NovelToon NovelToon
Kepepet Cinta Ceo Arogan

Kepepet Cinta Ceo Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Romansa / Fantasi Wanita / Nikah Kontrak / Wanita Karir
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Arash Maulidia, mahasiswi magang semester enam yang ceroboh namun gigih, tidak pernah menyangka hidupnya berubah hanya karena satu tabrakan kecil di area parkir.
Mobil yang ia senggol ternyata milik Devan Adhitama — CEO muda, perfeksionis, dan terkenal dingin hingga ke nadinya.

Alih-alih memecat atau menuntut ganti rugi, Devan menjatuhkan hukuman yang jauh lebih berat:
Arash harus menjadi asisten pribadinya.
Tanpa gaji tambahan. Tanpa pilihan. Tanpa ruang untuk salah.

Hari-hari Arash berubah menjadi ujian mental tanpa henti.
Setiap kesalahan berarti denda waktu, setiap keberhasilan hanya membuka tugas yang lebih mustahil dari sebelumnya.
Devan memperlakukan Arash bukan sebagai manusia, tapi sebagai mesin yang harus bekerja sempurna — bahkan detik napasnya pun harus efisien.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Antara Emosi yang Meledak

Waktu makan siang tiba, suasana lantai eksklusif Adhitama seperti biasa: sunyi, tertata, dan terlalu formal untuk ukuran orang-orang yang sedang lapar. Tidak ada suara ramai seperti di lantai bawah—di sini hanya ada dentingan halus keyboard, suara gesekan kertas, dan napas orang-orang yang menahan stres.

Arash baru saja merapikan dokumen yang selesai ia cek. Jilbab hitamnya ia rapikan pelan sambil bersiap mengambil kotak bekal kecil berisi roti dan buah—menu yang bahkan tidak pantas disebut menu makan siang. Tapi Arash tidak punya pilihan; tugas kuliah menumpuk, magang semakin padat, dan pikirannya sedang tidak stabil sejak tadi pagi.

Pintu ruang kerja Devan tiba-tiba terbuka keras.

Brak.

Arash refleks menoleh.

Devan keluar dengan wajah gelap. Bukan gelap sekadar lelah—tapi gelap seperti seseorang yang sudah terlalu sering menahan emosi. Langkahnya cepat, rahangnya mengeras, dan sorotan matanya langsung bergerak mencari seseorang.

Dan orang itu… Arash.

“Rash.”

Suara Devan rendah. Berat. Menekan.

Arash menelan ludah sebelum menjawab, “Iya, Pak?”

Tanpa peringatan, Devan melangkah mendekat. Aura dinginnya terasa semakin kuat. Dari jarak dekat, Arash bisa melihat jelas bagaimana pria itu menahan sesuatu—entah kesal, entah bingung, entah… cemburu.

Beberapa detik berlalu tanpa kata-kata.

Lalu tangan Devan tiba-tiba terulur dan mencengkeram pergelangan tangan Arash.

“Pak!” Arash terkejut. “Lepasin! Apa-apaan sih?”

“Ikut saya. Sekarang.”

Nada Devan tidak memberi ruang debat.

“Pak Devan! Saya mau makan siang!” Arash berusaha menarik tangannya, tapi genggaman Devan tidak mudah dilepaskan.

Pria itu tidak menanggapi. Ia menyeret Arash masuk ke ruangannya. Pintu tertutup klik dan Arash tersentak mundur, jatuh duduk di sofa karena tidak siap.

Devan berdiri di depannya, kedua tangan bertumpu di pinggang, napas turun naik seperti menahan amarah.

Arash, yang biasanya cerewet di belakang Devan, kini hanya bisa diam.

Sampai akhirnya Devan bicara. Pelan. Tapi menyentuh titik paling sensitif.

“Maulidia… kenapa kamu berbeda?”

Arash mengerjap, berusaha terlihat tenang. “Saya masih sama.”

“Nggak. Kamu beda.” Devan melangkah maju satu langkah. “Beberapa hari ini kamu… lain.”

“Saya masih tetap sama, Pak Devan yang terhormat.”

Nada Arash datar, namun ada getaran kecil yang mencoba ia sembunyikan.

