Aku Kembali

Rosanda tengah membersihkan dirinya, di bawah guyuran air shower yang terasa begitu menyegarkan di pagi hari, sejenak ada senyuman tipis di bibirnya mengingat sesuatu yang akan dilakukannya sesaat lagi.

"Jika tidak bisa aku miliki, maka akan aku hancurkan saja" gumamnya pelan, dengan tangan yang kini mengusap kaca yang memantulkan bayangan dirinya.

Melangkah pergi, Rosanda merawat kulitnya di atas kursi empuk yang berada di pojok kamarnya, bau harum skincare miliknya membangun mood booster untuk menjalankan harinya.

Tak berselang lama, Rosanda sudah bersiap untuk berada di suatu tempat menemui seseorang.

Kali ini Rosanda menggunakan Taksi untuk berada di lokasi, setidaknya hal itu untuk menjaga kerahasiaan di mana dirinya berada saat ini, karena mobil mewah miliknya sangat mencolok untuk di pakai.

"Pagi Nona Rosanda",

"Hem, bagaimana?" tanya Rosanda.

"Seperti yang anda prediksi kan, wanita ini sangat lihai mencari penghasilan lain dari para lelaki yang bisa di manfaatkan, dan Tuan Harvi juga masih menyokongnya karena dia membutuhkan tubuhnya"

"Aku tau, itu dilakukan karena aku tak mungkin mengorbankan tubuhku pada laki-laki brengsek itu demi rencana ku"

"Saya harap anda tidak melakukan hal konyol itu, karena Tuan Regan tak akan segan menghancurkan semua nya"

"Aku tidak semurah itu" jawab Rosanda, nampak sedikit berpikir dan kemudian memerintahkan, "Lakukan rencana kedua"

"Tapi, Rumah mewah itu akan hancur lebur Nona, apa anda siap dengan semua kenangan disana yang akan hilang begitu saja?"

Diam, Rosanda lalu menghentakkan jari jemarinya di atas meja, terdengar suara ketukan yang berulang-ulang, menandakan urat syaraf otaknya berpikir keras kembali.

"Apa kita minta bantuan _"

"Tidak, aku akan mengatasinya sendiri, dan jangan berani melibatkan pihak lain, walaupun itu suamiku sendiri" Rosanda dengan tegas memberikan peringatan dan juga penolakan.

"Baik nona, saya akan merahasiakan"

Rosanda menikmati hidangan yang baru saja datang sambil berpikir sebelum benar-benar memutuskan jalan terakhir, dia tidak mungkin merebut rumah mewah miliknya dulu karena Gracia nyatanya masih belum bingung perekonomian karena mendapatkan sokongan dari para laki-laki yang menginginkan kepuasan tubuhnya.

Grey juga sepertinya tidak bisa di gerakkan untuk membantunya, bahkan Rosanda bisa merasakan jika Grey merasa terikat dan melindungi Gracia juga, walaupun sekarang telah bekerja sama dengannya.

Hingga titik terakhir yang akan di ambil, Rosanda harus membuat Gracia tak menginginkan rumahnya lagi, baru Rosanda bisa mengambil alih dengan membelinya lewat perantara orang lain.

Cara terakhir nya adalah membuat sebuah insiden.

"Keputusan terakhir ku, lakukan rencanaku, dan aku akan membangun kembali seperti semula setelah rumah mewah itu berada ditangan ku, aku pastikan semua kenangan itu akan tetap ada disana"

"Baik, kami akan melakukannya seperti sebuah kecelakaan biasa"

"Jangan sampai meninggalkan jejak"

"Iya Nona, saya pergi, dan besok saya pastikan anda akan menerima kabar baiknya"

"Aku ikut"

"APA,?!" Jelas terkejut, orang kepercayaan Rosanda yang akan menjalankan misinya tidak menyangka jika ikut serta.

"Tapi ini berbahaya Nona, saya tidak bisa anda dalam bahaya"

"Ini perintah" Rosanda lalu berdiri dan pergi begitu saja.

Dalam perjalanan pulang, Rosanda berpikir keras menyusun jalan aman, bibirnya tersenyum miring dan segera menghubungi seseorang.

"Tuan Grey, maaf bisakah nanti malam kita bertemu?" tanya Rosanda dalam sambungan ponselnya.

"Tentu saja Rosa, boleh aku memanggil mu seperti itu?" terdengar tawa senang dari Grey.

"Tidak masalah, ada hal penting yang perlu kita bicarakan, dan aku membutuhkan keahlian mu untuk mengamankan aset-aset ku"

"Baiklah, dengan senang hati" jawab Grey.

Victoria segera mematikan ponselnya setelah menentukan tempat yang diinginkan, dan semua itu atas rekomendasi Grey.

