"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 34. Mama tiri Lea.
Lea selesai sekolah dan dia sedang berjalan bersama Rama. Rama dan Lea satu kelas mereka langsung di hampiri oleh Aris yang ternyata menunggu Lea pulang, Aris adalah kakak kelas Lea karena lebih tua satu tahun.
"Ris, Rama mau pindah sekola." Ujar Lea.
"Lho, iya toh Ram?" Tanya Aris.
"Iya, aku pindah ikut bapak ke Jakarta." Ujar Rama.
"Wih, Jakarta. Tapi kok sedih ngunu mukamu?" Tanya Aris.
"Lha iyo, aku kan ndak sekolah lagi di sini. Koncoku (teman) kan di sini semua." Ujar Rama.
"Yo kan nanti bisa balik toh, main - main." Ujar Aris, dan Rama menggeleng.
"Ndak tau juga.." Ujar Rama.
"Wes yo, aku balek duluan. Nanti sore mau langsung berangkat, di jemput sama temen bapak ku." Ujar Rama, Aris dan Lea mengangguk.
Rama pun pergi, kini hanya Lea dan Aris. Lea juga terlihat sedih, entah mengapa. Aris sampai menepuk kening Lea dan berpura - pura meruqyah Lea, candaan mereka biasanya.
"Wahai setan penghuni Lea, keluar.." Ujar Aris, tapi Lea hanya menatap Aris datar.
"Ngopo toh, Le? Asem tenan mukamu." Ujar Aris.
"Semua orang bilang katanya bapakku mau nikah lagi, aku mau tanya bapaku Ris. Nanti aku main ke rumahmu, aku mau ke rumah utiku dulu." Ujar Lea.
Lea pergi meninggalkan Aris, tapi akhir nya Aris mengejar Lea dan berjalan beriringan dengan Lea.
"Aku ikut koe dulu saja lah." Ujar Aris, Lea tidak berkata apapun dan berjalan menuju ke rumah utinya.
Tak lama, mereka sampai di rumah utinya Lea.. Utinya Lea sudah semakin sering sakit - sakitan dan hanya di rumah saja mengerjakan pesanan anyaman topi, dan setiap ada kesempatan Lea akan curi - curi waktu untuk sekedar mengunjungi utinya sebelum pulang ke rumah mak tua.
Aris sering ikut dengan Lea, entah kenapa Aris sangat dekat dengan Lea. Dulu ibunya Aris pernah berpesan agar menyayangi Lea seperti Aris menyayangi adiknya, Aris menjadi begitu sayang pada Lea, apalagi Aris menyaksikan keseharian Lea.
"Assalamualaikum, ti." Salam Lea.
"Waalaikumsalam, nduk.." Ujar utinya, dia lalu bangun.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Utinya terlihat sangat pucat.
"Uti belum sembuh?" Tanya Lea, utinya menggeleng.
"Ndak apa - apa, iki penyakit tua, hehe.." Sahut Utinya.
"Aris ikut, mau makan ndak le?" Tanya utinya Lea.
"Ndak ti, makasih." Sahut Aris.
Lea melihat rumah utinya makin gelap, gelap yang di maksud adalah aura dan hawa nya. Lea merasa di sana sangat suram dan Lea bahkan merasa tubuh nya berbentrokan dengan energi di sana, itulah sebab nya dia tidak pernah menginap.
"Uti sudah ke pak mantri?" Tanya Lea.
"Ndak usah.. Nanti juga sembuh sendiri." Sahut utinya.
Lea melihat wajah utinya berbeda, entah kenapa.. Warna tangan utinya juga beda. Tanpa aba - aba Lea memeluk utinya, dan matanya berkaca - kaca.
"Pie toh nduk, kok sedih?" Tanya utinya.
"Kangen uti, hehe.." Sahut Lea.
Banyak yang ingin Lea ceritakan, tapi dia tidak berani bercerita karena jika dia cerita itu hanya akan menambah beban pikiran utinya. Lea hanya memendam semua hal yang di alaminya selama ini..
"Makan yo." Ujar utinya.
"Uti suapin Lea ya." Ujar Lea, utinya tersenyum.
"Uluh - uluh, tumben manja putuku (cucuku)" Ujar utinya Lea.
"Sek yo, uti ambil makanan." Ujar utinya dan Lea mengangguk.
Selagi utinya pergi mengambil makanan Lea keluar dari rumah dan menatap rumah utinya itu dari kejauhan, dan memang benar rumah itu semakin gelap.
