NovelToon NovelToon
Ketika Mantan Istri Mas Kapten, Hadir

Ketika Mantan Istri Mas Kapten, Hadir

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikahi tentara
Popularitas:44.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hasna_Ramarta

Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.

Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?

Ikuti kisahnya yuk.

IG deyulia2022

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Tegang Lagi

     Setelah perdebatan kemarin siang, mengenai keinginan Raina yang memilih tinggal di rumah Dana sesuka hatinya, membuat suasana hati Nala kembali sedih.

     Bukan sedih karena Raina akan tinggal di sini sesukanya, melainkan sedih karena dugaan Dana dan Bu Diana yang seakan memojokkannya.

     Dituduh keberatan, adalah hal yang menyakitkan. Ia sama sekali tidak keberatan anak sambungnya itu mau tinggal di rumah suaminya berapa lama pun.

     Nala sempat menangis semalam di dalam kamar. Dalam keadaan hamil muda begini, perasaannya begitu mudah tersinggung dan sakit hati, sehingga yang bisa ia lakukan hanya ingin marah dan nangis.

     "Mas Dana, kenapa kamu juga ikut menuduh aku kalau aku keberatan dengan keberadaan Raian di rumah ini?" desisnya geregetan, seraya mengepalkan tangan.

     Tiba-tiba rasa mual itu kembali muncul. Selalu setiap pagi disaat ia sibuk akan pergi ke toko. Nala buru-buru menuju kamar mandi da,,.,,n melepaskan semua mualnya di sana.

     Beberapa saat kemudian, Nala sudah kembali dari kamar mandi. Ia merasa sedikit lega setelah membuang mualnya tadi.

     Hal itu tidak lepas dari perhatian Dana yang sejak tadi melihat gerak-gerik sang istri, yang kini kembali mendiamkannya.

     "Sudah beberapa hari terakhir ini, mas lihat setiap pagi kamu sering mengalami mual. Periksalah, mas khawatir kamu sakit," cetus Dana sok perhatian.

     Nala tidak menjawab, dia malas untuk bicara apapun dengan Dana, setelah kejadian kemarin siang.

     "Kamu dengar nggak, Sayang? Kamu selalu diamkan mas kalau kita habis berdebat gara-gara Raina," ujarnya lagi.

     Nala membalikkan badan, dia sudah tidak kuat lagi menahan perasaannya di depan Dana. Ia ingin marah, benar-benar marah.

     "Mas tahu kan kenapa Nala bersikap seperti ini? Itu semua karena Mas dan Mama sudah menuduh Nala tidak benar. Nala sama sekali tidak keberatan kalau Raina tinggal di sini selamanya pun. Itu hak Mas Dana. Tapi, janganlah tuduh Nala sekejam itu, Nala juga punya hati dan perasaan," ujarnya benar-benar menumpahkan unek-uneknya.

     Air mata mengalir tiba-tiba dan deras. Dana merasa iba lalu berusaha memeluk Nala, tapi Nala menolaknya dan menjauh.

     "Sudahlah Sayang, jangan bahas itu lagi. Kita baik-baik seperti saat-saat sebelum Raina datang ke rumah ini, ya."

     "Itu Mas sadar kalau sebelum ada Raina datang ke rumah ini, kita baik-baik saja dan tidak pernah berdebat seperti ini. Apakah Mas Dana tidak sadar, kalau sikap kolokan Raina, adalah atas perintah dan pengaruh Mbak Devana. Mbak Devana itu memang licik."

     Nala segera keluar dari kamar, setelah ia mengatakan itu. Dia buru-buru menuju dapur untuk sarapan. Tadinya memang dia mau sarapan, tapi berhubung hatinya sedang kacau, Nala mengurungkan niatnya dan segera meraih es rujak pesanannya yang kemarin dia ambil di warung Bu Wati, kemudian ia simpan di dalam kulkas, untuk dibekanya ke toko.

     "Non Nala, tidak sarapan dulu, Non?" tanya Bi Marni. Sekilas Bi Marni melihat wajah majikan perempuannya itu sembab. Bi Marni merasa iba dan ikut sedih.

     "Non Nala menangis?" sapa Bi Marni lagi, hati-hati.

     "Tidak, Bi. Saya pergi dulu, ya." Nala segera bergegas dan pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

     Dana mengejar dan berhasil menyusul Nala di muka pintu.

     "Sayang tunggu, tinggallah di rumah kalau keadaan hatimu sedang tidak baik. Kita bicarakan baik-baik. Mas minta maaf kalau mas salah bicara," bujuknya.

