Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 11
Diamnya Sandra diartikan iya oleh Shasa. Dia tidak percaya namun bukti terpampang nyata di depannya. Dia kelaur dari ruangan Sandra membawa berita besar. Yang pastinya akan menghebohkan kantor. Benar saja, mereka langsung bergosip ria.
Bahkan gosip itu sudah terdengar sampai ke telinga Damian. Tentu saja pria itu marah, bisa-bisanya gosip yang beredar mengatakan Sandra dan Papa mertuanya sudah bertunangan. Damian harus tahu dari mana gosip itu berasal.
Jari jemari Damian silih berganti mengetuk-ngetuk meja kerjanya. Menunggu informasi yang sangat ingin diketahuinya. Tidak berselang lama, seseorang masuk lalu duduk di hadapan Damian.
"Siapa?."
"Shasa, karena Shasa melihat buket bunga mawar yang ada di ruangan Sandra dan cincin yang dipakai di jari manis Sandra."
"Oke, aku akan bicara pada Sandra. Kau bicara pada Shasa untuk tidak lagi bergosip yang tidak benar."
"Baik, Pak Damian."
Damian hanya mengangguk dan mempersilakan orang itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Damian menghubungi Sandra, meminta perempuan itu menghadapnya.
Drt Drt
Damian langsung menjawab panggilan telepon dari Juwita.
"Aku menelepon Papa tapi belum bisa dihubungi, apa Papa ada di sana?."
"Tidak ada."
"Apa mungkin ada di ruangan Sandra? Aku mendengar Papa memberikan buket bunga dan cincin berlian kepada Sandra. Apa itu benar?."
Damian memijat pelan tengkuknya, istrinya pun sudah mengetahuinya. Apa mungkin sekarang Papa mertuanya juga sudah mengetahui?.
"Aku tidak tahu."
"Coba kau lihat, aku hanya ingin memastikan Papa ada di sana. Syukur-syukur ada bersama Sandra."
Damian mengatur napasnya. "Aku sedang sibuk."
"Tolong aku, Damian. Aku khawatir sama Papa."
"Baik."
Damian keluar dari ruangannya dan langsung mengecek ke ruangan Sandra. Benar saja, di sana ada Papa mertuanya. Damian memejamkan mata guna mengatur irama detak jantungnya yang kencang. Dia sangat marah dan cemburu. Pantas saja Sandra tidak kunjung ke ruangannya.
"Papa ada bersama Sandra."
"Baiklah, Damian. Kau bisa bekerja lagi."
Damian langsung memutus sambungan teleponnya, lalu kemudian melempar ponselnya ke atas meja. Dia harus bersaing dengan Papa mertuanya. Apa yang bisa dilakukannya untuk menghentikan keseriusan Papa mertuanya terhadap Sandra?.
Di ruangan Sandra sedang kedatangan Pak Noval secara tiba-tiba. Seperti orang sidak saja. Begitu gencar pria itu mendekatinya. Bahkan mengajak Sandra makan siang bersama. Setengah mendesak Pak Noval melakukan itu dan dengan sangat terpaksa Sandra menerimanya. Terpaksa juga dia harus mengabaikan Damian hanya karena Pak Noval.
Mereka sudah menyantap makan siang yang tersaji di meja. Di selingi obrolan ringan dari Pak Noval yang tidak jauh dengan perasaannya.
"Sudah lama sekali saya tidak merasakan ini lagi, Sandra. Terhadap dirimu saya memiliki gairah sebagai pria normal."
"Ada yang harus saya luruskan di sini, Pak."
"Tentang apa, Sandra?."
"Sebenarnya saya sudah memiliki seseorang."
Pak Noval menghentikan kegiatan makannya, dia menaruh sendok dan garpunya di atas piring. Menyimak baik-baik apa yang disampaikan Sandra.
"Saya minta maaf kalau kemarin saya berbohong hanya karena kami memiliki sedikit masalah."
Pak Noval tersenyum, tidak menunjukkan kekecewaannya. "Wajar saja Sandra, dalam hubungan memang seperti itu. Tapi di sini saya juga tidak akan berhenti mengejarmu sampai kau menikah dengan pria itu. Kalau tidak sampai jadi, maka saya siap maju dan menggantikannya."
Sandra terdiam, tidak ada respon lagi untuk membantah ucapan Pak Noval. Mereka kembali ke kantor tapi Pak Noval tidak sampai masuk ke gedung lagi. Karena ada pertemuan penting dengan beberapa relasinya.
