NovelToon NovelToon
Dipaksa Kawin Kontrak

Dipaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor jahat
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dini Nuraenii

Kaila tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis hanya dalam semalam. Seorang perempuan sederhana yang mendambakan kehidupan tenang, mendadak harus menghadapi kenyataan pahit ketika tanpa sengaja terlibat dalam sebuah insiden dengan Arya, seorang CEO sukses yang telah beristri. Demi menutupi skandal yang mengancam reputasi, mereka dipaksa untuk menjalin pernikahan kontrak—tanpa cinta, tanpa masa depan, hanya ikatan sementara.

Namun waktu perlahan mengubah segalanya. Di balik sikap dingin dan penuh perhitungan, Arya mulai menunjukkan perhatian yang tulus. Benih-benih perasaan tumbuh di antara keduanya, meski mereka sadar bahwa hubungan ini dibayangi oleh kenyataan pahit: Arya telah memiliki istri. Sang istri, yang tak rela posisinya digantikan, terus berusaha untuk menyingkirkan kaila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Malam itu, setelah kejadian di kafe, Arya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendatangi Kaila. Dia tahu betul bahwa situasi ini semakin tidak aman bagi perempuan yang kini resmi menjadi bagian dari hidupnya.

Meski pernikahan mereka hanyalah kontrak, Arya merasa ada sesuatu yang lebih yang mengikat keduanya. Keinginan untuk melindungi Kaila meskipun harus mengorbankan banyak hal kian menguat.

Arya berdiri di depan pintu apartemen Kaila, matanya yang tajam menatap pintu kayu yang tampak biasa saja.

Namun, di balik itu, dia tahu bahwa Kaila sedang berada dalam bahaya. Wartawan yang sudah melanggar batas, ancaman yang semakin nyata.

Kali ini, dia tak akan membiarkan siapa pun mengancam keselamatan perempuan itu.

Ia menekan bel pintu dengan tegas, menunggu beberapa detik sebelum akhirnya terdengar langkah kaki mendekat dari dalam.

Pintu terbuka, dan Kaila muncul di ambang pintu, mengenakan piyama kasual, matanya terlihat lelah namun waspada.

“Arya,” suara Kaila terdengar sedikit terkejut, namun ia cepat menahan diri. “Ada apa? Kenapa kamu datang malam-malam seperti ini?”

Arya mengamati wajahnya dengan serius, meski ada sedikit kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan. “Kaila, kamu harus pindah. Sekarang juga,” ucapnya tegas, tanpa basa-basi.

Kaila menyipitkan mata, bingung. “Pindah? Kenapa? Apa maksudmu, Arya?” Tanyanya ragu.

Arya menatapnya dalam-dalam, menyadari bahwa Kaila tak sepenuhnya paham betapa seriusnya situasi ini. “Ada wartawan yang menguntitmu. Dia berhasil menemukan tempat tinggalmu,” jawabnya dengan suara rendah namun penuh kekuatan.

 “Aku tak ingin ada risiko apa pun terhadap keselamatanmu. Ini bukan hanya soal kontrak, ini tentang melindungimu.”

Kaila terdiam beberapa detik, meresapi kata-kata Arya. Wajahnya tampak bingung, namun mulai ada pemahaman yang muncul. “Tapi, aku tidak mau jadi bebanmu,” ujar Kaila, pelan.

“Aku tidak meminta kamu untuk menjadi beban, Kaila. Aku hanya ingin memastikan kamu aman,” jawab Arya, matanya tetap tajam, penuh ketegasan.

“Kamu akan tinggal di rumah utamaku sementara waktu. Aku tidak ingin kamu tinggal di tempat yang bisa membahayakanmu.”

Kaila tampak terkejut mendengar usul itu. “Rumahmu?” Ia bertanya lagi, ragu.

Arya mengangguk, matanya tidak mengalihkan pandangannya dari Kaila. “Ya, rumahku. Kita tidak tahu siapa yang bisa mendekati kamu lagi setelah kejadian ini. Lebih baik kamu berada di tempat yang aman, yang terjaga.”

Kaila membuka mulutnya untuk berkata sesuatu, tapi kata-kata itu tidak keluar begitu saja. Semua ini terasa seperti sebuah keputusan besar.

Apakah dia siap untuk tinggal bersama Arya, seorang pria yang meski tidak menginginkan pernikahan ini, tapi jelas memperlihatkan sisi protektif yang tak terduga? Bagaimana kalau itu malah semakin memperkeruh hubungan mereka?

Namun, ada satu hal yang ia sadari. Situasi ini sudah tidak bisa ditunda lagi. Keamanan harus menjadi prioritas.

“Aku... aku tidak tahu,” suara Kaila terhenti, tapi matanya menatap Arya dengan keseriusan. “Tapi... jika itu yang terbaik, mungkin aku tidak punya pilihan lain.”

Arya menghela napas, lalu mendekat sedikit. “Tidak ada pilihan lain, Kaila. Kamu akan lebih aman di rumahku. Ini bukan soal pernikahan kita atau apa pun, ini soal keselamatanmu. Aku akan memastikan kamu tidak sendirian dalam hal ini.”

Kaila menunduk sejenak, seakan mencerna semuanya. “Baiklah,” akhirnya ia berkata. “Aku akan ikut denganmu.”