'Kenapa ya, kok rumah uti makin gelap.' Batin Lea.
Lea tidak mengerti apa yang terjadi, dia tidak mengerti dengan semua itu. Tak lama Lea melihat utinya keluar dari rumah memanggil nya untuk makan, Lea pun menghampiri utinya.
"Uti sudah beberapa hari ini ndak liat kamu, sekarang sudah liat kamu uti jadi tenang nduk." Ujar utinya.
"Maaf ya ti, Lea kemarin - kemarin sibuk sekolah dan pulang nya sore. Lea ndak bisa mampir soal nya kalo mampir nanti Lea kesorean balik nya." Ujar Lea..
"Ndak apa - apa, uti bangga kamu sudah besar dan hidupmu bahagia di sana. Uti cuma rindu sama kamu, nduk. Waktu rasane begitu cepat berlalu, kamu sudah gede.." Ujar utinya, sambil menyuapi Lea.
Utinya tidak pernah tau apa yang Lea alami di sana, Lea tidak pernah cerita. Yang Lea ceritakan hanya kebohongan.. Kebohongan bahwa dia hidup enak, bahagia dan terjamin di sana. Yang Lea ceritakan hanya hal - hal baik nya saja, supaya utinya tidak sedih.
"Uti kangen tidur peluk Lea." Ujar utinya..
Lea sudah menahan tangis nya, dia merasa utinya berbeda. Entahlah.. Firasat nya mengatakan seperti akan ada hal yang terjadi pada utinya, wajah nya berbeda, sorot matanya juga berbeda.
"Nanti Lea ijin sama kakung ya, ti. Kalo kakung boleh, nanti Lea kesini.." Ujar Lea.
Aris menatap Lea, padahal kemarin Lea sudah janji padanya mau menginap di rumah nya, tapi sekarang Lea berkata begitu..
"Ndak usah nduk, besok masih sekolah. Kalo kamu libur saja yo." Ujar utinya, Lea terdiam sejenak dan akhir nya mengangguk.
Lumayan lama berbincang, akhir nya Lea pamit pulang bersama Aris, setiap dia main tidak pernah lama. Lea tidak pernah berani bermain lama sejak hari di mana dia di larang bermain beberapa tahun lalu.
"Le, nanti malem jadi nginep di rumahku toh?" Tanya Aris.
"Jadi Ris, oiya.. semalem aku liat banyak yang aneh di rumahmu, nek bisa koe panggil Kyai Ris." Ujar Lea.
"Kenapa toh, koe liat apa?" Tanya Aris.
Lea pun menceritakan apa yang di lihat nya semalam saat dia memandikan buyut nya, semua nya dia ceritakan pada Aris. Aris pun jadi ketakutan, tidak pernah dalah hidup nya dia melihat hal ber bau mistis sama sekali. Tapi Aris tahu Lea ini spesial, Aris merasa Lea adalah pawang hantu.
"Koe bisa kan, Le?" Tanya Aris.
"Bisa opo?" Tanya Lea bingung.
"Koe kan punya ibu setan, setan manapun ndak berani sama koe. Koe pasti bisa usir, toh?" Ujar Aris.
"His! Ngaco koe, mamaku bukan setan." Ujar Lea, dia melirik Aris.
"Bukan mamakmu, kan aku bilang nya ibu. Koe kan bilang sama aku punya ibu ndak keliatan, toh?" Ujar Aris.
"Iya tapi ndak gitu konsep nya Aris, mendingan undang kyai aja." Ujar Lea.
"Habis isya aku ke rumahmu yo, aku ngangsu (nimba air) sek." Ujar Lea dan Aris mengangguk.
Tak lama mereka sampai di rumah masing - masing, Lea melihat ayah nya duduk di depan rumah dan dia kembali teringat dengan ucapan teman nya yang mengatakan bahwa ayah nya sudah melamar seseorang.
"Assalamualaikum." Salam Lea.
"Waalaikumsalam." Sahut ayah nya.
Lea berdiri diam, berharap ayah nya akan memberi tahu dirinya tentang kebenaran nya. Tapi ayah nya tidak berkata apapun, Lea juga tidak berani bertanya takut semua ucapan teman nya itu salah..
