Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.
Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.
Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Asing
Bianca, Flora, dan Ethan baru saja selesai merayakan keberhasilan Ethan atas ujian seleksi penerimaan mahasiswa di Universitas Mith. Mereka membeli banyak makanan dalam jumlah banyak. Yang tentu saja itu semua dibayar oleh Flora.
Acara sudah selesai. Bianca dan Ethan kini hanya perlu menunggu Flora yang sedang berada dekat meja kasir. Mereka merayakannya di sebuah restoran kecil yang letaknya sedikit di pinggir kota.
"Kamu kenapa tidak pernah berbicara denganku?" tanya Bianca pada Ethan.
Ethan hanya menggelengkan kepala. Bianca tidak ambil pusing. Karena memang Ethan adalah seorang pendiam. Bianca sudah lama sekali bersahabat dengan Flora. Sudah beberapa kali bertemu dengan Ethan, namun Bianca tidak pernah bisa mengingat kapan terakhir kali laki-laki itu mengeluarkan suara.
Tidak lama Flora datang. Dan mereka memutuskan untuk keluar dari restoran itu. Menuju keluar dari restoran. Namun sesampainya di luar, mereka melihat hujan deras. Membuat mereka tidak memiliki pilihan lain untuk meneduh sebentar, mengingat mobil milik Bianca di parkir pada lapangan yang jaraknya cukup jauh dari restoran tempat mereka makan.
Saat melihat ke arah kanan, Bianca melihat ada seorang perempuan duduk di salah satu meja restoran yang ada di teras. Sembari menatap ke arah jalanan. Perempuan dengan rambut hitam dan pakaian dress putih itu tiba-tiba menatap ke arahnya.
"Apa kalian baru sekali datang ke sini?" tanya perempuan itu membuka percakapan.
"Iya. Kami baru pertama kali. Apakah kamu sudah sering ke sini?" jawab Bianca.
"Aku selalu ke sini bersama kekasihku. Kami akan menikah sebentar lagi," jawab perempuan itu dengan senyuman manis di bibirnya.
"Oh, benarkah? Bukankah itu adalah berita bagus? Lalu apakah kamu di sini sendirian? Di mana kekasihmu?" tanya Flora bahagia mendengar kabar baik.
"Dia sedang menuju ke sini. Dia bekerja di kantor yang ada di pusat kota. Kami tinggal bersama di dalam gang sana," ujar perempuan itu menunjuk ke arah gang gelap yang terlihat dari posisi mereka berada.
Flora tiba-tiba melirik ke arah Ethan saat laki-laki itu mencoba bersembunyi di belakang tubuhnya. Ethan memang orang pemalu. Tidak mau berbicara dengan orang yang baru saja dikenal. Namun ini adalah pertama kalinya Ethan mencoba bersembunyi dari seseorang. Seakan-akan ada yang berbahaya dari perempuan itu.
Mata Bianca melotot sempurna saat perempuan berbaju putih itu berdiri. Perempuan itu lebih tinggi dari dugaannya. 2 meter. Perempuan itu berjalan mendekat. Membuat Bianca harus mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap wajah dari perempuan itu.
"Siapa namamu? Aku ingin mengundangmu ke acara pernikahanku," tanya perempuan berbaju putih itu pada Bianca.
Bianca diam sejenak. Ia memiliki firasat buruk pada perempuan itu. Bianca ingin pergi. Namun di belakangnya saat ini ada Flora dan Ethan. Jika ia pergi, maka kedua orang itu akan terkena masalah.
"Shizo. Apa yang kamu lakukan di sana?" teriak seorang laki-laki dari tengah jalan.
Sontak semua orang menatap ke arah sumber suara. Ada seorang laki-laki dengan jaket berwarna hitam dan membawa payung berwarna biru putih berdiri di sana sembari menatap ke arah mereka. Bianca mengkerutkan keningnya saat wajah laki-laki itu. Aether. Apa yang sedang di lakukan oleh suaminya itu di tengah hujan deras seperti sekarang?
Shizo. Bianca yakin bahwa nama yang diteriakkan oleh Aether tadi adalah nama perempuan yang sekarang berada di hadapannya.
"Apa kamu mencari sesuatu?" tanya Aether berjalan menuju ke arah Bianca.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bianca melihat Aether.
"Aku sedang menunggu kekasihku," jawab Shizo.
"Aku mendapatkan teman baru. Mereka akan menjadi teman baruku," lanjut Shizo saat Aether berada di sisinya.
