NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Gadis Cacat

Terpaksa Menikahi Gadis Cacat

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Tamat
Popularitas:2M
Nilai: 4.8
Nama Author: mawarjingga

21+🔥🔥🔥


Ben Alberto Adiwangsa, seorang laki-laki dewasa berumur 29 tahun, yang memiliki wajah tampan dengan hidung runcing, alis tebal, rahang yang kokoh, serta memiliki tubuh tinggi tegap, sosok sempurna yang mampu membuat gadis manapun tak akan mampu menolak pesonanya.

Namun siapa sangka, seorang Ben memiliki kisah yang begitu rumit, sebuah kisah cinta pahitnya di masa lalu, yang membuat Ben sampai kini enggan untuk memulai kembali hubungan serius dengan gadis manapun.

4tahun yang lalu tepatnya 2 hari menjelang pertunangannya dengan Sandra kekasihnya, ia tak sengaja memeregoki gadis yang dicintainya itu tengah berduaan dengan seorang laki-laki dalam keadaan yang begitu intim, di dalam Apartemen milik kekasihnya.

Hingga suatu hari ia harus menerima kenyataan, bahwa dirinya dipaksa menikahi gadis cacat yang telah ia tabrak, akibat dari keteledorannya saat berkendara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawarjingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mood yang buruk

Hari ini Darrel sudah kembali ke Apartemennya, sedangkan Rama dan Maura belum kembali, karena keadaan saudaranya itu masih kritis dan belum stabil, hingga membuat mereka mau tidak mau untuk ikut serta menemaninya di rumah sakit.

Sedangkan Putri dari pagi tadi ia sudah merasa sangat bosan, hanya berdiam diri didalam kamar.

Dan pukul 16:11 sore ini, Putri memutuskan untuk keluar, memutar ban kursi rodanya seperti biasa, menghampiri mang Saffan tukang kebun keluarga Ben yang baru saja kembali tadi pagi setelah izin pulang kampung selama satu minggu.

Dilihat nya mang Saffan tengah menyirami tanaman yang biasa setiap harinya disirami Darrel, tersenyum saat beberapa bunga Mawar berwarna pink fanta itu sedang bermekaran.

"Aduh non, Hati-hati nanti jatuh!" ujar mang Saffan yang terlihat panik saat kursi roda yang diduduki Putri berada di ujung teras rumah, dimana beberapa pot bunga mawar diletakkan disana.

"Enggak kok mang, saya cuma mau megang bunganya, cantik banget ya mang!" ujar Putri yang kini sedang memainkan kelopak bunga mawar tersebut.

"Ih si non mah bikin mamang kaget aja." ujarnya seraya mengusap dadanya, sedangkan Putri tersenyum dengan wajah jenaka.

"Mau mamang bantu kedalem non,?" tawarnya.

"Nggak usah mang, saya udah biasa kok bolak-balik sendiri."

"Beneran bisa non?"

"Bisa mang, mau bukti?" ucapnya, seraya mulai memutar ban kursi rodanya, dan mengarahkannya ke dalam rumah.

"Bisa kan?" ujarnya setelah sampai didalam rumah, tersenyum sembari melambaikan tangan kearah mang Saffan, yang masih memperhatikan nya dari arah teras.

*******

Didalam kamar, Putri menatap kearah luar jendela, memperhatikan tetes demi tetes air hujan yang semakin lama semakin lebat, ia tersenyum kecut, ketika mengingat hal-hal manis yang selalu ia lakukan ketika hujan turun.

Seandainya keadaan nya tidak seperti sekarang ini, pasti dirinya sudah melakukan banyak hal di luar sana. batinnya.

Brakkkk..

Terdengar suara pintu yang dibuka dan kembali ditutup dengan keras membuat Putri tersentak kaget, dan repleks mengelus dadanya, yang terasa berdebar.

Dilihatnya Ben yang sedang membuka jas kerjanya dengan tidak sabaran lalu melemparkan nya kesembarang arah, begitupun dengan raut wajahnya saat ini begitu sangat menyeramkan dimata Putri, membuatnya bergidik dan tidak berani untuk bertanya walau sepatah katapun.

"Besok jadwal terapi kamu jam 11 siang, jangan terlambat!" ujar Ben sembari melengos pergi, membuat Putri terbengong-bengong ditempatnya.

"Apa yang dia katakan, terapi? apa hanya itu yang ingin dia beritahukan kepadaku, tidakkah dia mau menjelaskan tempat, serta dengan siapa aku harus kesana?" gumamnya dengan perasaan kesal.

Sementara Ben kini berjalan kearah ruang TV, mengambil remote, lalu menyalakan benda segi empat tersebut dengan sembarang, tidak peduli dengan channel nya ataupun sejenis acara apa yang ditayangkan, sungguh ia tak peduli.

Menyugar kasar rambutnya yang kini sedikit panjang, bayangan tentang gadis yang ia lupakan mati-matian selama 4 tahun itu, kembali mengacaukan hati serta pikirannya.

..

#Flashback on..

Siang itu saat jam istirahat, Raka, Arsen, dan juga Algar, datang kekantor Ben tanpa pemberitahuan, menyeret paksa Ben agar mengikuti kemauan ketiganya untuk makan siang bersama di sebuah pondok sate yang letaknya tidak jauh dari perusahaan yang Ben pimpin.

"Lo bertiga udah gila ya, dateng ke kantor gue nggak ada bilang dulu sebelumnya, main Seret-seret gue lagi!" protes Ben, dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.

"Ck, lo kan sukanya dipaksa dulu baru mau!" sahut Arsen yang sedang memegang kemudi, dengan Algar yang duduk di sampingnya.

