Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Andy menemukan kejanggalan
"Tuan, apakah Anda akan membiarkan nona Alya kali ini?." tanya Bu Linda hati-hati.
"Tidak Bu, aku hanya mengulur waktu saja. Aku telah melakukan kesalahan besar dan aku tak akan mengulanginya lagi." ungkap Kevin.
Bu Linda menatap Kevin lekat-lekat, mencoba membaca ketulusan di balik kata-katanya. Ia sudah cukup lama mengenal Kevin, sejak pria itu masih remaja. Dan meskipun Kevin jarang memperlihatkan perasaan sesungguhnya, kali ini ekspresinya tak bisa disembunyikan penuh penyesalan sekaligus tekad.
"Maafkan saya, Tuan. Tapi saya rasa, jika Nona Alya sudah menemukan kebahagiaannya, mungkin yang terbaik adalah melepaskan." ucap Bu Linda pelan.
Kevin menggeleng pelan. Matanya masih menatap map di tangannya, sebuah kontrak yang akan membawanya kembali padanya.
"Aku tidak akan memaksanya. Tapi aku juga tidak akan tinggal diam. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku berubah. Bukan untuk mengulang masa lalu, tapi untuk membayar semua yang telah kulakukan padanya."
Bu Linda menarik napas panjang. Ada banyak yang ingin ia katakan, tapi ia tahu, tak ada yang bisa benar-benar menghentikan seseorang yang sedang mencoba menebus kesalahan.
"Baiklah, Tuan. Tapi berhati-hatilah. Kadang cinta yang dipaksakan justru bisa melukai dua kali lipat dari yang pertama."
Kevin hanya mengangguk, lalu berdiri dan berjalan ke arah jendela besar di ruang kerjanya. Dari sana ia bisa melihat halaman rumah yang tadi dilewati Alya—bekas jejak langkah gadis itu masih jelas di matanya.
"Dia sudah berbeda sekarang, Bu Linda. Lebih kuat. Lebih mandiri. Tapi aku juga sudah berubah."
Kevin mengusap wajahnya, lalu menatap pantulan dirinya di kaca jendela.
"Aku hanya akan mengambil yang sudah menjadi milikku. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku tak lagi menjadi pria yang pernah menyakitinya."
Bu Linda mengangguk perlahan sebelum berbalik pergi, membiarkan Kevin sendiri dalam diamnya. Di luar, angin malam mulai bertiup, membawa serta aroma tanah basah dan kenangan yang masih tertinggal.
Sementara itu, di toko bunga yang sederhana namun penuh kehangatan, Alya tertidur di sofa kecilnya, dengan kepala bersandar di bahu Andy yang setia menemaninya. Di dekat mereka, vas kecil berisi bunga forget-me-not berdiri di sudut ruangan, seolah menjadi saksi bisu bahwa beberapa kenangan memang tidak bisa dihapus—tapi bisa ditaruh di tempat yang tak lagi menyakiti.
"Bagaimana perasaan mu, Al?." tanya Andy pelan.
"Lebih baik. Aku pikir... Aku akan sulit menghadapinya. Tapi ternyata tidak." aku Alya.
Andy tersenyum sambil memegang erat jari jemari Alya. Seperti tak ingin melepaskan pegangan itu selamanya.
"Aku bangga, Al. Aku bangga bisa memiliki mu."
Sejenak mereka tenggelam dalam keheningan yang nyaman. Hanya suara detak jam dinding dan gemercik daun di luar jendela yang menemani kebersamaan mereka malam itu. Hangat, tenang, seperti pelukan tak kasat mata yang melindungi keduanya dari badai yang pernah terjadi.
Alya menatap wajah Andy dalam diam. Lelaki itu bukan hanya kekasihnya, tapi juga rumah yang selalu membuka pintu tanpa syarat. Tempat ia bisa kembali tanpa harus menjelaskan kenapa ia pergi.
"Terima kasih, Andy... karena dirimu aku menjadi seperti sekarang," ucap Alya lirih.
Andy menggeleng, lalu mengusap rambut Alya dengan lembut.
"Semua karena takdir, Al. Takdir yang menyatukan kita. Dan... kini kau telah melekat di sini." Ia menunjuk dadanya sendiri.
"...di tempat paling penting dalam hidupku." jelasnya.
Mata Alya berkaca-kaca, tapi kali ini bukan karena luka. Melainkan karena ia merasa dicintai, diterima, dan dihargai apa adanya.
Namun jauh dari sana, di lantai atas rumah besar milik keluarga Kevin, pria itu duduk di ruang kerjanya dengan mata menatap kosong pada layar komputer. Tersimpan di layar adalah draft awal proposal kerja sama baru dengan satu nama yang akan menjadi pusat proyek itu, Alya.
Ia membuka satu laci dan mengeluarkan foto lama, foto yang diambil diam-diam saat Alya sedang menyiram bunga di halaman rumah mereka dulu. Wajahnya terlihat cerah, penuh harapan. Kevin menggenggam foto itu erat.
