NovelToon NovelToon
AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: SAFIRANH

Luna harus memilih antara karir atau kehidupan rumah tangganya. Pencapaiannya sebagai seorang koki profesional harus dipertaruhkan karena keegoisan sang suami, bernama David. Pria yang sudah 10 tahun menjadi suaminya itu merasa tertekan dan tidak bisa menerima kesuksesan istrinya sendiri. Pernikahan yang telah dikaruniai oleh 2 orang putri cantik itu tidak menjamin kebahagiaan keduanya. Luna berpikir jika semua masalah bisa terselesaikan jika keluarganya tercukupi dalam hal materi, sedangkan David lebih mengutamakan waktu dan kasih sayang bagi keluarga.
Hingga sebuah keputusan yang berakhir dengan kesalahan cukup fatal, mengubah jalan hidup keduanya di kemudian hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAFIRANH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

“Ngapain kamu disini?” 

David, yang tengah sibuk mengamati Kumala dari jendela kamar lantai atas itu, sampai tidak sadar jika Luna telah kembali dan kini berdiri di ambang pintu. Tatapan wanita itu tegas, seperti menyimpan rasa curiga padanya.

“A–aku…aku cuma sedang mencari buku bacaan tentang resep masakan baru,” jawab David tergagap, tapi masih berusaha sebaik mungkin agar tidak terlihat jelas. “Kamu pasti punya, kan?” lanjutnya.

Luna melangkah masuk ke dalam kamar, tatapannya masih sama. “Bukankah kamu tidak tertarik dengan resep masakan modern?” 

“Ya, aku hanya ingin berinovasi saja,” bohongnya dengan sangat lancar. “Kemarin, ada salah satu pelanggan yang ingin mencicipi masakan modern ala chef di kota besar.” 

“Pelanggan?” tanya Luna sedikit meragukan alasan David. “Kamu yakin pelanggan di sekitar sini mengatakan hal itu?” 

Mendapatkan sikap seperti itu dari Luna membuat raut wajah David berubah. Bahkan ia sempat menatap sinis ke arah Luna. “Jika tidak mau berbagi keahlian denganku, ya sudah. Kamu memang egois, sama seperti dulu.”

Luna menarik nafas kasar. “Aku tidak bermaksud seperti itu. Lagipula, bisakah kamu berhenti bersikap kasar padaku? Kau anggap apa aku selama ini?” 

“Kamu sendiri yang memulai semua ini, Luna. Andaikan kamu tidak egois, dan lebih memperhatikan keluargamu, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.” 

“Aku berusaha untuk bisa menjadi istri dan Ibu yang baik. Bahkan, aku rela meninggalkan semuanya demi keluarga dan pernikahan kita, David.” jawab Luna tak kalah tegas.

David terdiam. Kepalanya mendongak, merasakan lelah serta bosan harus menghadapi hal seperti ini setiap harinya. Di ruangan yang tidak terlalu luas itu, mereka kembali saling menyakiti satu sama lain.

Bukan karena sebuah pertengkaran besar, tapi hal sekecil apapun, tidak mampu mengembalikan kehangatan seperti dulu lagi.

“Aku terus berusaha menjadi wanita yang selalu kamu inginkan, lalu apa lagi sekarang?” Luna tak kuasa menahannya lagi, semua yang ada dalam pikirannya harus dikeluarkan sekarang juga. “Katakan! Apalagi yang kurang dariku!” kini suara Luna  naik satu oktaf dari sebelumnya.

Luna kembali tidak mendapatkan jawaban. Sedangkan wajahnya telah basah oleh air mata, hati yang terus disakiti berulang kali tapi tidak bisa pergi membuatnya sangat muak akan kehidupan rumah tangganya.

Tangannya yang lemah mendorong pundak David. Menuntut suatu jawaban yang bisa membuatnya merasa lega. “Jawab…jawab aku, kenapa kamu hanya diam?” tuntutnya, meski David masih mengambil sikap diam tanpa mengatakan apapun.

Akhirnya, David lebih memilih untuk pergi meninggalkan Luna begitu saja. Perdebatan ini membuatnya lelah, berbagai macam pendirian dan tujuan hidup yang berbeda menjadi masalah utama.

Sedangkan,Luna sendiri hanya bisa menangis. Sekuat tenaga ia menahan air mata. Tapi apa boleh buat, rasa sakit ini lebih besar dari rasa cintanya pada pria yang pernah ada dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, Luna mendengar deru mesin sepeda motor milik David pergi meninggalkan pekarangan rumah mereka. 

Satu kali lagi…David kembali melarikan diri dari masalah, dan akan selalu menyalahkan Luna di setiap pertengkaran mereka.

***

Sementara itu di lantai bawah, Maria tengah membersihkan kamarnya. Mengganti sprei, juga mengepel lantai agar terlihat bersih. 

Saat dirinya baru saja keluar menuju ke arah tempat cucian, matanya menangkap satu buah kemeja warna putih yang sepertinya bukan milik suaminya. Dari aromanya saja sudah berbeda, mungkin saja ini adalah milik adik iparnya, David.

Maria lalu memisahkan kemeja itu, dan memasukkannya ke dalam keranjang cucian milik Luna. 

Beruntungnya, Luna tampak baru saja ikut masuk ke dalam ruangan yang sama dengan Maria. Luna langsung mengangguk, menyapa kakak iparnya itu.

“Luna, itu kemeja suami kamu kenapa bisa masuk ke dalam keranjang cucian milik Ibu?” tanya Maria, nadanya masih sama seperti biasa, yaitu terkesan sinis.