"Teman? Mereka? Siapa yang kamu maksudkan? Aku tidak melihat siapapun. Apakah mereka ada di dalam restoran?" tanya Aether memandang sisi dalam restoran dari celah antara tubuh Bianca dan Flora.
"Apa yang kamu maksudkan? Bukankah mereka ada di hadapanmu? Mereka bertiga," ujar Shizo menatap ke arah Bianca, Flora, dan Ethan.
Saat perhatian Shizo tertuju pada ketiga orang itu, Aether memberikan isyarat. Menaruh telunjuknya di depan bibir. Meminta ketiga orang itu untuk tetap diam. Bianca yang menyadari itu pun memegang tangan Flora dan mengangguk.Tanda bahwa ia mengerti maksud dari Aether.
"Mengenai kekasihmu, aku tadi baru bertemu dengannya. Dia memiliki pekerjaan tambahan di kantor. Dia sepertinya akan pulang besok malam," ujar Aether.
"Besok malam? Kenapa tidak sekarang? Bukankah kemarin dia juga tidak kembali?" tanya Shizo menatap ke arah Aether.
"Apanya yang kenapa? Bukankah kalian akan menikah sebentar lagi? Dia mencari uang untuk biaya pernikahanmu. Apakah kamu lupa dengan itu?" tanya Aether menyikut pelan tangan Shizo.
"Ah, benar juga. Aku lupa," ujar Shizo menepuk jidatnya lalu ketawa.
Flora yang menatap saksama wajah Aether bisa melihat perubahan ekspresi laki-laki itu. wajah yang tadi memperlihatkan ketenangan, kini terlihat seperti sedang bersedih.
"Pergilah. Kembali lah. Menggunakan payungku," ujar Aether mengarahkan payungnya pada Shizo dan membiarkan hujan mengguyur tubuhnya.
"Bagaimana denganmu? Kamu akan sakit. Jika kamu sakit, tidak ada yang akan datang ke pesta pernikahanku," tanya Shizo dengan ekspresi khawatir.
"Aku akan datang. Pergilah," balas Aether memaksa Shizo untuk mengambil payungnya.
Shizo menggunakan payung itu. Berjalan meninggalkan keempat orang itu. Menyempatkan berhenti itu melambaikan tangan ke arah Aether dan tersenyum lebar. Aether pun melakukan hal yang sama. Sebelum pada akhirnya Shizo menghilang di gang gelap yang tadi ditunjuk oleh Shizo.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bianca saat merasa keadaan mulai membaik.
"Dia orang dengan gangguan jiwa. Kekasihnya meninggal karena tabrakan sehari sebelum hari pernikahannya. Dia selalu berada di sini untuk menunggu kekasihnya," jawab Aether masih menatap ke arah gang gelap.
Jantung Flora berdetak lebih kencang. Flora sekarang mengerti mengapa tadi adiknya tiba-tiba saja bersembunyi di belakang tubuhnya.
"Dia tidak akan bisa mengingat pertemuannya dengan kalian setelah matahari terbit. Jadi jika seandainya kalian bertemu dengannya sekali lagi, berpura-pura lah seakan kalian tidak melihatnya. Bahkan jika seandainya dia menyentuh tubuh kalian, abaikan saja," balas Aether menatap mata Bianca.
"Lalu bagaimana bisa dia akrab denganmu?" tanya Bianca curiga dengan Aether.
"Karena aku juga korban dari kecelakaan itu. Kekasihnya teman dekatku. Kekasihnya meninggal. Dan aku selamat setelah melakukan operasi," jawab Aether.
"Kamu sepertinya sedikit tertarik dengannya. Bagaimana kalau aku membawamu padanya?," tanya Aether tersenyum kecil.
"Bodoh sekali. Untuk apa juga aku memperdulikan orang dalam gangguan jiwa? Aku lebih memilih untuk bersantai di rumah daripada harus berbicara dengannya," tolak Bianca melipat tangan di depan dada dan menoleh ke arah lain.
"Bukankah akan lebih baik jika kamu meneduh dulu? Membiarkan tubuhmu terkena air hujan dalam waktu yang lama bisa membuatmu sakit," sahut Flora saat melihat Aether masih di pinggir jalan dan tubuhnya terguyur air hujan.
Aether kembali menaruh telunjuknya ke arah bibir. Lalu melirik ke arah kanan. Flora dan Bianca mengikuti arah pandangan Aether. Dan melihat Shizo berada di ujung gang memegang payung menatap ke arah mereka.
"Pergilah aku akan mengalihkan perhatiannya. Lain kali jangan pernah berbicara dengan orang asing. Karena itu akan membahayakan nyawa kalian," ujar Aether mundur satu langkah.