaget, dan rasa tak nyaman yang lama terpendam.
Zavier menatap intens, kini bisa melihat wajah mantan istrinya dengan jelas—Selina, yang selama tujuh tahun terakhir tak pernah ia lihat lagi. Tak banyak berubah, hanya rambutnya yang kini lebih panjang, tampak menutupi bahunya.
Sementara Jayden yang berdiri di sampingnya, menatap Selina dengan ekspresi tak terbaca.
padahal lembek