Seorang kultivator legendaris berjuluk pendekar suci, penguasa puncak dunia kultivasi, tewas di usia senja karena dikhianati oleh dunia yang dulu ia selamatkan. Di masa lalunya, ia menemukan Kitab Kuno Sembilan Surga, kitab tertinggi yang berisi teknik, jurus, dan sembilan artefak dewa yang mampu mengguncang dunia kultivasi.
Ketika ia dihabisi oleh gabungan para sekte dan klan besar, ia menghancurkan kitab itu agar tak jatuh ke tangan siapapun. Namun kesadarannya tidak lenyap ,ia terlahir kembali di tubuh bocah 16 tahun bernama Xiau Chen, yang cacat karena dantian dan akar rohnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri..
Kini, Xiau Chen bukan hanya membawa seluruh ingatan dan teknik kehidupan sebelumnya, tapi juga rahasia Kitab Kuno Sembilan Surga yang kini terukir di dalam ingatannya..
Dunia telah berubah, sekte-sekte baru bangkit, dan rahasia masa lalunya mulai menguak satu per satu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB.30 Sekte darah iblis kegelapan
Angin malam menyapu puncak Gunung Jiwa membawa hawa dingin yang menggigit seolah dunia fana menyadari bahwa seseorang yang seharusnya tidak kembali… telah kembali.
Xiau Chen menjejakkan kakinya perlahan, merasakan resonansi Qi dari tanah yang dulu ia tinggalkan sebelum menembus Ujian Spiritual Langit 1 sampai Langit 9.
Dunia ini tampak tenang.
Tetapi auranya… jauh lebih keruh daripada sebelumnya.
“Fragmen jiwaku menyebar,” suara Mo Tian bergetar di dalam kesadarannya. “Dan kegelapan dari sekte-sekte iblis mulai bergerak. Mereka merasakan sebagian diriku masih hidup… dan mereka ingin mencemari sisanya.”
Xiau Chen tersenyum tipis.
“Mereka boleh mencoba. Tapi kalau mereka berpikir aku kembali dengan kekuatan lama… mereka salah besar.”
Retakan halus muncul di tanah ketika ia berjalan. Energi dari Alam Suci Naga dan energi gelap Mo Tian berputar di tubuhnya, menciptakan aura yang membuat ruang di sekitarnya melengkung samar.
Tepat saat ia mencapai puncak, suara desingan terdengar.
Puluhan bayangan melompat dari balik hutan gelap dan bebatuan, mengepungnya dalam lingkaran ketat.
“Heh… dia benar-benar kembali…” bisik salah satu dari mereka, suaranya penuh nafsu dan kebencian.
Xiau Chen memandang mereka tanpa emosi.
“Sepertinya anjing-anjing sekte hitam tidak pernah belajar sopan santun.”
Pria berjubah perak-hitam dengan masker serigala melangkah maju.
Dialah Tetua Keenam Sekte Tujuh Bayangan Iblis, pemegang teknik rahasia Bayang-Bayang
“Kau sombong seperti biasa,” katanya. “Tapi sekarang, kau tak lagi dilindungi langit! Kitab itu… separuhnya masih ada padamu, bukan?”
Xiau Chen mengangkat bahu.
“Kenapa aku harus menjelaskan sesuatu pada orang yang bahkan tidak berani menunjukkan wajah aslinya?”
Tawa keras terdengar. Beberapa kultivator sekte hitam maju sambil memegang senjata iblis:
— Pedang Kabut Iblis
— Tombak Darah Meremang
— Belenggu Jiwa Hitam
Tidak hanya satu sekte.
Dari balik kabut, muncul dua kelompok tambahan:
Sekte Darah Iblis
dengan jubah merah gelap, tubuh ditutupi rune darah.
Sekte Awan Hitam
dengan jubah kelabu pekat, wajah mereka ditutup kain hitam.
Tiga sekte iblis sekaligus.
Xiau Chen menjentikkan jarinya.
“Menarik… aku baru balik sebentar, kalian sudah datang ramai-ramai? Atau… kalian takut menghadapiku seorang diri?”
Pemimpin Sekte Darah Iblis mendengus.
“Sombong sekali! Kau pikir kami datang untuk berbincang?”
Ia menghentakkan tombak merahnya.
“Jurus Darah Iblis — Semburan Jantung Neraka!!”
Ledakan darah meretas tanah sepanjang lima puluh meter, melesat langsung ke arah dada Xiau Chen.
Xiau Chen masih belum bergerak.
“Perlahan sekali.”
Ia hanya mengangkat dua jarinya.
Cahaya hitam-emas muncul seketika, menyapu serangan darah itu hingga menguap seperti kabut.
