Gadis Penggoda Duda

Gadis Penggoda Duda

Masalah Menuju Pernikahan

Lilia Agnes Natasya

Dia hidup sebatang kara tanpa sanak saudara. Orang tuanya telah meninggal dunia sejak ia berusia 16 tahun akibat kecelakaan. Usianya saat ini sudah 24 tahun, siap untuk menikah, mengarungi bahtera rumah tangga.

Bersama sang kekasih, Agnes telah menyiapkan pernikahan mereka dengan baik. Hanya tinggal dua bulan lagi pernikahan dilaksanakan.

Hari ini Agnes izin pulang cepat, karena harus menemui kekasihnya bernama Wira. Bekerja sebagai staff marketing di sebuah perusahaan besar membuat hidup Agnes cukup sibuk mengurusi banyak klien penting. Untung saja hari ini pekerjaannya sudah selesai, jadi tidak sungkan meminta izin pulang lebih dulu pada atasannya.

"Tumben izin pulang cepat, ada apa Agnes?" tanya Bu Sintia, merupakan ketua divisi marketing tempat Agnes bekerja. Beliau orang yang tegas dan disiplin. Banyak orang yang takut dengannya. Namun dengan Agnes, perempuan paruh baya ini bisa bersikap lembut. Mungkin karena kinerja Agnes selalu baik.

"Saya mau mengurus gedung untuk pernikahan bu, kemarin pihak gedung konfirmasi untuk segera melakukan pelunasan. Jika tidak akan diberikan kepada calon pengantin lain yang memang berminat juga digedung tersebut." Agnes menjawab dengan jujur, dia juga sering curhat dengan Bu Sintia karena memang orangnya peduli padanya. Suka memberikan saran atau beberapa opsi yang bisa Agnes jadikan pertimbangan.

Bu Sintia mengerutkan kening, terlihat bingung dengan jawaban Agnes. "Loh bukannya kamu sudah meminta Wira untuk mengurusnya? Kenapa pihak gedung malah menghubungi kamu meminta pelunasan?" tanya Bu Sintia heran.

Agnes menggeleng, terlihat gadis ini juga bingung. "Agnes juga kurang paham bu, atau mungkin disini ada kesalahpahaman jadi harus segera Agnes selesaikan. Takutnya jika tidak diurus secepatnya, semua jadi kacau."

Bu Sintia mengangguk setuju. "Iya betul itu. Mau saya temani?" ujar Bu Sintia menawarkan diri. Dia tahu Agnes hidup sendiri, apa-apa mengurus sendiri. Calon suaminya juga sibuk, hanya punya sedikit waktu membantu Agnes mempersiapkan pernikahan mereka.

"Tidak usah Bu, sementara saya urus sendiri dulu. Mungkin nanti kalo Agnes butuh saran akan menghubungi Bu Sintia. " tolak Agnes dengan sopan. Dia tidak mau merepotkan perempuan ini terus. Karena sudah beberapa kali Bu Agnes turut membantunya mengurus persiapan pernikahan.

"Ya sudah, jika ada apa-apa hubungi saya. Jangn sungkan, Agnes. Kamu sudah seperti putriku sendiri. Atau kalo mau bisa mampir ke rumah ya."

Agnes tersenyum mengangguk, Bu Sintia memang sangat baik. Beberapa orang yang menganggap beliau galak atau cerewet mungkin karena pernah membuat masalah dengannya.

Setelah berpamitan, Agnes segera memesan ojek online untuk ke tempat pengelola gedung. Dia ingin menanyakan kejelasannya seperti apa, kurang berapa untuk pelunasannya.

Hampir 30 menit perjalanan, Agnes tiba di tempat tujuan. Kedatangannya disambut ramah oleh seorang laki-laki dan perempuan muda. Mereka duduk di sofa dan mulai pembicaraan.

"Halo Kak Agnes, maaf telah mengganggu waktunya. Tapi kami kira ini perlu kejelasan dari dua belah pihak yaitu pihak kakak dan suami sebagai calon pengantin serta kami pihak pengelola." kata Dea membuka percakapan.

"Iya kak, maaf sebelumnya untuk pembayaran kurang berapa ya?" tanya Agnes membuat Dea menyodorkan sebuah kertas padanya.

"Bulan lalu dari pihak calon pengantin baru memberikan DP 25 juta ya kak. Jadi masih kurang 70 juta, sesuai kesepakatan untuk harga sewa gedung 95 juta." jelas Dea membuat Agnes membelalak.