“Tidak. Kamu berubah.”

Suara Devan meninggi sedikit—bukan marah padanya, tapi marah karena merasa dijauhkan.

Arash berdiri, menjaga jarak. “Saya bilang saya masih sama.”

“Kalau kamu sama…” Devan mendekat selangkah lagi. “Kenapa kamu menghindar terus dari saya?”

Arash memalingkan wajah, menatap ke arah pintu. “Saya profesional, Pak.”

“Profesional?” Devan mendengus. “Kamu bahkan nggak mau ikut meeting bareng saya kemarin.”

“Itu bukan ranah saya.”

Arash melipat kedua tangan, berusaha mempertahankan sikap formal.

“Dan perihal menjaga batas dengan Anda,” lanjutnya cepat, “karena saya tidak ingin mengganggu hubungan anda dengan calon istri anda.”

Devan terdiam. Tapi diamnya bukan diam biasa—diam ketika seseorang berusaha menahan sesuatu yang baru saja memecut emosinya.

“Dia bukan calon istri saya.”

Suaranya rendah, tegas.

Arash tertawa kecil, hambar. “Terus? Kenapa tadi pangku-pangkuan, mesra-mesraan?”

Alis Devan terangkat tinggi.

Sangat tinggi.

“Kamu cemburu, hmm?”

“Nggak.” jawab Arash cepat. Terlalu cepat.

Devan mendekat. Tangannya terulur memegang bahu Arash, lembut namun tetap tegas. Wajahnya mendekat—cukup dekat untuk membuat napas Arash tersendat.

“Tadi itu bukan seperti yang kamu lihat, Rash.”

Devan menghela napas panjang. “Dia ngomong sesuatu, terus tiba-tiba pura-pura keseleo dan jatuh ke pangkuan saya. Saya kaget. Belum sempat saya apa-apain, kamu udah masuk.”

Arash menatap ke arah lain. “Itu… bukan urusan saya, Pak.”

“Tapi kamu marah.”

“Nggak.”

Kali ini suaranya lebih pelan.

Devan tersenyum kecil. Senyum mengejek—tapi versi lembut.

“Kamu marah karena kamu pikir saya bermesraan dengan dia.”

“Pak Devan, tolong. Jangan bahas hal pribadi saat jam kerja.”

Devan menghela napas panjang, menatap Arash lama, sangat lama, seakan mencoba membaca isi hatinya.

Lalu ia berkata pelan, suara berat namun jelas:

“Rash… saya sebentar lagi lengser dari Adhitama Grup.”

Arash menegang. “Terus?”

“Selesaikan magangmu segera.”

“Magang saya masih dua bulan lagi!”

“Saya tahu.” Devan meraup rambutnya frustasi. “Tapi saya ingin kamu selesaikan dalam satu bulan.”

Arash merasa dadanya naik turun cepat. “Kenapa sih? Ada apa sebenernya?”

Devan tidak menjawab langsung. Wajahnya berubah rumit—bingung, kesal, canggung, semuanya bercampur.

Seakan ada hal besar yang ingin ia katakan, tapi tertahan oleh tembok yang ia bangun sendiri.

“Terserah nanti kamu mau marah atau apa,” katanya akhirnya. “Yang penting kamu selesaikan cepat.”

Arash mendesah frustasi. “Iya, iya, Pak. Baik.”

Suasana mulai melunak sedikit. Devan terlihat ingin bicara lagi. Ingin menjelaskan sesuatu yang lebih dalam.

Namun yang keluar justru…

“Nyaman, ya… duduk di sofa saya?”

Alis Devan terangkat nakal. “Atau… nyaman habis saya tarik-tarik tadi?”

Arash langsung berdiri tegak. “Nggak! Sama sekali nggak!”

Devan tertawa pelan. “Wajah kamu merah, Rash.”

“Bukan urusan Anda, Pak! Saya mau makan siang!”

Arash hampir membuka pintu ketika suara Devan terdengar lagi.

“Bareng saya.”

Cepat. Tanpa ragu.

“Nggak. Saya bawa bekal.”

Arash melangkah keluar tanpa menunggu respons.

Sebelum menutup pintu, ia sempat menoleh sekilas.

