NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Cekikikan mabuk.

Pintu mobil dibanting keras. Elad kesulitan berdiri, dunia berputar jelas di matanya. Namun, dia berusaha mendongak ke atas, melihat jendela tertutup rapat tidak terdapat cahaya di dalamnya. Elad menggelengkan kepala, tetap tidak mendapatkan penglihatan yang bagus.

Dia sampai di rumah dengan selamat saja sudah bagaikan keajaiban.

Langkah Elad sempoyongan, kalau bukan karena mabuk berlebih, dia akan bertanya kenapa dia pulang setelah seminggu meninggalkan rumah. Wajah seorang wanita terus membayangi Elad, hal itu tanpa sadar membawa dia ke sini. Bisa jadi kepalanya akan meledek jika tidak melihat apa yang ingin ia lihat malam ini.

“Eh, Bang Elad?”

Ayano bergegas menghampiri, karena Elad hampir jatuh kala menaiki tangga.

“Abang mabuk?”

Elad tidak menjawab, matanya terus melihat ke atas. Tujuannya sangat jelas, Maka Ayano membopong Elad setidaknya sampai ke dapan kamar.

“Ini susah jam sepuluh, Kak Cloe pasti sudah tidur,” ucap Ayano. Agak ngeri membiarkan Cloe dan Elad yang tengah mabuk ini.

Seolah tidak mendengar, Elad mengeluarkan kunci kamar, kunci yang selalu berada di dalam sakunya. Dia kesulitan, pandangannya tidak bisa fokus.

“Sini biar aku saja yang buka.” Ayano merebut kunci. “Tapi berjanjilah langsung beristirahat, jangan mengganggu Kak Cloe dulu.”

Setelah itu Elad mendorong Ayano, masuk seorang diri. Ayano dengan sabar menutupkan pintu, menguncinya, lantas mengoper kunci ke sela lubang di bawahnya.

'Tidak apa-apa, Bang Elad tipe langusng tidur setelah pulang mabuk-mabukan.' Ayano yakin itu. Akhirnya dia pergi.

Elad terpaku di ambang ruangan. Cahaya lampu tidur temaram menyapu separuh wajahnya yang kusut. Di dalam kamar itu, Cloe tengah tertidur pulas di sisi ranjang, tubuhnya terbungkus selimut sampai bahu, napasnya tenang dan ritmis.

Seminggu tidak melihatnya, membuat Elad berpikir yang tengah tidur di ranjangnya saat ini adalah bidadari. Mungkin efek melihat wajah tua pebisnis sepanjang hari, dan karyawan bermata panda.

Langkah Elad berat, seperti melawan arus dalam dirinya sendiri. Ia menjatuhkan jaketnya sembarangan ke lantai, lalu duduk di sisi ranjang. Kepalanya mendekat, menatap wajah Cloe dengan pandangan kusut dan mata merah—entah karena alkohol, kelelahan, atau emosi yang menumpuk.

“Kenapa kamu bisa tidur se-tenang ini?” gumamnya pelan. Suaranya serak, lebih karena luka batin daripada mabuk semata.

Cloe tak bergerak. Tidurnya tetap tenang. Elad mendengus kesal, tangannya mencengkeram ujung selimut, rahangnya mengeras.

“Apa kamu enggak khawatir ... sama sekali?” suaranya naik satu oktaf, membuat Cloe menggeliat.

“Cloe, bangun.” Kali ini Elad menggerakkan bahunya. Ia sama sekali tidak bisa menahan diri, terlebih oleh sikap remeh Cloe yang hampir membuatnya menjerit.

Cloe membuka mata perlahan, setengah sadar. Pandangannya kabur, tapi segera fokus saat melihat sosok Elad yang duduk di hadapannya dengan mata merah, rambut berantakan, dan aroma alkohol menusuk.

“Elad...?” suaranya pelan. “Kau mabuk?”

“Jawab aku,” potong Elad dengan suara pelan tapi tajam. “Aku seminggu pergi. Tak ada kabar. Tak ada kepastian. Dan kau—kau malah tidur seperti ini? Seolah semuanya baik-baik saja?”

Ada apa dengan pria ini? Cloe mengerjapkan mata, menahan diri untuk tidak terpancing. “Apa kau mengharapkan aku menangisimu setiap malam?”

“Aku mengharapkan ... setidaknya kau peduli,” jawab Elad, nyaris berbisik.

Cloe mendudukkan diri perlahan, menepis tangan Elad di kedua lengannya. “Aku sudah terlalu sering peduli, Elad. Tapi kamu selalu memilih pergi. Bahkan memilih wanita lain untuk bersamamu.”

Wajah Elad mengeras. Dadanya naik turun. Ia ingin membantah, tapi tidak ada pembelaan yang terdengar masuk akal, bahkan di telinganya sendiri.

“Aku... aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Cloe,” suaranya pecah, lebih lelah daripada marah. “Kepalaku seperti penuh racun. Tapi wajahmu terus muncul. Bahkan Jasmin tidak bisa menghapusmu dari pikiranku.”

Cloe terdiam. Kali ini dia yang memalingkan wajah. Terlalu sering mendengar perkataan berbentuk rayuan dari Elad, pengakuan seperti itu tidak akan membuatnya tersipu sedikitpun.

Walau ia tahu, kebanyakan orang saat mabuk berkata jujur atau bahkan mengungkapkan rahasia mereka.

