NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34: Duskara

Di perjalanan menggunakan satu kuda, Ralf dan Nielz menuju ke salah satu kota terdekat untuk istirahat dalam perjalanan mereka.

Kota kecil yang tidak begitu istimewa. Disana hanya terdapat beberapa penjual di jalannya dan beberapa lagi gelandangan yang duduk di gang gelap.

Nielz membawa langkah mereka menuju satu bar kecil. Saat mereka masuk ke dalam bar, seluruh pasang mata langsung menatap mereka dengan menyeluruh.

Ralf merasa sedikit aneh dengan orang-orang yang ada di kota ini. Setiap langkah mereka terus diperhatikan tanpa terlewat sedikitpun. Membuat sedikit tidak nyaman.

"Luruskan pandanganmu. Jangan buat dirimu terpengaruh oleh mereka, Ralf," bisik Nielz pada Ralf.

"...."

Nielz benar-benar menghempas seluruh tatapan itu dengan wajah percaya dirinya. Itu sedikit membuat Ralf kagum untuk sesaat.

Sesampainya di meja penerima, sang pelayan langsung menyambut mereka dengan senyum ramahnya.

"Selamat datang Tuan! Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Aku ingin menyewa satu kamar untuk satu malam," jelas Nielz.

"Oh, kebetulan penginapan kami tersisa satu kamar Tuan! Kamar satu malam hanya 10 koin perak!"

Nielz langsung mengeluarkan kantung uangnya tepat di depan meja penerima dan memberikan 15 koin perak.

"Pastikan tidak ada yang akan mengganggu kamar yang ku pesan," tegas Nielz. Seakan paham, pelayan itu langsung tersenyum begitu lebar dan langsung merebut koin perak itu.

"Ini dia, Tuan. Kamar anda ada di lantai dua nomor 3."

Nielz mengangguk dan langsung berjalan ke arah tangga. "Ayo," ucapnya pada Ralf.

Saat mereka sampai di dalam kamar, Nielz langsung menghempaskan dirinya di atas kasur.

"Sebenernya ada apa dengan kota ini? Saat kita pergi, kita tidak melewati kota ini. Lalu, kenapa sekarang kita melewatinya?" tanya Ralf dengan alis yang dinaikkan sebelah.

"Apa kamu tahu nama kota ini?" tanya balik Nielz.

"Nama kota?"

Ralf tidak begitu tahu kota selain kota Drugen tempat yang sering ia datangi dulu. Jadi, Ralf sedikit kaget dengan suasana kota ini.

"Kota ini terkenal dengan kriminalitas dan kelaparan. Kota terbuang dimana para penjahat berkumpul." Nielz menjelaskan sembari tersenyum ke arah Ralf dengan semangat.

Mendengar hal itu Ralf mulai paham apa yang dari tadi mereka rasakan. Tatapan mengintai dan menilai, apakah mereka adalah orang kaya dan bisa dicuri.

"Kalau begitu, mengapa kamu mengeluarkan uang seperti tadi? Seakan memancing penjahat untuk mencuri darimu."

Nielz hanya tertawa kecil mendengar nada kebingungan dari Ralf. Nielz kembali merogoh tas bawaannya dan melemparkan satu belati kearah Ralf.

"Simpan itu. Malam ini, beberapa tikus kotor pasti datang." Nielz bangkit dari duduknya dan meregangkan otot-ototnya.

"Lalu, kamu mau kemana?" tanya Ralf saat melihat Nielz berjalan kearah pintu.

"Aku ada urusan sebentar sampai malam nanti. Makan dan jaga uang kita di kamar ini, ya~" Nielz tersenyum dengan begitu santai, seakan ia lupa apa yang ia katakan tentang kota ini sebelumnya.

"...."

Brak!

Pintu tertutup, meninggalkan Ralf disana sendiri. Ia melihat kearah belati yang diberikan oleh Nielz sebelumnya.

"Selalu saja seenaknya ...."

...★----------------★...

Hari ini mereka akhirnya melanjutkan perjalanan setelah beristirahat sehari di kota pertama.

Elena masih sedikit mewaspadai Galeon karena mimpinya. Selama perjalanan ini ia terus mengamati setiap tindakan dari Galeon, namun tidak ada hal yang mencurigakan selama ini dan itu membuat Elena mulai meragukan keaslian mimpinya.

Apa itu hanya mimpi semasa? Tapi, itu terasa begitu nyata untuk sekedar mimpi. Tapi, Paman Galeon tidak melakukan hal yang mencurigakan hingga sekarang.

"Apa yang kamu lamunkan?" Ellios tiba-tiba menepuk pundak Elena hingga membuatnya terkejut.

"Ti-tidak ada Tuan muda ...." lirih Elena sembari mengusap lehernya dengan canggung.

"...." Ellios menyipitkan matanya dengan tidak percaya. Ia mengikuti arah mata Elena dan mengetahui bahwa Elena selalu menatap Galeon.

