NovelToon NovelToon
Bound By Capital Chains

Bound By Capital Chains

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Obsesi / Percintaan Konglomerat
Popularitas:930
Nilai: 5
Nama Author: hellosi

Ketika takdir bisnis mengikat mereka dalam sebuah pertunangan, keduanya melihatnya sebagai transaksi sempurna, saling memanfaatkan, tanpa melibatkan hati.

Ini adalah fakta bisnis, bukan janji cinta.

​Tapi ikatan strategis itu perlahan berubah menjadi personal. Menciptakan garis tipis antara manipulasi dan ketertarikan yang tak terbantahkan.

***

​"Seharusnya kau tidak kembali," desis Aiden, suaranya lebih berbahaya daripada teriakan.

"Kau datang ke wilayah perang yang aktif. Mengapa?"

​"Aku datang untukmu, Kak."

"Aku tidak bisa membiarkan tunanganku berada dalam kekacauan emosional atau fisik sendirian." Jawab Helena, menatap langsung ke matanya.

​Tiba-tiba, Aiden menarik Helena erat ke tubuhnya.

​"Bodoh," bisik Aiden ke rambutnya, napasnya panas.

"Bodoh, keras kepala, dan bodoh."

​"Ya," bisik Helena, membiarkan dirinya ditahan.

"Aku aset yang tidak patuh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellosi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Henhard Aliston tidak membuang waktu. Ambisinya melampaui sekedar sumber daya Nelson.

Tujuannya adalah Fedrick Nelson sendiri, seorang ahli strategi ulung yang selalu berpegang pada kejujuran, sebuah harta karun langka di dunia bisnis.

Henhard tahu betul, menggabungkan kecerdasan Fedrick dengan ambisi Aliston akan menciptakan kekuatan luar biasa.

Setelah perbincangan bisnis yang panjang selesai. Henhard Aliston, yang masih duduk di balik meja marmer besarnya memberikan sebuah map berisi dokumen.

"Ada satu hal lagi, Tuan Nelson," ucap Henhard.

"Ini bukan lagi perihal kesepakatan bisnis. Ini perihal menyatukan kedua anak kita."

Sambil membolak-balik lembaran dokumen, Fedrick mengerutkan kening.

Itu adalah formulir pendaftaran untuk Helios Academy, dengan nama Helena Nelson.

Helios Academy. Institusi elit yang hanya menerima anak-anak dari keluarga berpengaruh, sebuah dunia yang sangat berbeda dari kehidupan normal yang Fedrick inginkan untuk Helena.

"Henhard," suara Fedrick menahan amarah.

"Helena bahagia di sekolahnya saat ini. tidak ada urgensi untuk memindahkannya."

"Justru di situlah letak urgensinya,"

Henhard membalas, tatapannya setajam pisau.

"Mereka harus terbiasa satu sama lain, bukan hanya sebagai tunangan, tapi juga sebagai teman. Ikatan seperti ini dibangun dari hal-hal kecil."

Fedrick menggenggam formulir itu, tangannya bergetar pelan. Dia menatap Henhard, tatapannya dipenuhi kekesalan.

Henhard bukan hanya mitra bisnis, dia juga lawan yang sudah jauh lebih unggul.

Percuma menolaknya sekarang, Henhard pasti menemukan seribu cara mencapai keinginannya.

Tiga hari kemudian, di Kediaman Nelson, Fedrick dan Calista duduk di hadapan Helena, mencoba menjelaskan keputusan yang menghancurkan hati mereka.

Mereka mencari jejak kesedihan atau protes di mata putri mereka. Namun, yang mereka temukan hanyalah senyum tenang yang sama, membuat kekhawatiran mereka semakin dalam.

***

Pada hari pertamanya, Helena tiba di Helios Academy dengan limusin hitam. Memakai seragam barunya, rok selutut dan kemeja putih dengan dasi abu gelap, terasa asing di tubuhnya.

Helena segera menjadi pusat perhatian. Bisikan menyebar seperti api.

"Itu Helena Nelson, tunangan Aiden Aliston."

​Di taman sekolah, Reyhan melihat Helena dari kejauhan. Dia merasa penasaran.

Helios Academy jauh lebih rumit daripada yang dibayangkan.

Tidak ada yang tulus di sini. Setiap orang berusaha untuk mengungguli yang lain, menjatuhkan siapa pun yang menghalangi jalan mereka.

Reyhan bertanya-tanya, apakah di tempat ini Helena akan kehilangan cahayanya, atau malah semakin bersinar?

​Sementara itu, Aiden sudah berada di kelas di lantai paling atas. Dia mengamati Helena dari jendela, melihat gadis itu berjalan dengan kepala tegak, penuh percaya diri, dan senyum sempurna di wajahnya.

Aiden tahu Helena sedang menampilkan pertunjukan, sama seperti yang dia lakukan setiap hari.

Di tempat ini, Aiden telah membangun reputasinya sebagai sosok yang dingin, cerdas, dan tak terjangkau. Tidak ada yang berani melawannya.

Dia bertanya-tanya, apakah Helena juga akan membangun bentengnya sendiri, atau akankah dia mencoba bergaul dengan orang lain.

Bel berbunyi, dan Reyhan menyambut Helena. Mereka berada di kelas yang sama, sebuah ruangan yang dipenuhi anak-anak dengan mata penuh ambisi dan kecemburuan.

