Cinta Di Kota Kecil
Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Mobil hitam mewahnya melaju pelan di jalanan desa yang masih berlumpur dan sempit. Pemandangan sawah, rumah-rumah kayu, dan aroma tanah basah membawa Kevin kembali pada masa-masa yang hampir ia lupakan. Meski tampak tenang, hatinya berdebar. Ia tahu, ini bukan sekadar kunjungan singkat. Ada tanggung jawab besar yang menantinya.
Setibanya di rumah tua bercat putih yang sederhana, Kevin disambut oleh bibinya, Bu Ratna, dengan mata sembab.
"Kakek sudah menunggumu, Kevin," katanya lirih.
Di kamar sederhana di ujung rumah, Kevin melihat kakeknya terbaring lemah. Sosok tua yang dulu kuat dan penuh semangat itu kini tampak rapuh. Seketika, ada perasaan bersalah menyergap hatinya. Ia telah terlalu lama meninggalkan keluarga demi ambisinya.
"Kau datang?." ucap Daniel lirih.
Kevin langsung menghampiri sang kakek,menggapai tangan renta yang sudah keriput.
"Sebaiknya kita ke dokter ." kata Kevin,dengan nada datar namun memiliki kecemasan yang luar biasa.
Sejak kecil hanya kakeknya yang Kevin miliki. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang Kevin hanya dibesarkan oleh Daniel yang kini sedang tidak baik-baik saja.
Daniel menggeleng cepat,ia tahu waktunya tidak banyak tersisa. Daniel memegang erat tangan Kevin ,menatap wajah tampannya yang kian tegas.
"Nak, mungkin umurku sudah tidak lama lagi..,Aku hanya ingin kau memenuhi sebuah janji yang telah ku buat." ucap Daniel sedikit tersengal.
Kevin mengerutkan dahinya mendengar ucapan sang kakek yang terkesan memohon kepadanya. Namun belum sempat Daniel melanjutkan dari luar seorang gadis masuk bersama Ratna menghampiri mereka. Mata Daniel langsung beralih menatap mereka.
"Kemari lah Alya,," panggil Daniel.
Alya melangkah ragu,sementara Kevin menatap datar gadis polos yang kini duduk di dekatnya. Alya duduk di sisi ranjang, tepat di seberang Kevin. Gadis itu menunduk sopan, berusaha menyembunyikan kegugupan yang jelas tergambar di wajahnya.
Sesekali ia melirik Kevin — sosok asing yang selama ini hanya ia dengar dari cerita Bu Ratna dan kakek Daniel.Daniel menggenggam tangan Alya dengan lemah. Suaranya bergetar saat ia berbicara,
"Nak, ini Alya... gadis yang selama ini membantu menjaga kakek. Dia sudah seperti keluarga sendiri."
Kevin hanya mengangguk kecil tanpa ekspresi. Matanya tajam menilai gadis itu — sederhana, jauh dari tipe wanita glamor yang biasa ia lihat di sekelilingnya. Alya mengenakan dress polos berwarna pastel, rambutnya dikepang sederhana, wajahnya bersih tanpa riasan berlebihan. Ada ketulusan di matanya, namun Kevin terlalu terbiasa membangun tembok tinggi di sekeliling hatinya untuk langsung mempercayai orang lain.
"Aku ingin kau berjanji, Kevin... jaga Alya." ucap Daniel kembali berbicara.
Ucapan itu membuat Kevin terkejut. Alisnya bertaut dalam, tak percaya dengan permintaan kakeknya.
"Kakek... ini berlebihan. Aku—" Kevin berhenti sejenak, menahan emosinya.
"Aku bahkan tidak mengenalnya,"lanjutnya pelan namun tegas.
Alya menunduk semakin dalam, merasa canggung berada di tengah percakapan yang berat itu. Daniel tersenyum lemah.
"Aku tahu ini berat... Tapi dia tak punya siapa-siapa lagi, Kevin. Kau harus melunasi janjiku pada kedua orang tuanya. Aku ingin ada seseorang yang menjaga dan melindunginya. Bukan karena terpaksa, tapi karena kau tahu apa artinya kehilangan."
Kevin menghela napas panjang. Ia merasa terjebak antara rasa hormat pada kakeknya dan ketidaknyamanan terhadap permintaan yang mendadak ini. Ia menatap Alya yang masih diam, seperti menunggu penolakan darinya.
"Baik," kata Kevin akhirnya, suaranya berat.
"Aku akan menjaga gadis ini... seperti yang kakek minta."lanjutnya dengan nada terpaksa.
