Seorang gadis yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak dikenalnya demi melunasi hutang keluarganya.
Tapi karena sifatnya yang tidak mau diatur, tepat di hari pernikahannya dia memutuskan untuk kabur dan menemui kekasihnya.
Namun apa yang terjadi? Di apartemen, kekasihnya sedang memadu kasih dengan adik tirinya.
Hatinya hancur melihat pengkhianatan di depan matanya. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui perjodohan itu. Dan ternyata eh ternyata laki laki yang menikahinya adalah bosnya sendiri di kantor yang terkenal dingin angkuh dan rumornya tidak menyukai wanita.
Nah untuk mengetahui kisah selanjutnya, ikuti di novel terbaruku yang berjudul " My Husband My Bos"
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 ( Malam ini)
Setelah pergi dari restoran tempatnya makan malam bersama Ardan, Emely bergegas pergi menemui Vero di tempat yang sudah dia kirimkan melalui pesan chat.
Emely menghentikan taksi yang ditumpanginya di depan sebuah hotel mewah bintang lima.
Dengan sedikit ragu Emely melangkahkan kakinya menuju receptionist dan rupanya di sana sudah ada yang memberitahukan nomor kamar yang harus dia tuju.
Langkahnya sedikit gemetar tapi ini harus dia lakukan. Emely terus melangkahkan kakinya menuju kamar tempat Vero cek in.
Tok tok tok
Dengan gemetar dan keringat mulai mengucur di dahinya, Emely mengetuk pintu itu dengan perlahan.
Ceklek
Vero membuka pintunya dengan senyum kemenangan karena malam ini akan menjadi malam terindahnya dan sekaligus malam penentuan bagi nasib Emely ke depannya. Karena Vero berencana membuat gadis cantik berusia 23 tahun itu hamil.
" Masuklah sayang " Ucap Vero dengan handuk yang dililitkan di bawah pusar. Wajahnya yang putih bersih dan sedikit oriental memang menawan namun sikapnya buruk bak binatang.
Emely melangkah masuk ke dalam ruangan itu dan menepis tangan Vero yang hendak merangkul pundaknya.
Vero tersenyum tipis " Ok sayang, gak apa apa. Kamu mau mandi dulu atau kita ngobrol, minum minum atau mungkin mau langsung saja? ".
Emely menghela nafasnya dengan kasar dan menatap tajam penuh kebencian " Vero! Aku mau kamu membuat perjanjian! "
( Sebelum tiba di hotel, Emely mampir dulu ke warnet untuk membuat surat perjanjian)
" Perjanjian apa! "
" Ini kali terakhir kita bertemu dan setelah ini kamu harus menikahi Erika bagaimana pun keadaannya " Jawab Emely tanpa senyum dan tetap dengan tatapan tajamnya.
Vero terkekeh kemudian mulai membuka handuknya membuat Emely memalingkan wajahnya " Brengsek" Umpat Emely dengan memejamkan matanya.
" Ayolah sayang, bukankah kamu sudah pernah merasakannya. Jangan naif kamu " Ucap Vero sambil memegangi senjatanya yang sudah berdiri tegak bak menara yang tinggi menjulang.
Emely semakin bergetar ketakutan dan merogoh tasnya kemudian mengeluarkan secarik kertas yang berisi surat perjanjian.
Vero tertawa lepas dan memakai kembali handuknya kemudian meraih surat tersebut kemudian mengambil pena di atas meja dan membubuhkan tanda tangannya tanpa membaca dengan detail isi dari perjanjian itu.
" Ehm sudah aku tanda tangani, ayolah Emely aku sudah tidak tahan " Rengek Vero seperti anak kecil yang menginginkan susu dari ibunya.
Emely masih enggan untuk melihat wajah menjijikkan itu, dan memilih beranjak memunggunginya.
" Baiklah kalau memang itu maumu sayang " Gumam Vero kemudian mengambil minuman yang sudah dibubuhi obat perangsang level tinggi, karena malam ini dia harus membuat Emely hamil jadi bertempur sampai pagi pun akan sanggup dia lakukan.
Dengan kasar, Vero mencengkram lengan Emely dan memaksanya meminum minuman itu.
" Emh apa ini bajingan! " Umpat Emely menolak meminum minuman itu, namun Vero terus berusaha memaksa hingga akhirnya tenaga Emely tidak sanggup melawan lagi.
Gleg
Gleg
Satu gelas minuman yang sudah bercampur obat perangsang dosis tinggi pun berhasil masuk ke dalam tubuhnya.
Vero pun tersenyum tipis telah berhasil membuat Emely tak berdaya, kemudian dia ikut meminum minuman yang sudah dia campur dengan obat kuat itu dari gelas yang satunya.
Emely merasakan tubuhnya sangat panas dan sakit semua, lalu kesadarannya mulai hilang.
Tet......(Sensor)
Pagi pun tiba, jam menunjukkan pukul 5.
Emely merasakan kepalanya sangat pusing dan berat.
