NovelToon NovelToon
Kapten Merlin Sang Penakluk

Kapten Merlin Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: aldi malin

seorang kapten polisi yang memberantas kejahatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aldi malin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

warisan duka membawa bahagia

Suasana aula kampus dipenuhi bunga, tawa, dan senyum bahagia. Mahasiswa berseragam toga hitam dengan syal warna biru tua memenuhi ruangan. Di tengah keramaian itu, Laila berdiri anggun dengan toga lengkap, wajahnya bersinar penuh haru dan bangga.

Tiba-tiba dari kejauhan, seseorang yang sangat dikenalnya berjalan perlahan. Seragam dinasnya begitu khas. Kapten Merlin, atau Bunda Aina, hadir dalam acara itu—langkahnya tegas tapi senyumnya lembut.

"Bunda!" Laila setengah berlari memeluk Merlin dengan erat.

"Selamat, Nak. Bunda bangga sekali."

Laila berkaca-kaca. "Bunda datang… aku kira bunda tidak sempat."

"Bunda nggak akan melewatkan momen paling berharga dalam hidupmu. Kamu sudah tumbuh jadi wanita hebat, Laila."

Tiba-tiba terdengar suara pembawa acara memanggil nama Laila. Ia maju ke podium, menerima ijazahnya dengan sorak sorai teman-teman. Di barisan tamu, Merlin menatap penuh haru—untuk sesaat, semua luka dan beban yang ia pikul terasa ringan. Ini adalah kemenangan lain dalam hidupnya. Kemenangan kecil… tapi tulus.

Setelah acara selesai, Reno datang membawa buket bunga dan menyodorkannya ke Laila dengan canggung.

"Ini... buat orang yang udah bikin semua orang bangga."

Laila tertawa kecil. "Terima kasih, Bang Reno."

Merlin melihat ke arah mereka, tersenyum tipis, lalu menatap langit.

"Mas Gilang… anak kita sudah jadi wanita tangguh."

Di ruang kerja Kapten Merlin, suasana sedikit berbeda hari itu. Reno berdiri di depan meja dengan raut wajah serius, tangannya membawa map cuti.

"Buk, saya mau ambil cuti beberapa hari ke depan."

Merlin langsung mengernyitkan dahi. "Cuti? Sekarang? Setelah semua ini?"

Reno menunduk sebentar, lalu memberanikan diri bicara pelan,

"Saya… mau lamar Laila, Buk. Sudah saatnya."

Hening sejenak. Wajah Merlin sulit ditebak. Ia memalingkan pandangannya ke jendela.

"Jadi ini alasanmu mau ikut ke Kamboja tempo hari ya?" gumamnya dengan nada datar.

Reno mengangguk, mencoba membaca ekspresi atasannya yang juga adalah ibu Laila.

"Saya serius, Buk. Saya mencintai dia."

Merlin menatap Reno dalam-dalam, lalu perlahan menghela napas.

"Kau membuatku ingin membatalkan tiket ke New York."

"Kenapa, Buk?" tanya Reno kaget.

"Karena tidak ada yang boleh melamar anakku tanpa restu ibunya."

Reno terkekeh lega. Merlin akhirnya tersenyum.

"Ambil cuti-mu. Tapi pastikan lamaran itu tak membuat Laila kecewa. Kalau kau sakiti dia, jangan salahkan aku kalau aku lacak kau pakai satelit."

"Siap, Buk!" Reno memberi hormat dengan canggung.

Di meja Merlin, tiket ke New York masih tergeletak. Tapi kali ini, ia tak terburu-buru pergi. Mungkin… akan ada pesta kecil yang harus ia hadiri dulu.

Merlin menatap layar ponselnya sejenak sebelum menekan ikon video call. Tak lama, wajah Han muncul di layar, dengan latar belakang kantor intelijen yang terlihat sibuk.

"Han, aku belum bisa berangkat sekarang."

Han langsung menoleh serius. "Ada masalah di Jakarta?"

Merlin tersenyum tipis. "Bukan misi negara, tapi misi keluarga. Anakku akan menikah. Reno akan melamar Laila."

Han terdiam sejenak, lalu senyum hangat menghiasi wajahnya.

"Wah, selamat! Itu kabar besar. Kau pasti bangga."

"Sangat." jawab Merlin dengan mata yang sedikit berkaca. "Aku janji, setelah acara selesai, aku langsung ke New York. Tania sudah siap juga."

Han mengangguk mantap. "Kapan pun kau siap, kami tunggu. Tapi kali ini… biarkan dirimu bahagia dulu. Ini bukan hanya soal negara, tapi hidupmu juga, Aina."

Merlin menunduk, menghela napas dalam.

"Terima kasih, Han. Sampai jumpa segera."