     Namun, Nala menepis dan segera berlari keluar, lalu menghidupkan motor. Nala pergi dengan sisa tangis yang masih ada.

     "Ya ampun Nala, keras kepala banget akhir-akhir ini kamu. Coba sedikit saja pahami aku sebagai suamimu." Dana bergumam menatap kepergian motor Nala yang semakin menjauh.

     Toko semakin siang semakin ramai, sampai Nala ikut membantu melayani karena pembeli hari ini lumayan banyak. Kesedihan karena Dana tadi, sedikit terlupakan.

     Sore menjelang, tiba waktunya pulang, Nala memutuskan untuk pulang ke rumah sang ibu, atau kalau perlu dia akan menginap dan tidak pulang. Nala sangat kesal dengan Dana yang menuduhnya keberatan dengan kehadiran Raina di rumahnya.

     "Lebih baik aku yang mengalah. Aku tidak akan pulang, biar Mas Dana dan Raina puas," ujarnya.

     Motornya kini sudah tiba di depan rumah Bu Nadia. Naya yang kebetulan berada di teras rumah, langsung menyambut sang kakak dengan bahagia.

     "Mbak Nala. Masuk Mbak." Naya membawa Nala ke dalam rumah. Baru saja masuk ke dalam rumah itu, suasana hati Nala menjadi tenang dan damai.

     "Nyaman banget rumah ibu. Mbak selalu betah di rumah ini," celotehnya.

     "Tentu saja dong, Mbak. Sebab di dalam rumah ini kita dibesarkan dengan penuh cinta oleh wanita hebat seperti Ibu Nadia, ibunya kita," balas Naya diakhiri tawa gembira.

     "Siapa Bu Nadia?" Bu Nadia muncul dari arah dapur seraya membawa sepiring bolu pisang bakar yang wanginya bikin menggugah selera.

     "Wah, Bu Nadia. Ini dia Bu Nadia, wanita yang selalu tersenyum penuh cinta dan bertutur kata lembut menenangkan jiwa," celoteh Naya menyambut sang ibu dengan sambutan khusus. Walau bernada candaan, akan tetapi kehangatan sebuah keluarganya sangat kental dan terasa.

     Nala terharu, melihat sang ibu begitu tangguh, tulus, dan pantang menyerah membesarkan kedua putrinya setelah dua tahun lalu ditinggalkan untuk selamanya oleh suaminya. Namun, meskipun hanya sebelah, kasih sayang Bu Nadia terhadap kedua anaknya tidak pernah luntur, meskipun Nala sudah menikah sekalipun.

     Suasana di rumah itu kian hangat. Sehingga tidak terasa, waktu sudah menunjukkan adzan Maghrib.

***

     

1
Batara Kresno
bagus nala kasih dana pelajaran aja ibunya juga harusnya tau perasaan anaknya donk jangan dipakasa gitu kasihan ap lg mertuanya juga ga berpihak sama nala
Setyowati Setyowati
cerita nya seru ..nguras emosi ..kalau bisa happy ending ya kak ..di tunggu lanjutannya
Farid Atallah
up yg byk dong Thor 😥
Nasir: Besok ya Kak..... 🙏🙏
total 1 replies
Hr sasuwe
👍
Nasir: Makasih Kak..
total 1 replies
Alina Bams
lanjutkan thor
Rieya Yanie
firasat istri benar kan..
Tining Revi
dana tau kalau di kibulin mantan istri dan anaknya. tpi dah terlambat, nala udah ngambek tingkat dewa. rasakno!
Hary Nengsih
dana gak bisa ngambil sikap tegas
Harwanti Jambi
jika aku yg berada di posisin Nala sudah ku lambaikan tangan kenapa tak km balas saja perbuatan suami dn mertuamu, dengan bersikap dingin dn tak perduli
Farid Atallah
lanjut dong Thor
Soraya
typo nya
Batara Kresno
knoa g ditinggalin aj sh nala udah tau laki bego bin tolol masih aj ditungguin
Farid Atallah
up byk dong
Farid Atallah
lanjut dong Thor
Soraya
lanjut
Soraya
Dana seorang polisi tpi ga peka
Nasir: Tentara Kak, bukan Polisi... 🙏🙏
total 1 replies
Endang 💖
kamu harus tegas sama Devina dana
Irma Minul
luar biasa 👍
Nasir: Mksh Kak....
total 1 replies
Siti Maimunah
lembek bgd jd org dana..ach bertele2 ce3ita thor
Nasir: lanjutkan dong Kak...
total 1 replies
Siti Maimunah
ih gregetan sm raina..bkh ga di tonjok🤣🤣🤣🤣 manja bgd..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!