Mr. Alex memperkenalkan Helena kepada teman sekelasnya. Tapi Helena tahu, ini bukanlah perkenalan, melainkan sebuah evaluasi.

"Baiklah, anak-anak, saya ingin kalian menyambut siswa baru kita," kata pengajar, seorang pria paruh baya dengan kacamata berbingkai tipis.

"Helena Nelson."

Semua mata tertuju padanya. Helena berdiri tegak, memancarkan aura hangat.

Wajahnya yang cantik, dengan mata coklat yang jernih, seolah menjadi kanvas kosong yang bisa diartikan apa saja. Namun, bagi yang jeli, mereka bisa melihat kalkulasi di balik senyum tipisnya.

Bisikan terdengar di seluruh ruangan. Beberapa anak laki-laki saling menyikut, mencuri pandang. Para gadis menatapnya dengan rasa iri.

"Helena, kamu bisa duduk di samping Reyhan," kata pengajar sambil menunjuk kursi kosong di sebelah Reyhan.

Helena berjalan perlahan, dia duduk di kursinya, dengan punggung tegak.

Sikapnya yang tenang dan acuh tak acuh membuat beberapa siswa merasa penasaran.

Dia bukan Helena yang sama saat berada di kebun, melainkan Helena yang siap menghadapi tantangan.

Pada jam istirahat, beberapa anak menghampiri Helena.

"Jadi kau tunangan Aiden Aliston?"

tanya seorang gadis bernama Fiona, dengan nada sinis.

"Dia terkenal dingin dan tidak tersentuh. Kau pasti harus berusaha keras untuk memenangkannya."

Helena tersenyum tipis, senyum yang tidak pernah mencapai matanya.

"Aku tidak perlu memenangkan siapa pun," jawabnya dengan tenang.

"Aku hanya perlu ada di sini."

Jawabannya membuat Fiona terdiam, sementara Reyhan hanya bisa mengamati, tahu bahwa di balik kata-kata Helena, ada pesan yang jauh lebih dalam.

Pertarungan di Helios Academy baru saja dimulai. Helena telah memasuki arena, dan dia siap menunjukkan bahwa dia adalah pion yang tak bisa digoyahkan.

***

Helena Nelson kini menjadi magnet di Helios Academy, menarik semua mata baik yang penuh kekaguman maupun yang dipenuhi kebencian.

Di lorong-lorong megah, namanya disebut di setiap sudut, bukan hanya karena kecantikannya atau senyumnya yang sempurna, tetapi karena dia adalah Putri Nelson sekaligus tunangan Aiden Aliston, pewaris Aliston Corporation.

Kehadirannya bagaikan potongan daging yang tiba-tiba jatuh ke sebuah sarang serigala.

Beberapa siswi langsung mendekatinya, membanjirinya dengan pujian.

"Helena, tasmu sangat cantik! Di mana kau membelinya?" tanya seorang gadis bernama Salsa, putri dari CEO perusahaan supplier yang mendambakan dukungan Nelson Corporation.

Di mata Salsa, Helena bukan teman, melainkan tiket emas menuju kesepakatan bisnis.

"Oh, ini hadiah dari ibuku," jawab Helena dengan senyum manis.

Di balik matanya yang berbinar, dia tahu persis niat tersembunyi di balik pujian itu.

"Helena, kau harus datang ke pesta ulang tahunku. Kita bisa bersenang-senang," ajak gadis lain, putri pemilik perusahaan yang sedang berjuang di tengah krisis.

Helena mengangguk, meladeni mereka semua dengan keramahan yang dibuat-buat.

Di sisi lain, ada sekelompok siswi yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan mereka.

Mereka adalah anak-anak dari keluarga yang bisnisnya terhalang oleh Nelson Corporation, atau yang diam-diam menyukai Aiden Aliston yang terkenal dingin dan tak tersentuh.

Mereka mengolok-oloknya secara langsung. Namun, setiap serangan yang mereka lakukan selalu dihadapi Helena dengan senyum yang menenangkan.

Sikap tenangnya itu justru membuat mereka semakin frustrasi.

"Aku dengar Nelson Corporation hampir bangkrut beberapa tahun lalu," bisik seorang gadis bernama Karin, dengan nada mengejek yang disengaja agar terdengar oleh Helena.

Dia menunggu reaksi Helena, berharap melihat gadis itu lepas kendali.

Namun, Helena hanya menoleh, senyumnya tidak goyah sedikit pun.

"Benarkah? Kalau begitu, sepertinya mereka berhasil pulih bahkan menjadi salah satu dari lima teratas."

"Apa kau tahu, di dunia bisnis, yang terpenting bukanlah seberapa sering kau jatuh, tapi seberapa cepat kau bangkit?" ucap Helena, seolah perusahaan yang dibicarakan bukan perusahaan keluarganya.

Suaranya tenang, namun penuh dengan makna terselubung.

Jawaban Helena membuat Karin terdiam, raut wajahnya berubah masam.

Sementara Aiden, yang mengamati dari jauh, tak bisa menahan tawa kecil. Dia tahu, di balik wajah Helena yang ceria, ada pikiran yang tajam dan perhitungan yang matang.

Gadis itu tidak akan mudah dikalahkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!