Seorang gadis yang berusia 18 tahun harus menjalani betapa pahit nya kehidupan yang harus ia jalani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vnltwins, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Di serang
Terlihat kini pabrik senjata Steven telah menjadi lautan darah manusia, bau amis menyeruak kemana-kemana semua musuh telah tergeletak tak bernyawa.
"Siapa yang telah berani mengusik ku?" Tanya Steven dengan nafas yang terengah-engah dan sorot mata yang tajam.
"Bos" Panggil Reza.
"Ada apa?" Tanya Steven menoleh ke arah Reza.
"Ini semua ulah Dave" Jawab Reza.
"Sial dimana dia sekarang?" Tanya Steven lagi.
"Dia berada di dalam bos tengah bersembunyi saya melihat dari cctv" Jawab Reza lagi.
Steven yang mendengar itu langsung masuk ke dalam dan mencari kebaradaan Dave.
Dan benar saja Steven melihat Dave yang hendak ingin kabur.
"Bawa dia ke markas, dan jangan sampai dia kabur" Steven memberi perintah kepada Reza.
"Baik bos" Jawab Reza.
Mereka semua sudah tiba di markas, Steven langsung saja mengekskusi Dave.
"Arghhh" Teriak Dave saat duduk di atas kursi yang sudah di aliri listrik.
Tubuh Dave bergetar dan merasakan sakit dan panas seluruh tubuh nya semakin tidak tertolong.
"Argghhhh tolong hentikan sialan" Umpat Dave.
Steven yang mendengar itu tidak memperdulikan nya dan semakin bersemangat menyiksa Dave. Steven tersenyum sumringah.
Saat tubuh Dave sudah sangat melemah Steven menyuruh anak buah nya untuk berhenti menyiksa nya.
"Baiklah akan ku beri kau dua pilihan yang pertama kau katakan siapa yang menyuruh mu dan kau akan menjadi anak buah ku pilihan kedua nyawa mu sebagai ganti nya" Ucap Steven memberi pilihan kepada Dave.
"Cuihhh sampai kapan pun aku tidak akan mengatakan nya kepada mu sialan" Jawab Dave dengan suara melemah.
"Apa kau tidak ingat dengan seseorang?" Tanya Dave kembali.
"Siapa maksud mu?" Tanya Steven mengerutkan dahi nya.
"Seseorang yang kau lindungi saat ini" Jawab Dave melemah.
Deghh!
Steven langsung mengerti siapa yang di maksud oleh Dave.
"Nadine" Gumam Steven.
"Apa maksud mu brengsek" Bentak Steven.
"Cuih kau terlalu memikirkan pabrik mu sehingga kau tidak memperdulikan lagi gadis" Ucap Dave dengan nada meremehkan Steven.
"Bajingan apa yang kau lakukan pada nya hah" Teriak Steven.
"Bos sebaiknya kau dan Jerry segera ke mansion biar aku yang mengurus di sini" Ucap Reza.
"Habisi saja dia" Steven memberi perintah kepada Reza.
"Baik bos"
Steven dan Jerry pun masuk ke dalam mobil dan menuju mansion pribadi nya.
Saat di dalam mobil Steven terlihat gelisah, Jerry yang melihat gelagat bos nya pun itu mengerti apa yang tengah di pikirkan bos nya itu.
"Ada apa dengan mu? kau baik-baik saja?" Tanya Jerry.
"Hm" Dehem Steven dengan pikiran yang tidak tenang.
"Tenang lah nona Nadine akan baik-baik saja" Ucap Jerry menenangkan Steven.
"Aku harap begitu Jer" Kata Steven.
Sedangkan di mansion keadaan masih sangat aman, bahkan Nadine pun yang masih berada di dalam kamar sudah terlihat cantik dan wangi setelah membersihkan diri nya.
Dia keluar dari dalam kamar untuk mencari keberadaan Steven, sesampai nya di bawah Nadine melihat sangat sepi sekali dia merasa heran mengapa tak satu orang pun terlihat.
"Tumben sepi sekali biasa nya pengawal banyak yang berjaga di dalam ini kenapa hanya beberapa saja dan kak Steven juga di mana apa dia sedang berada di ruang kerja nya ya" Ucap Nadine.
Nadine menuju ke dapur mencari keberadaan bi Elisa.
"Bi El" Panggil Nadine sedikit berteriak kepada Elisa.
"Iya nona ada apa?" Tanya bi Elisa.
"Bi kak Steven dimana? lalu kenapa pengawal juga pada ngga keliatan biasa nya kan rame" Tanya Nadine.
"Iya tuhan bagaimana ini aku harus jawab apa tidak mungkin aku mengatakan bahwa saat ini sedang dalam keadaan genting dan para pengawal juga sedang memperketat penjagaan di luar" Batin Elisa dalam hati.
