NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:645
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 8

"Amara itu ponselmu berbunyi." ucap Amar memberitahu saudara kembarnya, ia berpikir jika Amara tidak mendengar padahal suara ponsel itu nyaring berdering. Amara sendiri sebenarnya tidak menyadari jika itu suara ponselnya. Namun ia hendak menyanggah jika ponselnya sengaja ia silent sejak di kampus, mulai ia pertimbangkan dan tersenyum kaku serta berjalan menuju kamarnya, karena suara ponsel itu berasal dari arah kamarnya.

Amara melihat ponselnya di atas ranjang yang dalam posisi gelap atau mati, membuat Amara mencari sumber suara ponsel yang berbunyi itu berasal. Dan ternyata suara ponsel itu dari arah tasnya. Amara lalu membuka tasnya dengan pelan pelan serta dengan perasaan bingung karena ia nyakin jika itu bukan suara ponsel miliknya.

Amara melihat layar ponsel menunjukan nama Mars sedang memanggil, membuat Amara tahu jika ponsel tadi siang masih sengaja di masukan oleh Mars ke dalam tasnya tanpa sepengetahuannya.

"Halo..."jawab Amara pelan

"Malam Amara."

"Kamu sedang apa?" tanya Mars membuka percakapan.

"Aku... Aku sedang makan malam dengan keluargaku." jawab Amara pelan takut di dengar oleh Orangtuanya.

"Mars bagaimana bisa ponsel ini berada di tasku?" tanya Amara karena ia sungguh tidak tahu jika ponsel itu bersamanya sekarang.

"Maafkan aku Amara. Aku menaruhnya ketika kamu mau turun tadi. Aku harap kamu tidak salah paham lagi." ucap Mars

Ingatan Amara pun kembali pada tadi siang, ketika dirinya hendak turun dari mobil, ia lebih dahulu menatap sekeliling tempat ia turun dari kaca mobil terlebih dahulu, untuk memastikan jika keluarganya tidak ada yang tahu jika dirinya turun dari mobil seorang pria.

"Amara...." panggil ibunya, karena Ibunya tidak ingin ada masalah dengan ayah dan saudaranya, Ibunya segera menyusul Amara masuk ke kamar mengajak menyelesaikan makan malamnya.

"Iya. Sampai jumpa besok lagi, ibuku sudah memanggilku untuk melanjutkan makan." ucap Amara dengan nada bicara yang lucas seolah menutupi jika ia sedang berbicara dengan seorang pria, karena nada bicaranya berbeda dengan di awal yang begitu lembut.

"Baiklah. Selamat malam Amara." ucap Mars namun panggilannya ternyata sudah terputus begitu saja oleh Amara.

"Siapa Amara?" tanya Ayahnya

"Teman kuliahku Ayah." jawab Amara gugup

"Teman kuliah.... Hoho. Biasanya tidak ada yang menghubungimu kecuali Rebbeca." ucap Amar

"Itu karena dulu ada Rebbeca dan kamu yang selalu menemani di sekolah, sekarang kalian tidak ada. Memangnya kenapa jika aku memiliki teman di tempat kuliah." jawab Amara ketus pada Amar.

"Tidak ada yang salah, jika itu adalah wanita. Amara.. Kamu mengerti?!" ucap Ayah Amara.

"I..iya ayah." jawab Amara tertegun namun kemudian melanjutkan makannya.

Di tempat lain Mars masih berdiri memandangi ponselnya, dan sesekali tersenyum melihat ke arah aquarium di depannya.

"Amara... Kamu sungguh berbeda." ucap Mars begitu saja, sambil menatap ponselnya dengan tersenyum walau ada sedikit kecewa karena Amara memutuskan panggilan begitu saja.

"Kejutaaaan......" teriak Clara ketika berada di hadapan Mars. Ia berdiri dengan menunjukan sebuah wine koleksi terbaru dengan harga yang tidak main main.

"Kami tidak menemukanmu di bar, makannya kita bawakan isi bar koleksi terbaru kemari." ucap Bara sambil menunjuk sebotol wine yang di pegang Clara dengan wajahnya.

Mars pun tersenyum melihat ketulusan persahabatan mereka, yang tidak saling meninggalkan atau menusuk dari belakang.