Mata Daniel berkaca-kaca mendengar janji itu. Ia menepuk pelan tangan Kevin sebelum akhirnya tertidur kembali, kelelahan. Ruangan itu menjadi sunyi, hanya terdengar napas berat Daniel dan desiran angin dari jendela yang terbuka.
Alya perlahan berdiri, membungkukkan badan kecilnya kepada Kevin.
"Terima kasih, Tuan," ucapnya lirih sebelum beranjak pergi.
Kevin hanya diam, memandang punggung Alya yang menjauh. Di sudut hatinya, ia tahu... kehidupannya tidak akan pernah sama lagi setelah hari ini.
"Kakek,kalau boleh aku tahu dimana keluarganya?." tanya Kevin penasaran.
Namun belum sempat Daniel bercerita tiba-tiba saja nafasnya tersengal dan beberapa detik kemudian Daniel menghembuskan nafas terakhirnya. Tubuh Kevin menegang. Ia segera mengguncang pelan bahu kakeknya.
"Kakek... Kakek!" panggilnya panik.
Namun tubuh Daniel tetap diam, wajahnya yang tadi dipenuhi senyum damai kini tampak tenang — selamanya. Bu Ratna bergegas masuk ke kamar setelah mendengar teriakan Kevin. Ia menutup mulutnya, menahan isak, lalu mendekat.
"Kevin... kakekmu sudah pergi," ucapnya dengan suara gemetar.
Kevin mematung. Tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya. Ia ingin menyangkal, ingin berteriak, tetapi sebagai pria dewasa yang sudah terbiasa menyimpan emosinya, Kevin hanya diam. Menahan segalanya di dalam dada yang kini terasa sesak.
Beberapa saat kemudian, dari pintu kamar, Alya berdiri terpaku. Matanya membesar, wajahnya pucat pasi melihat tubuh Daniel yang tak lagi bergerak. Perlahan, air mata jatuh membasahi pipinya. Ia berbalik, berlari keluar rumah, menutupi mulutnya agar tak terdengar menangis.
Kevin memejamkan matanya sejenak, mencoba menguasai diri. Ia membungkuk, mencium punggung tangan Daniel dengan penuh penghormatan.
"Selamat jalan, Kek," bisiknya serak.
Suasana rumah tua itu berubah menjadi duka. Warga Desa Melati berdatangan untuk melayat, membawa karangan bunga dan makanan seadanya. Kevin, dengan setelan serba hitamnya, berdiri kaku di sudut ruangan, menerima ucapan belasungkawa satu per satu. Namun pikirannya jauh melayang — pada janji yang baru saja ia buat, dan pada gadis asing bernama Alya.
Menjelang malam, setelah semua tamu pulang, Kevin menemukan Alya duduk sendirian di bale-bale kayu di belakang rumah. Gadis itu memeluk lututnya, wajahnya sembab. Suasana sunyi hanya diisi oleh suara jangkrik dan tiupan angin malam. Kevin mendekat, berdiri beberapa langkah di belakang Alya.
"Kau tidak punya keluarga di sini?" tanyanya dingin, tanpa basa-basi.
Alya mendongak perlahan, menatap Kevin dengan mata merah.
"Ayah dan ibu saya sudah lama meninggal, Tuan. Saya dibesarkan oleh kakek saya... yang bersahabat dengan Kakek Daniel," jawab Alya pelan.
Kevin mengangguk pelan, menahan helaan napas.
Kini semuanya jelas. Ia mengerti mengapa Daniel begitu memohon padanya.
"Mulai besok, kau ikut denganku," ujar Kevin tiba-tiba.
"I-Ikut, Tuan?"sahut Alya menatapnya bingung
Kevin mengangguk tegas.
"Kau akan tinggal di rumah ku. Aku akan memenuhi janjiku pada Kakek. Tapi ada syarat."
Alya menggigit bibirnya, menunggu dengan gugup.
"Jangan pernah berpikir hubungan kita akan lebih dari sekadar kewajiban," tegas Kevin, sorot matanya tajam.
"Aku hanya melindungi mu karena aku sudah berjanji. Tidak lebih." tambahnya.
Alya menunduk, menahan luka di hatinya, lalu mengangguk patuh.
"Baik, Tuan."
Dalam hati, Kevin merasa lega karena sudah mengatur segalanya dengan jelas. Tapi tanpa ia sadari, malam itu — di bawah langit desa yang penuh bintang — takdir perlahan mulai mengubah garis hidup mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Al Fatih
mampir lagi d karyamu Kaka othor,, jangan bosen2 yaa bacain komenku....,, komennya emak2
2025-05-07
1