Devan berdiri di tengah ruangan.

Satu tangan di saku.

Senyum kecil—sangat kecil—menggantung di bibirnya.

Senyum yang tidak ia tunjukkan pada siapa pun.

Senyum yang hanya keluar kalau menyangkut Arash.

Dan tepat sebelum Arash menutup pintu…

Devan bergumam, hampir tidak terdengar.

“Sial… gemes banget sih kamu, Rash.”

1
Rita Rita
Arash adalah tempat yang paling agung karena Arash tempat nya yg maha berkuasa Allah SWT
Rita Rita
kasihan Devan terjebak dalam alam bawah sadar. semoga setelah sadar Devan dikaruniai kebahagiaan,,, dengan cinta tulus nya Arash
Rita Rita
Alhamdulillah,,, meski dibuang oleh keluarga, Devan masih banyak yg menyayangi. Arash pasti ada rasa sayang ke pak boss Dev
rokhatii: kita belum tahu kak entah perasaan sayang atau hanya perasaan bersalah
total 1 replies
Mineaa
Ya Ampuuunnn thorrrrrrr......
mellow banget...... beneran nangis aku ini.....
pe di ledekin ma bocil......😭😭😭😭
rokhatii: othornya nulis juga sambil nangis kak😭😭
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor semanggat doubel up
rokhatii: satu hari 3 bab semoga cukup ya kak😭
total 1 replies
Reni Anjarwani
semanggat doubel up thor
Rita Rita
lampir datang,,, tak lagi bakal tertangkap dan si Danu juga bakal nyesel. semoga Devan setelah sadar dari koma secepatnya sembuh dan pergi ke Jogja,,
Reni Anjarwani
lanjut thor
Rita Rita
up nya double dong Thor,,, nyesek deh tegang Juga. AQ pengen Devan bahagia bersama Arash AQ pengen Arash adalah rumah untuk Devan pulang dan AQ pengen si Danu bapak durhaka pada itu dapet balasan entah itu perusahaan nya bangkrut kebakaran
Reni Anjarwani
lanjut semanggat doubel up yg banyak thor
Reni Anjarwani
devan dibuang tapi masih punya usaha dijogja
rokhatii: betul tapi nggak ada yang tahu... kita doakan saja Devan sehat kembali
total 1 replies
Mineaa
percayalah....Devan yang kalian buang seperti sampah.....suatu hari nanti akan menjadi yang paling bersinar diantara kalian yang membuangnya..,..
😡
rokhatii: betul ngttt
total 1 replies
Rita Rita
suatu saat si Danu si Diana pula yang akan buang Devan,,, percaya lah setiap perbuatan pasti dapat balasan hukum alam itu nyata
Rita Rita: ga salah,,, malah orang tua yg durhaka sama anak,, Thor bikin Devan bahagia dan kan saat orang tua nya juga bahagia sebelum author turun kan azab
total 2 replies
Mineaa
Amazing......semakin seru.....
ga sabar tunggu update nya....💪
Rita Rita
AQ harap si Danu dan si Diana 2 manusia yg tak punya hati itu dapat azab yg lebih dari yg Devan alamin. orang tua durhaka dan tidak salah jika suatu hari nanti Devan membuang orang tua nya juga
Reni Anjarwani
lanjut thor , tetnyata ibu tirinya penuh tipu muslihat
Reni Anjarwani
doubel up thor
Mineaa
Di dalam balik musibah pasti ada hikmahnya.....
dengan begitu Devan bisa istirahat dari kerjaan nya...ga seperti robot lagi....
di tambah bonus...bisa lebih intens lagi dengan Arash.....💪
rokhatii: pasti karena arash merasa bersalah
total 1 replies
Rita Rita
pasti ulah si Vena ingin celakai Arash dan semoga Devan tidak kenapa Napa, si Vena juga secepatnya di tangkap,,,
rokhatii: kakaknya iya kak ayo kita cari sama sama pelakunya
total 1 replies
Rita Rita
si Vena gila,,, itu bukan cinta bego itu obsesi mu. semoga cinta bersambut Devan dan Arash 😍😍
rokhatii: biarin aja kak nanti gila sendiri
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!