Tentunya Rekomendasi Grey tidak muncul begitu saja, Rosanda dengan sengaja menginginkan sebuah tempat yang nyaman dengan pemandangannya alam, dan kebetulan di tempat yang tak jauh dari Rumah mewah Gracia ada tempat yang diinginkan.

Bukan suatu kebetulan, Rosanda memang sudah tau sebelumnya, hanya sedikit menggiring saja, umpan akhirnya termakan.

Sampai di Apartemennya, Rosanda segera menyiapkan segalanya, tubuhnya di regangkan dan melatih otot tubuhnya, beberapa alat canggih di persiapkan dengan teliti.

"Saatnya kau beraksi Victoria" Rosanda bicara untuk dirinya sendiri.

menjelang jam malam yang di janjikan, Rosanda kini memakai mobil mewahnya untuk bertemu dengan Grey Harison di tempat yang sudah di tentukan tadi siang.

Grey yang melihat kedatangan Rosanda tepat di jam delapan malam menyambut dengan senang.

"Ada yang aneh?" tanya Rosanda saat melihat Grey menatapnya begitu dalam.

"Tidak, hanya teringat seseorang saja"

"Wanita?"

"Yap, begitulah"

"Kekasih mu?"

"Hampir saja, tapi sayang, takdir berkata lain"

"Kenapa?" Tanya Rosanda.

"Dia telah tiada"

"Oh, Sorry"

"Tidak masalah, dan kamu sangat cantik hari ini, style baju yang menutupi mu tak memudarkan pesona yang memancar, dan aku sangat suka itu"

"Terimakasih pujiannya, dan aku merasa ini biasa saja"

Grey tersenyum, lalu kemudian memilih menu makan malam di tempat kusus yang sudah di pesan, gemericik air dan pemandangan alam di malam hari memberikan kesan romantis.

"Bagaimana?" tanya Grey lanjutnya.

"Apanya?"

"Sudah punya kekasih?"

"Maaf?" ucap Rosanda.

"Wanita secantik dirimu, apa sudah punya punya kekasih?"

"Aku menghindari hal itu untuk saat ini, bagaimana kalau kita fokus pada bisnis yang akan ku bicarakan malam ini?" jawab Rosanda dengan lembut, berhasil mengalihkan perbincangan yang membuat Rosanda semakin muak dengan buaya darat yang ada di depannya.

Akhirnya semua bisa teralihkan, Grey serius melihat beberapa berkas dan menelitinya, ada kekaguman disana, masih dalam hitungan bulan saja, Rosanda mampu membeli beberapa aset untuk mengembangkan bisnisnya.

Dan Grey tentu berhasil memasukkan beberapa rencananya untuk mendapatkan keuntungan juga.

Mereka pun berbincang, dan malam semakin larut hingga menunjukkan pukul sepuluh malam, di saat itu terdengar ponsel Rosanda berbunyi.

"Sorry, aku terima telpon darurat dulu dari Sekretaris ku" Rosanda pamit untuk ke belakang, mencari tempat sepi untuk berbincang.

Grey mengijinkan, dan apa yang terjadi selanjutnya, Rosanda sudah berganti pakaian serba hitam dan di jemput.

Brak!

Masuk ke dalam kamar seseorang.

""Tolong!, siapa kamu!!" terdengar teriakan.

Sementara di luar sana, Api mulai membakar sebagian Rumah mewah itu.

Seorang wanita membuka bajunya perlahan, penampilan aslinya di tunjukkan.

"Tidak!, itu tidak mungkin, kamu sudah mati Victoria!" Teriak Gracia ketakutan, sementara wanita yang di panggil Victoria olehnya hanya tertawa.

"Aku memang sudah mati, tapi aku kembali" ucapnya.

"Tidak, kamu tidak nyata, kamu sudah mati, kalian sudah mati!" teriaknya.

"Memang, dan sebentar lagi kami akan menemui mu, Aku dan Anakku"

"Tidak, jangan, bukan aku yang membunuh mu, Grey yang melakukannya, dan aku juga tidak membunuh Sella, mereka yang melakukannya" teriak Gracia.

"Mereka?, katakan mereka siapa?!"

"Para Mafia itu, mereka menginginkan kematian Ricardo dan Sella, dan aku hanya membantu mereka, bukan aku yang membunuhnya!" teriaknya.

Jelas sekali Rosanda murka, mendengar wanita yang ada di depannya telah mengakui membantu pembunuhan suami dan anaknya.

Terbakar api dendam dan emosi yang memuncak, Rosanda menyerang Gracia tanpa peduli jika ada sesuatu yang berbahaya.

"Nona cepat keluar!" terdengar teriakan, namun tak di hiraukan, hingga tangannya akhirnya terbakar api yang menyambar.

Jangan lupa like Vote Komen dan tonton iklannya.

Bersambung.