"Berarti calon suami saya belum ada membayar apapun ya kak?" tanya Agnes memastikan. Pasalnya dua minggu yang lalu, dia sudah mentransfer sejumlah uang sebesar 30 juta untuk menambahi biaya sewa yang harus Wira lunasi. Wira hanya menyanggupi 40 juta karena sisanya untuk mahar pernikahan dan lain sebagainya.

"Belum kak, jadi kapan kakak bisa melunasinya?" ujar Dea meminta kepastian. "Pihak kami hanya memberi waktu sampai minggu depan ya kak. Mengingat ini saja sudah telah dari waktu yang kita sepakati bulan lalu." tambah Dea.

"Baik saya usahakan sebelum minggu depan sudah lunas. Nanti saya akan hubungi lagi untuk kejelasannya." jawab Agnes mulai merasa ada yang tidak beres dengan Wira.

**

Dilain tempat ternyata Wira tengah bermesraan dengan seorang perempuan yang usianya jelas lebih tua darinya. Mereka beda di satu ranjang yang sama, saling memeluk dan mengecup mesra. Keduanya seakan lupa dengan status masing-masing.

"Jadi kamu akan menikahi kekasihmu yang kolot itu?"

"Tentu saja tidak, aku sudah memiliki mu yang jauh lebih unggul dibandingkan Agnes. Jika aku menikah dengannya, yang nada hidupku akan tersiksa karena terus di atur dan diawasi olehnya." jawab Wira membuat perempuan dalam dekapannya tersenyum senang.

"Jelas saja, aku lebih kaya dan menggoda. Meski telah memiliki dua anak tapi masih bisa memberikan mu kepuasan bukan?" ujar perempuan itu dengan bangga.

Wira langsung mengangguk. "Ya, tentu saja. Goyanganmu sangat nikmat, ditambah kamu bisa memenuhi kebutuhanku dengan baik. Akan sangat rugi jika aku harus kehilanganmu, Nyonya Baskara." Puji Wira membuat keduanya semakin intim.

Ketika keduanya tengah melakukan agenda panas, tiba-tiba ponsel Wita berdering dan membuat mereka kesal.

"Siapa yang menelpon mu?" tanya Nyonya Baskara sinis. "Mengganggu kesenangan kita saja." tambahnya sambil menarik selimut, menutupi tubuhnya yang sudah tanpa busana.

Wira mengambil ponselnya, dia menunjukkan nama si penelepon dengan raut wajah tidak suka.

"Oh calon istrimu. Yang sebentar lagi akan menjadi mantan calon istrimu." kata Nyonya Baskara dengan nada mengejek. Prempuan ini malah memeluk Wira sambil mengecup mesra tubuh pria itu.

Sengaja dia ingin menggoda Wira yang berniat mengangkat telepon dari Agnes.

"Halo Agnes, ada apa?" tanya Wira to the point.

"Kamu dimana? Aku tadi ke tempat kerjamu tapi kata sekuriti kamu sudah tidak bekerja lagi disana sejak seminggu yang lalu." jawab Agnes di seberang telepon. Terdengar jelas Agnes tengah kesal, perempuan itu pasti akan mengomelinya.

"Aku sedang bertemu seseorang untuk menghasilkan uang. Ada keperluan apa mencariku? Telepon darimu sungguh menganggu kesibukan ku, Agnes." balas Wira dengan nada tidak kalah kesal.

"Kamu ini, kita sebentar lagi akan menikah tapi tidak terbuka sekali denganku. Berhenti bekerja tidak memberitahu ku, padahal kondisi kita saat ini tengah membutuhkan uang banyak, Wira." Agnes berseru kesal.

"Sepertinya kita perlu bertemu untuk membicarakan pernikahan kita. Nanti malam temui aku di cafe biasanya, sekitar pukul 7 malam. Sudah ya, jangan ganggu aku dulu. Aku sibuk!"

Klik

Wira memastikan telepon sepihak tanpa menunggu jawaban dari Agnes.

"Perempuan itu berisik sekali." ujar Wira meletakkan kembali ponselnya. "Yang ada dipikirannya kerja dan uang, dia pikir aku tidak lelah apa menjalani hidup penuh tekanan."

Nyonya Baskara segera mengelus wajah Wira. "Sudah benar niatmu membatalkannya pernikahan kalian, juga memutuskan hubungan kalian. Kamu dan dia, itu tidak cocok. Kalian sama-sama keras kepala, lebih cocok kamu denganku. Apa yang kamu mau, bisa aku turuti, Wira."

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!