"Sialan emang lo bertiga!" umpatnya, yang membuat ketiganya sontak tergelak.

"Harusnya lo itu bersyukur punya kita bertiga Ben, yang selalu setia kapanpun elo butuh, contohnya ya seperti saat ini bro, kita bertiga rela lho jau-jauh dateng kesini cuma buat ngajak lo makan bareng!" timpal Raka dengan sebelah tangan yang merangkul pundak Ben.

"Ck, gue nggak minta!"

"Ini anak emang paling keras hatinya ya, hati beku, muka batu, Anjirr kaku abis!"

"Biasa bro, belum bisa moveon dari si Sandra, makanya kaya gitu!" sambar Algar.

"Gue juga heran deh sama lo Ben, harusnya perasaan buat cewek modelan begitu, kagak usah lo pertahanin, lo mau gitu si Sandra nganggep elo cowok lemah yang benar-benar nggak bisa hidup tanpa dia, wake up dude, looking for a new partner, buktiin sama dia kalau lo bisa ok!" lanjut Raka dengan perasaan gemas.

"Bener tuh Ben, apa sih yang lo harepin dari dia bro, sama sekali nggak ada!" timpal Algar lagi.

Sementara Ben hanya diam, dengan ekpresi datar sepert biasanya.

"Uhuyyy, akhirnya keinginan gue buat makan bareng sama lo bertiga kesampaian juga!" ujar Arsen girang, ketika keempat pria yang hampir seumuran itu sudah berada didepan pondok sate favorit mereka sejak kuliah.

"Udah lama banget nggak sih, kita nggak kesini, terakhir kesini kapan coba?" ujar Algar yang kini berjalan terlebih dahulu, mencari bangku kosong untuk mereka berempat makan.

"Tahu, hampir lupa gue, tapi jujur gue kangen banget tempat ini, sumpah!" sahut Arsen yang kini melangkah menuju pak Cipto pemilik pondok yang kini tengah membakar beberapa tusuk sate untuk pelanggannya yang lain.

"Pak, masih inget saya kan?"

"Eh?" pak Cipto memutar bola mata, seperti sedang berusaha keras mengingat laki-laki jangkung dihadapannya.

"Yaampun masa bapak lupa sih, saya Arsen pak, yang dulu biasa kesini!" lanjutnya, saat pak Cipto seperti tak kunjung mengingatnya.

"Oh iya iya, yang temennya, mas Ben, mas Raka, mas Al siapa gitu kan ya?" ucap pak Cipto dengan tawa khasnya.

"Iya pak, Algar yang satunya, udah inget kan sekarang?"

"Iyalah inget mas, inget banget malah, karena cuma kalian pelanggan saya yang selalu ngutang di akhir bulan." ujarnya menahan tawa.

Sedangkan Arsen menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal, lalu meringis dan tertawa kecil, dengan kejujuran pak Cipto.

"Yaudah pak, bakarin sate 8 porsi, biasa 1 porsinya 15 tusuk ya, teh manisnya 4 gelas jumbo, janji deh kali ini nggak ngutang lagi." ujar nya dengan suara setengah berbisik.

"Siap mas siap!"

"Gimana, udah di pesenin?" tanya Raka, yang kini sedang mengunyah kerupuk yang diambilnya dari dalam kaleng, yang memang disediakan pak Cipto disana.

"Udah, tenang aja!"

"Lo nggak lupa kan, porsi gue?"

"Ck, nggak lah, udah kagak usah bawel, tunggu aja!"

"Ok, thanks bro, lo emang yang terbaik!" lanjutnya, seraya menjawil dagu Arsen, membuat sang pemiliknya memekik kesal.

20 menit kemudian, 8 porsi sate dengan isinya yang masing-masing berisi 15 tusuk itu tersaji di hadapan ke empat pria yang hampir meneteskan air liur itu.

"Wihhh, sumpah ini enak banget, kayanya gue nggak bakal cukup nih kalau cuma dua porsi!" ujar Raka, yang kini sudah menghabiskan setengah porsi sate miliknya dalam waktu singkat.

Prakkkk..

Sebungkus kerupuk mendarat cantik di dahi Raka.

"Belum aja abis, udah ngomong kurang, dasar rakus!" ujar Algar.

Sedangkan Ben yang sejak tadi tidak sesemangat ketiga sahabatnya hanya diam, menatap dua porsi sate itu tanpa minat.

"Makan dong bro, jangan cuma dilihatin doang, percuma dong gue bawa lo kesini, kalau ujung-ujungnya kagak makan!" tukas Arsen, saat melihat Ben sama sekali belum menyentuh makanan nya.

Tak berniat menjawab, Ben pun meraih 2 tusuk sate lalu diarahkan ke mulutnya, namun belum sempat sate itu masuk, seseorang yang begitu ingin Ben hindari, tiba-tiba datang dan duduk tepat di bangku yang berhadapan dengan bangku yang di duduki Ben dan ketiga sahabatnya.

.

.

1
daroe
Hamidun
daroe
masih perawan 😄
daroe
hadeh istri yg mantan kakak, dan dicintai adiknya ini mah
cakep putri triple kills wkwkwkwkwk
daroe
wehhh kampretttooo
nissa
hamil tu
nissa
semoga berbahagia putri
nissa
sirik bilangbu
nissa
cemburu baru tau
nissa
lah kan sudah suami istri
nissa
mantap
nissa
iya bener yang yang tu
nissa
aneh
nissa
giliran butuh aja ngajak
nissa
gak usah mau ri, suruh pergi aja sendiri
nissa
gak uusah mau put
nissa
bagus put kabur aja
nissa
mantap
nissa
lanjut
nissa
idih kok marah
nissa
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!