"Aku akan menepati janjiku pada kakek, Al," bisiknya pelan.
“Demi keluarga kita… Demi masa depan kita bersama. Aku akan mengembalikan apa yang sudah menjadi milikmu."
Kevin menekan tombol interkom.
"Bane, siapkan semua dokumen untuk proyek Bloom Revival. Kita mulai secepatnya."
"Baik, Tuan."
Dan malam itu, dua hati di dua tempat berbeda sama-sama mengambil langkah penting. Alya mencoba membuka lembaran baru dalam hidupnya. Sementara Kevin, memulai rencana panjang untuk menebus semuanya meski harus berhadapan dengan kenyataan bahwa tak semua yang hilang bisa kembali.
***
Hari berlalu begitu cepat, sudah hampir dua bulan toko bunga itu berjalan dibawah kepemimpinan Kevin Corp. Alya selalu bolak balik menemui Kevin namun ia sama sekali tidak ingin bertatap muka dengannya. Sementara Kevin sengaja melakukan hal itu sebab ia tak ingin rencananya gagal.
Andy pun senang,namum rasa khawatir menjalar didalam dadanya. Setiap hari melihat Alya mondar-mandir ke perusahaan membuat Andy merasa bersalah. Perlahan ia mendekati Alya yang tengah merapikan bunga pesanan para pelanggan.
"Al, kau lelah ?." tanya Andy pelan.
Alya tersenyum singkat sambil meliriknya sekilas. Ia menggeleng cepat lalu meletakkan bunga yang batu saja selesai ia tata.
"Kenapa ? Kau khawatir padaku ? " ucapnya sambil meremas apron guna membersihkan tangannya yang kotor.
Andy menggeleng pelan,
"Aku rasa ini tidak wajar. Mulai besok aku yang akan datang menemui nya. Jika dia menolak... Aku akan melepas toko ini."
Raut wajah Alya langsung berubah mendengar ucapan Andy barusan. Entah apa yang ada dipikiran pria itu hingga ia mengatakan hal itu.
"Ada apa Andy... Apa yang kamu cemaskan ? Semua sudah kembali normal. Toko kita sudah ramai kembali. Pelanggan sudah kembali datang. Apa kamu ingin mengecewakan mereka ?." ungkap Alya sedih.
"Mereka bukan pelanggan ,Al. Aku tau... mereka orang-orang dibawah perintah Kevin."
Alya terpaku. Kata-kata Andy menusuk seperti duri yang tak ia duga. Matanya membulat, mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar.
"Apa maksudmu?" tanyanya akhirnya, dengan nada yang hampir berbisik.
Andy menatap mata Alya dalam-dalam. Tatapan yang penuh cinta, tapi juga luka yang tak bisa ditutupi.
"Aku menyelidikinya, Al. Beberapa dari mereka, yang sering datang dan memesan dalam jumlah besar... mereka bekerja di anak perusahaan Kevin Corp. Aku tidak ingin mengusik, tapi semuanya terlalu rapi. Terlalu lancar. Bahkan saat kita sedang kesulitan stok pun, entah bagaimana pesanan tetap datang dan pemasok tak pernah telat."
Alya menunduk. Jantungnya berdetak cepat, bercampur antara bingung dan marah bukan kepada Andy, tapi kepada dirinya sendiri karena tak melihatnya lebih awal.
“Jadi... semua ini bukan karena kerja keras kita?” gumamnya.
Andy menggenggam tangan Alya.
“Jangan salah. Kamu bekerja sangat keras. Tapi Kevin membuatmu berjalan di jalan yang telah ia siapkan. Diam-diam. Seperti bayangan.”
Alya melepaskan genggamannya perlahan, lalu berjalan ke arah jendela toko yang mulai berkabut karena embun senja. Ia memandang keluar, namun pikirannya melayang ke masa lalu sebelum semua menjadi seperti ini, dan Alya mulai menyadarinya.
Cinta datang tanpa qta sadari,, dia tumbuh d dlm hati dlm kelembutan dan kasih sayang...,, bila kau memaksanya utk tumbuh dan d sertai dgn ancaman atwpun kebohongan ,, cinta itu akan berbalik menjauhimu.... Jangan lakukan sesuatu yang akan semakin membuatmu menyesal lebih dalam lagi tuan Kevin.
Tapi,, ga ap2 sih biarlah semua mengalir apa adanya,, biar waktu yg akan mengajarkan kedewasaan,, kebijaksanaan dan kesabaran serta keikhlasan utk Alya dan tuan Kevin. Karna aq yakin...,, mau kemana pun kaki melangkah,, dia tetap tau dimana rumahnya,, kemana pun hati akan berselancar,, dia akan tetap tau dimana rumah utk kembali.
Trus,, pelan2 dekati alyanya...,, jangan maksa2....,, ntar Alya kabur lagi.
Tapi,, Alya jangan mau d ajak pulang sama tuan Kevin yaaa,, Krn masih ad si ular Soraya d rumah.