Lea masuk kedalam rumah dan terkejut melihat ada banyak makanan di atas meja, makanan itu hanya Lea lihat saat lebaran atau hajatan. Setelah berganti pakaian Lea langsung menuju ke jamban untuk mengambil ember dan di pikul nya..
"Lea." Panggil mak tua nya, Lea pun berhenti.
Entah kenapa rasanya jantung Lea seperti berdebar tidak karuan, tapi berdebar bukan senang melainkan firasat yang tidak enak.
"Dalem, mak tua." Sahut Lea.
"Mrene nduk.." Lea lalu meletakkan kembali ember itu dan berjalan menghampiri mak tua.
"Nduk, nek ada yang mau dekati bapakmu, boleh ndak?" Tanya Utinya.
"Maksud nya, mak?" Tanya Lea.
"Kamu mau ndak nek punya mama baru?"
DEG!!
Lea langsung tahu arah pembicaraan mak tua nya itu kemana, Lea menelan ludah nya lalu kembali berdiri sambil berkata..
"Memang nya nek aku bilang ndak mau terus bapak ndak bakal nikah lagi? Aku ndak mau punya mama baru.." Ujar Lea, lalu pergi.
Mak tua nya terdiam mendengar itu, ada rasa bersalah dari raut muka nya. Lea melewati atah nya pun ayah nya hanya diam saja, Lea tidak pernah bisa membaca wajah ayah nya. Bohong atau jujur, ayah nya pandai menyembunyikan ekspresi wajah..
Sampai Lea selesai mengisi semua air, dan semua orang sudah selesai mandi dia baru berhenti pas tepat ketika adzan maghrib berkumandang, Lea lalu masuk kedlaam rumah dan di sana mak tua nya sudah menyiapkan makanan..
"Makan, nduk. Iki lho ada ayam.." Ujar mak tua nya.
Saat itu juga Lea melihat ayah nya masuk dari luar, Lea menatap datar ayah nya seperti dia menunggu penjelasan..
"Di ajak ngomong mak tua kok meneng gitu toh koe?" Tanya ayah nya.
"Ndak laper mak tua, nanti malem aku nginep di rumah Aris yo mak." Ujar Lea, dan hendak masuk kamar.
"LEA!!" Bentak ayah nya, dan Lea berhenti dengan mata berkaca - kaca.
"Ndak sopan!! Nek di ajak ngomong orang tua itu yang sopan! Koe kenapa koyo wong ndak legowo ngunu?!" Tanya ayah Lea.
"Mboh ndak ngerti." Sahut Lea.
"Koe berani sama bapak!?" Ujar ayah Lea.
"Kapan aku ngelawan bapak?" Tanya Lea balik.
"Lea!!" Bentak ayah Lea lagi.
"Rus! Koe kok nek ngomong sama Lea ndak pernah ada sabar nya toh, Rus. Pelan - pelan ngunu lho, Lea ndak salah apa - apa di bentak." Ujar mak tua nya malah lebih dulu menangis.
"Koe ndak sayang anakmu biar mak saja, ndak usah koe bentak - bentak." Ujar mak tua.
Lea benar - benar hanya diam menahan tangis, satu butir air matanya berhasil lolos tapi dia langsung menghapus nya.
"Bapak mau nikah lagi, toh?" Ujar Lea, ayah nya terdiam.
"Ngapain nanya aku mau apa ndak punya mama tiri nek bapak sudah ngelamar duluan, memang nya aku penting?" Ujar Lea, entah kenapa Lea menjadi berani.
"Bapak cari mama baru juga buat kamu Lea." Ujar ayah nya.
"Buat aku? Buat apa? Aku sudah bisa makan sendiri pak, sudah bisa mandi sendiri, kerjain apapun sendiri. Aku ndak pernah minta punya mama, aku ndak mau punya mama baru." Ujar Lea.
"THALEA!!" Bentak ayah nya.
"Mamaku cuma satu, Rianti." Ujar Lea, lalu berlari keluar rumah.
Ternyata di ruang tamu ada perempuan yang berusia sekitar 35 tahunan yang sedang duduk. Wajah nya asing dan dia tersenyum pada Lea, Lea tidak menggubris nya dan pergi keluar.
BERSAMBUNG!
#guru gede,jika lea pindah apakah itu jaminan iblis itu tak bisa menemukannya?? kan iblis pasti bisa mencari walau di mana berada,sebab bau lea sudah familiar sekali buat itu iblis...
sekali lagi jika pindah apakah itu jaminan lea tidak bakal ditemukan??