Tanpa di suruh duduk pun Clara dan Bara langsung duduk di sofa tempat biasa mereka santai, sedangkan Mars mengambil tiga gelas kecil untuk mereka minum dari dapur kemudian kembali ke sofa gabung dengan Clara dan Bara.

"Kenapa kamu absen malam ini Mars?" tanya Clara sambil mengambil kacang di toples.

"Aku hanya ingin sebuah ketenangan dulu." jawab Mars duduk santai menunggu Bara membuka wine.

"What?? Sejak kapan Mars merasa tenang dalam kesendirian. Bukankah kamu sendiri yang bilang kamu justru lebih tenang dalam keramaian. Tapi lihatlah sekarang... kamu di rumah sendiri tanpa siapa siapa." jawab Clara.

Mars hanya terdiam dengan mengerutkan dagunya, seolah membenarkan ucapan Clara, pernah ia ucapkan dahulu. Mars mengambil gelas untuk di tuang wine oleh Bara karena sudah di buka.

"Mari kita bersulang...." ucap Bara mencairkan suasana. Di ikuti ketiga tangan maju ke depan dan bertos ria, sampai mereka menikmati malam bertiga hingga menjelang pagi.

"Amara...." ucap Mars ketika melihat Amara berjalan ke arah dirinya.

"Pagi Mars." sapa Amara

"Pagi Amara." jawab Mars

Terlihat Amara mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya. Dan meraih satu tangan kanan Mars membuat Mars mengikut arah matanya ke tangan yang di pegang oleh Amara.

"Jangan salah paham, aku hanya tidak bisa menerima itu Mars. Aku sudah memiliki ponsel walaupun tidak sebagus yang kamu berikan, namun aku lebih menyukai miliku sekarang." ucap Amara dengan menatap mata Mars.

"Apa terjadi masalah dengan Ibumu?" tanya Mars karena semalam ia mendengar Ibunya memanggil Amara dan tentu tahu ibunya tahu Amara menggunakan ponsel baru.

"Tidak ... bukan itu. Aku hanya lebih nyaman dengan ponselku sekarang." jawab Amara

"Lalu bagaimana jika aku ingin menghubungimu. Apa kita tidak bisa berteman?" tanya Mars sambil menatap mata Amara yang kadang sering menunduk jika bersitatap dengan Mars.

Sejenak Amara terdiam, ia memikirkan perkataan Ayahnya semalam, jika tidak seharusnya mereka berteman, karena Mars seorang pria dan Amara adalah wanita.

"Berikan ponselmu." pinta Amara kemudian, nyatanya perasaannya mengalahkan logika. Apa yang ia pikirkan tidak sesuai dengan perkataan nya yang justru bertentangan.

Mars merogoh ponsel dari jaketnya dan menyerahkan pada Amara. Amara pun menerima dan menekan tombol tombol di ponsel Mars, sebuah pemandangan yang tidak pernah di lihat sebelumnya, karena biasanya tidak seorang pun bisa membuka atau bahkan hanya menyentuh ponsel milik Mars.

Drt.... Drt..... Drt.....

Amara pun menyerahkan kembali ponsel milik Mars, dan mengambil ponselnya di jaket yang sedang bergetar menandakan jika panggilan yang di tujukan dari ponsel Mars, adalah benar milik Amara. Bak seorang remaja yang kasmaran keduanya hanya senyum senyum tak jelas.

Dari kejauhan Clara melihat tertegun, karena ia yang sudah berteman lama bahkan sejak kecil dengan Mars, ia tidak di perbolehkan menyentuh ponsel Mars. Dan sekarang apa yang ia lihat di depan mata, Mars memberikan ponselnya pada Amara dengan sebuah senyuman.

Bara pun merangkul pundak Clara untuk mengajaknya masuk, karena Mars dan Amara sudah berjalan bersamaan masuk ke dalam gedung.

Semula Clara beranggapan jika Mars pasti belum datang, dan mengira jika ia dan Bara datang lebih dahulu, namun kenyataan berbanding terbalik, Mars sudah terlihat sangat tampan dan menawan, sekali pun mereka semalam bersama hingga menjelang pagi.

Bersambung......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!