Panggilan berakhir. Merlin menyandarkan tubuhnya di kursi. Di antara misi-misi besar, ada hal yang lebih besar: menyaksikan anaknya memulai kehidupan baru.

Upacara itu begitu sakral dan penuh haru. Di tengah balutan adat Minangkabau yang anggun, Laila tampak bersinar seperti bidadari. Suntiang emas menjulang di kepalanya, menambah wibawa pada senyum bahagianya. Reno, yang gagah dengan baju kurung tradisional dan saluak di kepala, tampak tak berkedip memandang wanita yang akan segera menjadi istrinya.

Gemuruh rebana dan lantunan sholawat menggema dari seluruh penjuru rumah gadang yang dihias megah. Tarian silat yang menghantar prosesi lamaran menggetarkan hati semua yang hadir, menggambarkan semangat, hormat, dan kesiapan seorang lelaki menjaga wanita yang dicintainya.

Merlin berdiri tak jauh dari panggung utama. Seragam dinasnya hari ini ia gantikan dengan kebaya sederhana berwarna biru tua. Tapi mata tajamnya masih menyimpan sorot seorang kapten. Namun, di balik itu, ada air mata yang tertahan. Air mata haru karena sang putri kini telah menemukan bahagianya.

Rina, ibu kandung Laila, menghampiri dan memeluk putrinya erat. Sementara itu, Laila menatap kursi kosong di samping Merlin. Kursi yang memang sengaja disediakan untuk simbol kehadiran almarhum Dika.

"Ayah pasti bangga, La," bisik Reno, mengusap pipi Laila yang kini dibasahi air mata.

Laila mengangguk pelan. "Terima kasih, Bang... telah menjadi sosok yang kuat seperti ayah."

Gema ijab kabul tak lama menggema, bersamaan dengan doa dari seluruh yang hadir. Reno dan Laila kini resmi menjadi suami istri.

Di sudut ruangan, Merlin menggenggam erat kedua tangannya. "Satu babak hidupmu tertutup dengan bahagia, La... kini tugas Ibu menjaga dari jauh. Selamat, anakku."

Sore itu, setelah acara adat selesai dan tamu-tamu mulai beranjak pulang, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan rumah gadang. Warna hitamnya mengkilap, pelat nomornya belum terdaftar, dan di kaca depannya terselip secarik amplop berstempel resmi.

Semua mata tertuju pada mobil tersebut.

Merlin membuka amplop itu dan membacanya pelan:

> Untuk Kapten Merlin,

Sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasihku atas persahabatan dan pengabdianmu kepada kebenaran.

Hadiah ini kupersembahkan untuk anak dan menantumu,

semoga menjadi saksi perjalanan hidup mereka yang baru.

– Han

Laila menutup mulutnya, tak percaya. Reno melongo.

"Buk... ini... serius?" katanya lirih.

Merlin tersenyum kecil, matanya menerawang, seolah teringat kembali masa-masa awal kenal dengan Han yang misterius namun tulus itu.

"Han selalu punya caranya sendiri untuk menunjukkan rasa hormat. Ini untuk kalian. Jangan lupa bersyukur," ucap Merlin, menyerahkan kunci mobil itu kepada Reno.

Laila memeluk ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Buk... ini semua lebih dari mimpi."

Reno merangkul istrinya sambil menatap mobil itu, lalu menatap Merlin.

"Kami akan menjaga hadiah ini baik-baik. Seperti kami menjaga satu sama lain."

Merlin mengangguk. Dalam hatinya, ia tahu: bab baru telah terbuka bagi Laila dan Reno, dan ia... akan segera melanjutkan langkahnya menuju medan baru di New York.

Beberapa hari setelah pesta usai, suasana di rumah kembali tenang. Namun di tengah kedamaian itu, Merlin menerima sebuah paket kecil berwarna hitam pekat tanpa nama pengirim. Isinya hanya sebuah flashdisk dan catatan tulisan tangan:

> “New York bukan hanya pintu masa depan. Tapi juga cermin masa lalu.

Kau akan menghadapi hantu yang tidak pernah mati, Kapten.

– H.”

Merlin menggenggam erat catatan itu.

“Jadi… ini bukan hanya misi biasa,” gumamnya.

Di sisi lain, Han sedang berdiri di balik jendela kantornya di New York. Matanya tajam, menatap ke luar jendela gedung tinggi sambil berbicara pada seseorang di bayangan.

"Kapten Merlin adalah satu-satunya yang bisa menyusup ke dalam permainan ini.

The Deadly Game telah dimulai."

1
aldi malin
terima kasih semoga ikutin episode berikutnya
Lalula09
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
うacacia╰︶
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
aldi malin: oke ...dintunggu ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!