"Kamu menyukai guru?" tanya Ellios dengan wajah datar sembari menyilangkan tangan di dada.

"Eh, maaf??"

Apa aku salah dengar?

Ellios diam seakan menjelaskan bahwa ia tidak salah bicara. Jujur saja, Elena memang mengagumi kemampuan Galeon tapi, tidak sampai membuatnya terus menerus menatapnya.

"Ah ... Ya, saya mengagumi paman Galeon, Tuan muda," ucap Elena dengan canggung.

Ellios tidak menjawab apapun dan hanya mengangguk seakan mengerti. Ia tidak bertanya lagi dan membalikkan tubuhnya dengan dingin.

Andai saja anda tahu bahwa saya melakukan ini karena anda ....

Sesampainya di kota selanjutnya, Elena menyadari suasana kota yang tidak seperti biasanya.

Apa ini? Dimana kita?

Alisnya berkerut sembari mengitarkan pandangannya keluar kereta untuk melihat keadaan.

Penjualnya begitu sedikit dari biasanya. Para gelandangan yang berada di gang gelap menatap kereta mereka. Suasananya memberi sebuah peringatan dan sebuah firasat buruk dalam benak Elena.

Saat itu ia kembali teringat oleh mimpinya. Mimpi dimana Ellios terbunuh oleh Galeon, dan pengkhianatan yang tidak terbayangkan.

Namun, semua itu sudah terlambat saat kereta sudah berhenti di dekat suatu penginapan.

"Ayo, kalian juga turun. Kita akan istirahat disini untuk malam ini," Galeon mengajak Ellios dan Elena untuk masuk ke dalam penginapan itu.

Saat masuk ke dalam penginapan, disana juga terdapat bar untuk warga kota berkumpul dan mereka semua langsung menatap kearah mereka bertiga.

"Paman, ini dimana?" tanya Elena sembari berbisik dengan mata yang mengitar ke sekelilingnya.

"Oh, kamu belum tahu ya, El. Ini kota Duskara. Kita bisa sampai ke kota Drugen dengan cepat jika melewati kota ini," jelas Galeon tanpa menyadari kegelisahan Elena.

Galeon seakan buta. Ia malah memesan dua kamar untuk satu malam, sedangkan Elena mulai mendekat ke arah Ellios hingga membuat Ellios kebingungan.

"Kamu terlalu dekat!" bisiknya sedikit keras.

"Ah, ma-maaf tuan— maksud saya ... Ellios ...."

Ellios menatap curiga saat melihat gelagat Elena yang terlihat seperti orang gelisah dan takut.

Sesampainya di kamar, Elena tidak kunjung keluar dari kamar Ellios setelah ia mengantarnya.

"Kenapa belum keluar?" tanyanya.

Elena tidak langsung menjawab. Ia terlihat ragu. "Maaf jika saya lancang, tapi sudah berapa lama Anda mengenal paman Galeon?" Elena akhirnya membuka suara dengan mata yang sesekali terangkat untuk menatap kearah Ellios.

Jadi, dari tadi itu yang ingin ia tanyakan? Apa ia sebegitu sukanya dengan Guru?

"Aku sudah mengenalnya sejak umurku 2 tahun." Tidak disangka Ellios mengatakannya begitu mudah. Elena pikir Ellios tidak akan mau mengatakannya dan mengacuhkannya seperti biasa.

"Be-begitukah ...." Elena diam lagi.

"...."

"...."

Ellios mulai kehilangan kesabaran pada Elena. "Kalau sudah tidak ada hal lain, bisakah kamu keluar? Aku ingin istirahat."

Elena langsung gelagapan dan menundukkan kepalanya. "Ba-baiklah." Ia mengangkat kepalanya lagi dan berkata, "Se-selamat beristirahat."

Elena membalikkan badan dan meraih kenop pintu, namun sebelum ia membukanya, ia kembali menolehkan sedikit kepalanya dan berkata lagi, "Saya selalu ada di kamar sebelah. Jika ada sesuatu yang terjadi, tolong segera panggil saya," ucapnya dengan lugas.

"...."

Ellios tidak membalas. Ia hanya menatapnya hingga pintu itu tertutup.

"Ada apa dengannya?"

Ellios baru bertanya kepada dirinya tentang keadaan pelayan pribadinya yang sedari tadi selalu aneh, dan kata-katanya seperti ditujukan pada sesuatu yang lain selain pekerjaan sehari-harinya.

To Be Continued:

1
Cha Sumuk
ceritanya membingungkan kebanyakan tanda tanya sendri hahhhhhhh
Rahael: soalnya emng banyak misterinya gitu kak
total 1 replies
Cha Sumuk
mc ceweknya lemah sdh lemah bodoh pula
Rahael: ceritanya emng di buat slow burn kak, makanya GK op mcnya
total 1 replies
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!