Perlahan dia bangun dari tidurnya dan mendapatkan sebuah baju tidur melekat di tubuhnya. Awalnya dia bingung tapi dia bergegas berjalan ke arah cermin dan terdapat banyak sekali bekas cupang di sekitar leher dan dadanya. Hatinya semakin sakit dan air mata menetes dengan sendirinya.
Hidupnya sudah benar benar hancur saat ini.
Emely berusaha untuk tabah dengan nasipnya, kemudian membalikkan tubuhnya menatap ke arah Vero yang masih terlelap dengan tubuh penuh cakaran di lengannya. Dan melihat itu semua dada Emely semakin sesak, tangisannya pecah dan tak dapat lagi dibendung hingga membuat Vero membuka matanya perlahan.
" Emely, kenapa kamu berada di sana, kemarilah mendekatlah? "
" Tidak! Sudah cukup Vero! Kamu lupa surat perjanjian yang kamu tanda tangani semalam. Di sana kamu sudah berjanji untuk tidak lagi menganggapku sebagai wanitamu dan secepatnya menikahi Erika. Dan satu lagi di sana juga berisi bahwa kamu tidak akan pernah mengganggu hidupku lagi! " Ucap Emely dengan suara bergetar dan air mata yang terus mengalir.
Vero pun duduk sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
" Ingat, dalam waktu seminggu kalau kamu tidak segera menikahi Erika, kamu akan berurusan dengan hukum karena surat perjanjian ini sudah berbadan hukum" Ucap Emely.
Vero terkekeh dan mengusap wajahnya dengan kasar " Kamu tahu darimana secarik kertas tak bernilai itu akan mampu menjeratku ke dalam penjara".
Emely memiringkan bibirnya dan meraih seluruh bajunya yang berada di sofa dan kembali menatap Vero " Kamu lupa ya kalau aku pernah kuliah di jurusan hukum dan karena ibu tiriku yang ambisi kuliahku berantakan hingga aku putus kuliah dan bekerja serabutan, hhhh sudah berapa tahun kita pacaran tapi kamu selalu sibuk dengan kekasih gelapmu dan nafsumu jadi melupakan aku yang selalu mencintaimu "
"Ehmmmmm tidak begitu " Jawab Vero sambil terus memijit pelipisnya.
" Dan sekarang aku tidak sedang membahas tentang masa lalu kita tapi perjanjian ini akan benar-benar menjeratmu ke penjara kalau kamu melanggarnya " Ucap Emely yang sudah siap pergi dari tempat itu.
Vero menjadi geram dan berniat merebut surat perjanjian itu namun punggungnya sakit semua dan sayangnya dia masih dalam keadaan polos hanya tertutup selimut di area pusar ke bawah.
"Hahhhh brengsek! " Umpat Vero sambil memukulkan bogemnya pada kasur kosong di sampingnya.
Emely tersenyum tipis dan berjalan ke luar kamar hotel.
Vero hanya bisa mendengus kasar sambil merutuki dirinya sendiri yang sudah ceroboh membubuhkan tanda tangannya tanpa membaca isi di dalamnya.
" Brengsek! Awas kamu Emely! Hahhh satu bulan lagi kamu pasti akan mencariku untuk meminta pertanggungjawaban karena sudah hamil hahahaaaa, dan tetap akulah pemenangnya " Gumam Vero dengan senyum tipisnya.
Sementara itu seseorang dengan masker dan topi hitam serta jaket hitam berada di ujung lobi sedang menatap Emely keluar dari kamar hotel. Laki laki itu tersenyum tipis dan terus menatapnya diam diam.
...🌺🌺🌺...
Erika sudah bisa pulang karena kondisinya sudah lebih baik.
Baru saja masuk ke dalam rumahnya tiba tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar.
Amara dan Danu saling menatap sejenak.
" Ma, tolong kamu buka pintunya! " Perintah Danu kepada istrinya.
" Baik mas" Jawab Amara kemudian berjalan ke arah pintu.
Ceklek.
" Kamu! " Pekik Amara sedikit terkejut dengan kedatangannya.
Erika dan Danu pun menoleh dan ikut melihat siapa yang datang ke rumah mereka.
Mata Erika berbinar, senyum tipis terukir di wajahnya yang masih sedikit pucat.
" Kak Vero! " Ucap Erika lirih sambil berjalan perlahan mendekati pemuda berwajah oriental itu.
Vero pun tersenyum tipis meskipun terpaksa
Dan Erika segera memeluk tubuh lelaki itu
" Kak Vero akhirnya kamu datang ke mari, aku sangat merindukanmu. O iya kak coba rasakan detak jantung anak kita" Erika mengedarkan pelukannya dan membimbing tangan Vero untuk menyentuh perutnya.
Amara dan Danu saling menatap dalam kekhawatiran, bagaimana kalau sampai Erika tahu bahwa janinnya sudah tidak ada. Pasti Vero akan meninggalkannya dan Erika akan syok.
" Mas, Aku takut kalau mereka tahu kebenarannya " Bisik Amara pada Danu.
Danu mengusap pundak istrinya " Tapi kita harus memberitahunya karena keberadaan jauh lebih baik dari kebohongan meskipun itu menyakitkan "Jawabnya juga sambil berbisik agar tidak didengar oleh Erika dan Vero.