“Masuk ke dalam keranjang cucian Ibu? Biasanya David akan mencuci semua pakaiannya sendiri kok, Mbak,” jawab Luna bingung.

Mata Maria membulat lebar saat mendengar Luna mengatakan hal itu. Ia meletakkan keranjang cuciannya sendiri sedikit kasar ke meja di samping mesin cuci. “Istri macam apa kamu? Baju suami sendiri saja tidak mau mencuci. Malah merepotkan Ibu mertuanya yang sudah tua.” 

“Iya, Mbak. Nanti aku cuci sekalian punya Ibu juga,” jawab Luna santai. Ia tidak mau berdebat terlalu panjang dengan kakak iparnya. 

Berdebat dengan David pagi ini saja sudah sangat menguras tenaga. Apalagi harus ditambah berdebat dengan Mbak Maria, pasti akan lebih panjang lagi ceritanya.

“Karena hari ini aku sedang baik, maka kamu boleh mencuci duluan,” Maria yang baru saja mengangkat jemuran yang sudah kering, mulai membawa keranjang cucian yang sudah bersih kembali ke kamar untuk segera di setrika. “Tapi cepat, ya! Aku tidak mau pekerjaanku jadi lambat gara-gara kamu.” 

Setelah Maria pergi, Luna bergegas memilih beberapa pakaian, memisahkan antara yang berwarna dan tidak berwarna. Luna juga memeriksa jika ada sesuatu yang tertinggal di dalam kantong baju misalnya.

Saat memeriksa kemeja milik David, Luna tanpa sengaja menemukan sebuah kertas kecil berwarna putih, seperti struk belanja. Luna membuka, lalu membacanya. Disana tertulis jika David baru saja membeli satu kotak coklat premium dari toko besar di kota.

Ini bukan jenis coklat biasa. Luna sangat tahu jika coklat dengan jenis dan bentuk istimewa ini hanya dibuat sesuai pesanan saja. Jadi, tidak semua orang bisa membeli tanpa melakukan pemesanan jauh-jauh hari sebelumnya.

“Untuk apa David membeli coklat semahal ini,” gumam Luna pada dirinya sendiri. 

Ia melipat struk tersebut, lalu memasukkannya ke dalam kantong celana panjangnya. Sekarang rasa curiga Luna semakin bertambah, selain harus mencari cara untuk memeriksa ponsel milik David, ia kini juga harus memastikan diberikan kepada siapa coklat yang dibeli oleh pria itu.

Anehnya, semua tidak berhenti sampai disitu saja. Saat Luna tengah sibuk memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci satu persatu, Maria tampak berjalan mendekat, hendak mengembalikan keranjang cucian pada tempatnya.

“Aku tidak menyangka, di balik sikap dingin dan cuek kalian berdua, ada sikap romantis yang disembunyikan,” celetuk Maria begitu saja. “Kalian hanya bersandiwara selama ini?” 

“Apa maksud, Mbak Maria? Saya tidak mengerti.” 

“Jangan berlagak sok polos,” tuduh Maria. Senyumnya tampak meremehkan ke arah Luna. “Kalian hanya pura-pura sering bertengkar, untuk mendapatkan simpati Ibu yang jelas-jelas tidak suka padamu, kan?” 

Luna masih tidak mengerti. Ingin menjawab, tapi jika salah bertindak maka akan menimbulkan perselisihan lagi. Mengingat jika Maria adalah seorang wanita yang sangat sensitif dan mudah terpancing emosi.

Merasa tidak ditanggapi oleh Luna, hembusan nafas kasar keluar dari bibir Maria. “Aku mencium parfum beraroma manis dari kemeja suami kamu. Sudah jelas jika kalian masih suka berbagi barang pribadi bersama, begitu saja tidak mengerti!” 

Karena kesal itulah, Maria memutuskan pergi dari hadapan Luna untuk kembali ke kamarnya. Saat sosok Maria telah menghilang di sudut ruangan, Luna bergerak cepat untuk kembali mengeluarkan kemeja David dari dalam mesin cuci.

Tadi saat memegangnya, ia sama sekali tidak menyadari akan aroma manis yang dimaksud oleh Maria. Luna terlalu fokus pada struk belanja yang ditemukannya dalam kantong kemeja itu.

Udara di sekitarnya mendadak terasa dingin, selaras dengan detak jantung yang memburu sejak tadi. Perlahan, Luna mengangkat benda itu ke arah hidungnya. Mulai menarik nafas dalam, seperti seseorang yang mencoba menghidupkan kembali kebenaran lewat sebuah aroma.

Dan benar saja, apa yang dikatakan oleh Maria.

Aroma yang terkesan samar itu terasa manis layaknya parfum seorang wanita. Saat itu juga Luna tersadar jika, Parfum ini bukanlah miliknya.

Dadanya kembali sesak. Kemeja itu masih menempel di wajahnya, dengan semua pikiran buruk yang berputar terus menerus tanpa henti.

“Siapa?” gumam Luna dengan nada lirih. “Siapa orang yang telah meninggalkan aroma parfum ini di kemeja suamiku?” 

BERSAMBUNG 

1
Becce Ana'na Puank
ok
SAFIRANH: Terima kasih ❤️
total 1 replies
HappyKilling
Bikin terhanyut. 🌟
SAFIRANH: Terima kasih 😘
total 1 replies
Helen
Kece abis!
SAFIRANH: Terima kasih,🥰❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!