“Jadi, apakah kau sudah putuskan untuk meninggalkan Jasmin?” Kemudian Cloe mengibaskan rambutnya percaya diri dan sengaja berlagak menyebalkan dengan berkata, “Kau kesulitan menolak pesonaku, kan? Haha.”

Elad menunduk. Jemarinya mencengkeram lutut. “A-aku tidak bisa meninggalkan Jasmin. Bagaimana aku mencampakkan wanita yang sudah tujuh tahun setia padaku?”

Kesetiaan yang mengharukan, Cloe tertawa keras-keras karenanya.

“Ok, seharusnya kau mengerti kenapa aku tidak peduli denganmu.”

“Tidak sedikitpun?”

“Sedikitpun tidak.”

Tatapan Elad menusuk, jawaban itu tidak dapat ia terima. Lantas ia mendorong Cloe, menekan wanita itu di kasur. Dalam gerakan cepat, dia duduk di perut Cloe, kedua tangannya mencekik leher Cloe.

“Elad—kau—lepaskan!”

Napas Cloe tercekat, paru-parunya memberontak meminta oksigen. Jari-jari Elad terasa seperti besi yang menghimpit kehidupannya. Kepanikan mencengkeramnya, otaknya berteriak mencari cara untuk lolos dari mimpi buruk ini.

Cloe mencakar-cakar tangan Elad, menangis ketakutan oleh Elad yang mendadak sangat menyeramkan. Ini efek alkohol? Sebelumnya Elad tidak pernah main tangan semarah apapun dia. Sungguh Cloe takut, jantungnya berdebar dan tubuhnya gemetaran. Dia tidak bisa bernapas.

“Katakan kau peduli padaku! Katakan kau hanya pura-pura cuek selama ini! Aku selalu ada dipikiranmu, kan, Cloe?”

“Akh—ya,” jawab Cloe susah payah daripada dia mati di sini.

“Ya? Iya apa? Katakan dengan jelas.”

Dasar monster yang kehilangan akal sehat ini! Bagaimana cara Cloe berbicara ketika lehernya dicekik? Dari sudut matanya, ia mendapati teko teh batu di atas nakas. Cloe merentangkan tangan, berusaha mencapai teko teh itu.

“Cloe lihat aku!” pekik Elad nyaring dan menggema di ruang kamar.

Andaikan kamar ini tidak kedap suara, akan ada yang datang membantu Cloe bebas dari ancaman Elad.

Bugh!

Elad seketika pingsan, pelipisnya mengeluarkan darah. Cloe segera duduk, menghirup rakus oksigen. Teko di tangannya terlepas, lalu pecah di lantai daripada di kepala Elad.

“Dasar gila!” Tatapannya gemetar, memperhatikan darah yang keluar dari jidat Elad. Ketakutan Cloe ditekan dalam beberapa menit dia menangis. Setelah itu dia beranjak dari tepian tempat tidur, mencari P3K di dalam laci nakas.

Ia masih tersedu-sedu kala menyeka darah Elad, darah itu keluar karena dirinya. Ia takut Elad mendapati luka dalam, setelah selesai mem-perban kepala Elad, dia memanggil Ayano secara langsung dan datang melihat abangnya.

“Bagaimana menurutmu? Apakah dia akan mati?” tanya Cloe, bersembunyi di belakang Ayano.

Ayano mengurut pelipis. “Seharusnya aku tidak membiarkan Abang bersama Kakak dalam keadaan mabuk.”

“Iya, itu salahmu, Ayano. Aku hampir mati.”

“Biasanya dia akan langsung tidur setelah mabuk.” Ayano membuka kontak di ponselnya. “Lebih baik kita panggil dokter dulu, takutnya ada luka dalam.” Ayano merinding membayangkan kepalanya dipukul menggunakan teko batu.

“Kau urus-lah abangmu. Aku takut.”

“Kakak mau ke mana?”

“Aku mau tidur di kamar lain saja!”

Bersambung....

1
kalea rizuky
kayak di penjara np ortu cloe kok gt anak mu kayak di penjara lo malah seneng aneh lo
Merlani Hidayat
makin seru ditunggu cepat ya otorr
Merlani Hidayat
Erland mulai jatuh cinta nih
Merlani Hidayat
ayo Cleo minta yang lain lagi
kalea rizuky
aduh kan lu si laki bdooh istri di kurung lu selingkuh ma cwek lain dih
kalea rizuky
Q kasih bunga klo banyak up tp moga aja gk balik ma laki bloon ih gemes
Amanda
Ok
Merlani Hidayat
waduh Cleo hati hati jangan samapi ilang ingatan ya
Merlani Hidayat
suka bgt ceritanya.. ayo lanjut Thor..
Rinnaya: Aman, kalau engga ada kendala, up setiap hari kok.
total 1 replies
Merlani Hidayat
makin seru
Merlani Hidayat
yang sabar Cleo
Merlani Hidayat
bagus ko ceritanya ayo yg baca klik like biar author makin semangat
kalea rizuky
moga g ketemu laki dajjal kek gini jahat sumpah uda selingkuh istri di kurung kek tahanan
kalea rizuky
dikurung kek tahanan aja gila emank elad
Merlani Hidayat
awal yang bagus
Merlani Hidayat
awal yang seru
Rittu Rollin
seruuuu
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
semangatt thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!