Mata Arya menyipit, namun kali ini ada sedikit kelembutan di sana. “Kamu membuat keputusan yang tepat.” Lalu, ia meraih tangan Kaila dengan hati-hati, menggenggamnya seolah ingin meyakinkan dirinya bahwa ia melakukan hal yang benar.

Kaila mengangguk pelan, matanya penuh kebingungan dan kekhawatiran, tetapi ia tahu, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain mengikuti keputusan yang diambilnya malam ini.

Meskipun ini terasa seperti langkah besar, ada bagian dalam dirinya yang merasa sedikit lebih tenang dengan berada di bawah perlindungan Arya.

Dengan langkah yang pasti, Arya dan Kaila meninggalkan apartemen itu, menuju mobil Arya, siap untuk menuju rumah utama yang jauh lebih besar, jauh lebih aman, namun juga penuh dengan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya di antara mereka.

.....

Pintu utama rumah itu terbuka oleh pelayan. Langkah kaki Arya mantap menyusuri lantai marmer dingin, sementara Kaila mengikut di belakangnya, sedikit canggung dalam diam.

Rumah itu besar dan mewah, jauh berbeda dari apartemen kecil yang biasa ia tinggali. Pilar-pilar tinggi, pencahayaan hangat, dan aroma lavender yang samar memberi kesan elegan namun juga dingin.

Baru beberapa langkah masuk, suara tumit sepatu terdengar dari arah tangga.

"Kukira malam ini aku akan menikmati ketenangan... ternyata justru kedatangan tamu," ujar sebuah suara dengan nada datar namun sarat sindiran.

Kaila langsung menoleh. Seorang perempuan berdiri di ujung anak tangga, mengenakan gaun satin berwarna burgundi, rambutnya tertata rapi, dan riasannya sempurna.

Wajah cantiknya tampak tenang, tapi sorot matanya tajam menelusuri sosok Kaila dari ujung kepala hingga kaki.

"Nayla," gumam Arya, datar. "Aku tidak ingin ribut malam ini."

Nayla tersenyum tipis, melangkah turun pelan-pelan namun penuh percaya diri. "Ribut? Tidak. Aku hanya sedikit terkejut. Mengapa tidak memberi kabar kalau akan membawa istri rahasiamu ke rumah ini?"

Kaila menahan napasnya. Ia ingin bicara, tapi memilih diam. Arya berdiri tegak di sampingnya, wajahnya mulai menegang.

"Aku membawanya ke sini karena dia tidak aman tinggal di luar," jelas Arya tegas. "Rumah ini cukup besar untuk dua orang perempuan."

"Ah, jadi sekarang aku hanya bagian dari statistik, ya? Perempuan pertama dan perempuan kedua?" Nayla menyeringai.

"Begitu cepat kamu menempatkan seseorang di bawah atap yang sama tanpa menjelaskan apa-apa."

"Aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan apa pun padamu," balas Arya dengan suara dingin.

Nayla berjalan mendekat, menatap Kaila. "Dan kamu... tentu saja kamu sangat tenang berdiri di sini. Hebat juga cara kamu memanfaatkan situasi."

Kaila mengangkat wajahnya perlahan, tidak ingin terlihat lemah. "Saya tidak memanfaatkan siapa pun, Bu Nayla. Saya hanya mengikuti keputusan yang diambil demi keamanan saya."

"Keamanan?" Nayla tertawa kecil. "Lucu sekali. Dari semua wanita di dunia, kamu yang paling 'tidak aman', tapi justru yang paling cepat mendapat tempat di sini."

Arya melangkah maju, berdiri di antara keduanya. "Cukup. Aku tidak akan biarkan kamu mempermalukannya."

"Aku hanya menyambutnya, Arya. Bukankah begitu caranya kita memperlakukan keluarga?" Nayla tersenyum manis, lalu berbalik.

"Silakan. Ruang tamu di sayap kanan sudah siap. Atau kamu ingin langsung ke kamar utama? Atau... kamar cadangan untuk istri kontrak?"

Arya mengepalkan tangan. Tapi Kaila menyentuh lengannya perlahan, memberi isyarat agar dia tidak memperkeruh suasana. Ia tahu, Nayla sengaja memancing emosi.

“Aku tidak akan lama di sini,” ucap Kaila akhirnya, berani menatap Nayla. “Tapi selama aku di sini, aku akan menjaga sikap. Saya harap kita bisa saling menghormati.”

Nayla tersenyum kecut. “Kita lihat seberapa lama ‘tidak lama’ itu, Nona.”

Tanpa berkata lagi, Nayla pun melangkah naik kembali, meninggalkan keheningan yang menggantung di ruang depan.

Arya menghela napas dalam, lalu menoleh ke Kaila. “Maaf, kamu harus melihat semua ini.”

Kaila tersenyum lemah. “Aku sudah tahu sejak awal. Hidup di sekitarmu... tidak akan pernah sederhana.”

1
R 💤
jangan mau kaila,
R 💤
hadir Thor 👋🏻
R 💤: siap Thor 👋🏻
Dini Nuraeni: Thanks dah mampir dan jadi yang pertama mengomentari 🥹🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!