Tangan Sandra di tarik memasuki lift yang dikhususkan untuk Damian. Wajah Damian sangat tidak bersahabat, tapi jujur saja Sandra tidak takut untuk menghadapi. Sebab dia tahu cara mengatasi pria itu.
"Apa yang kau dan Papa mertua saya lakukan?."
Sandra menjawabnya santai. "Hanya mengobrol."
"Itu saja?."
"Tentu saja, apalagi yang bisa kami lakukan di sana."
"Apa dia mengatakan lagi perasaannya?."
Sandra mengangguk. "Iya, tapi saya langsung menolaknya karena pria lain."
Wajah tidak bersahabat itu sekarang terlihat binar senyum tipis. "Benarkah?."
Kemudian Sandra mengulangi apa yang dikatakan Pak Noval, memberitahukannya pada Damian. Pria itu langsung terdiam, di dalam pikirannya tidak mudah ada di antara Sandra dan Papa mertuanya. Hubungannya bersama Juwita saja bisa bertahan sampai sekarang ini karena Papa mertuanya. Apalagi Sandra, ada terbersit untuk melepaskan Sandra dan merelakan perempuan itu bersama Papa mertuanya. Akan tetapi hati kecilnya berkata untuk tetap mempertahankan Sandra karena perasaannya.
"Apa yang kau pikirkan bos?."
"Tidak ada, tapi bisa saya pastikan Papa mertuaku tidak akan lagi mengejar dirimu."
*
Damian sedang duduk di ruang kerjanya, sibuk memeriksa beberapa pekerjaan yang diberikan Papa mertuanya walau mereka tidak tinggal satu atap dan satu kantor. Damian menjadi orang yang paling diandalkan Papa mertuanya untuk urusan apapun.
Karena tidak kunjung keluar dari ruang kerjanya, Juwita berinisiatif membawakan secangkir kopi panas untuk suaminya. Dia menaruh kopinya di depan Damian, dia sendiri berdiri tepat di samping Damian yang fokus bekerja.
"Masih banyak pekerjaannya?."
"Masih."
"Ada yang bisa aku bantu?."
"Tidak ada."
"Begini-begini juga aku lulusan S2 bisnis, sayang. Jadi aku paham dengan apa yang kau kerjakan."
Damian tidak menyanggah, dia hanya diam sambil terus fokus. Juwita yang mulai merasa jengkel langsung menarik berkas dari tangan Damian. Mata Damian langsung tertuju pada Juwita yang marah.
"Aku sudah sabar ya selama ini. Tapi sekarang tidak lagi. Ada apa dengan dirimu? Kau itu sekarang kasar, dingin, acuh. Aku mengerti pasti kau memiliki perempuan lain, mungkin kau sudah tidur dengannya. Tapi kenapa kau hanya diam saja? Bicaralah padaku supaya aku tahu kalau aku ada salah."
"Mari kita bercerai!."
Deg
Kaki Juwita mundur beberapa langkah dengan tatapan tidak lepas dari Damian. Hatinya teramat sangat sakit. Bagaimana ditikam ribuan pisau.
"Apa yang kau katakan, Damian?."
Damian pun kembali mengulang ucapannya. "Aku akan menceraikanmu."
"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak mungkin kau menceraikan aku!."
"Ini benar dan pengacara sudah mengurus semuanya."
Dengan rasa sakit hati yang kian besar, amarah menggulung kewarasannya. Dia melangkah mendekati Damian, berdiri tepat di hadapan Damian lalu menarik kerah kemejanya.
Dia pun berteriak histeris. "Kenapa kau lakukan ini, Damian?. Kenapa? Apa salahku? Apa yang membuatmu menceraikan aku?."
"Aku..."
Sandra tidak membiarkan Damian menjawab pertanyaannya, dia kembali bicara.
"Apa karena Aurora bukan putrimu? Apa karena aku telah membohongimu?."
"Iya, karena itu."
Juwita mulai menangis, air matanya sangat deras. "Tapi kenapa selama ini kau diam?."
"Aku menunggumu untuk bicara jujur dan aku bisa memaafkan dan menerimamu secara utuh namun itu dulu. Tapi kau justru semakin rapat menutup kebenaran ini dariku. Aku pun menjadi asing dengan hubungan pernikahan kita."
Kini tangisan Juwita semakin kencang sehingga tidak mampu bicara. Hening sejenak hanya suara tangis Juwita saja yang menggema.
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