"Bi El" Panggil Nadine lagi.
Bi Elisa segera tersadar dari lamunan nya.
"E-eh iya nona" Kata bi Elisa terbata-bata.
"Ada apa bi?, kenapa bibi melamun?" Tanya Nadine.
"Tidak ada apa-apa nona" Jawab bi Elisa tersenyum canggung.
"Bi semua nya baik-baik saja kan?" Tanya Nadine lagi.
"Iya nona semua nya baik-baik saja nona tidak perlu khawatir" Ucap bi Elisa berbohong.
"Syukurlah" Jawab Nadine sembari tersenyum ke arah bi Elisa.
"Oh iya bibi, apa bibi sibuk?" Tanya Nadine.
"Tidak nona ada apa?, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Elisa kepada Nadine.
"Bi aku ingin ke taman belakang bi, aku ingin bibi yang menemani ku apakah boleh" Kata Nadine.
"Em nona sebaik nya nona di sini saja tidak usah kemana-mana" Jawab Elisa.
"Kenapa bi?, ada apa sebenarnya bi kenapa bibi terlihat sangat gugup dari tadi?" Tanya Nadine mengerutkan dahi nya.
"Tidak apa-apa nona saya baik-baik saja sebaik nya nona disini saja" Ucap Elisa lagi.
"Bibi yakin? semua nya baik-baik saja" Tanya Nadine untuk memastikan nya lagi.
"Yakin nona" Jawab bi Elisa.
"Baik lah" Jawab Nadine berusaha untuk percaya.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah luar mansion membuat Nadine dan bi Elisa terkejut.
Dor...
Dor...
"Aaaaaaa" Pekik Nadine sambil menutup kedua telinga nya.
Beberapa pengawal yang berjaga di dalam mansion segera menghampiri Nadine dan bersiaga melindungi Nadine.
"Nona" Panggil bi Elisa menghampiri Nadine.
"A-aku baik-baik saja bi, bi kenapa tiba-tiba ada suara tembakan bi" Tanya Nadine.
"A-ah itu!!"
Dor....
Dor...
Dor...
"Aaaaa" Pekik Nadine lagi.
"Nona ayo kita bersembunyi saja ayo" Ajak bi Elisa menarik lengan Nadine.
Sementara di luar mansion sedang terjadi pertumpahan darah antara anak buah Steven dan anak buah musuh nya yang datang menyerang secara tiba-tiba.
Dor....
Dor....
Dor...
Suara tembakan dan baku hantam sangat jelas terdengar di telinga, mereka saling menyerang satu sama lain.
Jumlah anak buah musuh lebih banyak dari pada anak buah Steven meski pun begitu mereka tidak mudah menyerah.
Bugh!!!
Bugh!!!
Bugh!!!
Krakkk....
"Arghhhhhhhhh" Tangan anak buah musuh serasa di patahkan seketika ia berteriak histeris.
Tanpa anak buah Steven ketahui salah satu anak buah mereka telah menyelinap ke dalam mansion, dan berpura-pura menjadi anak buah Steven.
Dia mencari keberadaan Nadine di seluruh tempat, sembari menghadapi anak buah Steven.
"Hey siapa kau, kau bukan bagian dari kami" Ucap anak buah Steven yang melihat gerak-gerik nya yang mencurigakan.
"Sial" Desis orang tersebut karena ketauhan, mereka pun segera melakukan aksi baku hantam.
"Uhuk...uhuk" Orang tersebut terbatuk karena dada nya di tendang kuat oleh anak buah Steven.
Sebelum anak buah Steven kembali menyerang terlebih dahulu dia telah berhasil menembak nya.
Dor...
Dor...
Dor...
Kembali lagi ke sini Nadine dan bi Elisa dimana saat ini mereka tengah bersembunyi di sebuah kamar.
"Kenapa perasaan ku tiba-tiba merasa tidak tenang" Ucap Nadine pelan.
Tetapi masih bisa di dengar oleh bi Elisa, namun Mira dan Mora segera datang menghampiri mereka.
"Nona" Panggil Mira dan Mora bersama.
"Kak, kalian baik-baik saja" Tanya Nadine.
"Iya nona kami baik-baik saja tenang lah semua akan aman" Jawab Mora.
"Bi El kak Mor sebenarnya apa yang sedang terjadi" Ucap Nadine.
"Itu non anu" Kata bi Elisa dan Mora tidak tahu harus menjawab apa.
"Itu? itu apa bi, kak? aku tidak mengerti?" Tanya Nadine.
"Maaf nona saya tidak bisa jelaskan sekarang" Jawab bi Elisa.