“APA?!”
Pemimpin Sekte Darah Iblis mundur tiga langkah.
Tetua Keenam Sekte Tujuh Bayangan Iblis menggeram.
“Jangan bertindak ceroboh! Dia kembali dengan kekuatan yang bukan milik dunia fana!”
Ia mengangkat tangannya dan bayangan hitam berputar seperti pusaran.
“Teknik Rahasia — Bayangan 9 Kematian!!”
Sembilan bayangan menyerbu sekaligus, setiap satu membawa kekuatan setara kultivator puncak. Mereka menyerang dari segala arah—depan, belakang, atas, bawah.
Xiau Chen tersenyum tipis.
“Yang seperti ini bahkan tidak bisa membuatku berkeringat.”
Ia menggenggam tangan kanan, lalu mengayunkan pukulan sederhana.
Pukulan itu menghapus seluruh bayangan.
Bukan memukul, bukan menahan—
menghapus.
Seolah mereka memang tidak pernah ada.
“KAU—!!”
Para tetua sekte hitam panik.
Beberapa segera mengeluarkan artefak tingkat tinggi:
— Pagoda Jiwa Hitam
— Cermin Darah
— Kantung Seribu Arwah
“Gabungkan formasi!” teriak salah satu tetua Sekte Awan Hitam.
“Formasi Larangan Tiga Sekte—Segel Kematian Iblis!”
Udara bergetar.
Tanah retak.
Langit mendadak menghitam.
Tiga kekuatan kegelapan bersatu dan memunculkan Gerbang Kematian Besar, gerbang bayangan selebar seratus meter dengan rune hitam menyala.
Kultivator biasa akan panik.
Tetua sekte putih pun akan ketakutan.
Tapi Xiau Chen hanya menguap pelan.
“Sungguh… apakah kalian tidak punya sesuatu yang lebih menarik?”
Gerbang raksasa itu turun menghantam.
Batu-batu terangkat.
Bumi bergetar.
Sungai Qi pecah.
— namun tepat sebelum gerbang itu menyentuh puncak, Xiau Chen mengangkat tangan kiri.
Satu gerakan.
Pelan.
Santai.
Namun energi yang keluar darinya seperti badai kosmik.
Gerbang itu berhenti.
Retak.
Berderak.
Dan meledak menjadi debu hitam yang tersebar ke segala arah.
“T-TIDAK MUNGKIN!!!”
“Gerbang Segel Kematian Iblis—hancur dengan satu tangan?!!”
Xiau Chen melihat mereka seperti melihat anak-anak bermain pedang kayu.
“Kalian menyia-nyiakan waktuku.”
Ia melangkah maju.
Setiap kali satu langkah jatuh—
Bum.
Tanah bergetar.
Bum.
Tekanan Qi naik.
Bum.
Para tetua sekte hitam berlutut tanpa bisa menahan aura.
Mo Tian bersuara lirih di dalam kesadaran Xiau Chen.
“Ini baru permulaan. Mereka hanyalah cacing kecil yang merasakan aroma fragmen jiwaku.”
Xiau Chen berhenti satu meter di depan para tetua yang gemetar.
“Katakan. Siapa dalang yang memerintahkan kalian mengejar fragmen jiwa Mo Tian?”
Mereka saling menatap.
Diam.
Ketakutan.
Xiau Chen mengusap dagunya.
“Oh? Kalian masih mempertahankan harga diri sekte? Baiklah, aku bantu kalian bicara.”
Ia mengangkat tangan.
Cahaya hitam-emas yang sama yang menghancurkan gerbang membentuk spiral kecil di ujung jarinya.
“Kalian punya waktu dua detik.”
Para tetua menjerit.
“KAMI AKAN BICARA!!”
“Dalangnya—!!”
“Dia—dia—”
Suara mereka bergetar hebat, tetapi akhirnya keluar:
“Dewa Asura Hitam… penguasa baru Alam Surgawi… pemimpin utama Sekte Iblis Kegelapan!”
Xiau Chen berhenti.
Matanya menjadi setajam pedang surgawi.
Mo Tian berbisik penuh kebencian membara:
“Asura Hitam… pembantai klanku… perampas kekuatan naga suci… dialah musuh utama kita.”
Xiau Chen menarik napas panjang.
“Bagus.”
Ia menatap para tetua yang setengah pingsan.
“Bawa pesan ini pada tuanmu…”
Ia menatap langit gelap yang retak.
“Aku kembali.”
Langkahnya bergema, meninggalkan puncak itu.
Tidak ada muridnya.
Tidak ada sekutu.
Namun seluruh dunia fana berguncang karena satu hal.