Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Kau Tidak Peka?
Davin menatap Yumna yang memangku Alvino sambil mengajaknya bermain dan mengobrol. Anak itu terlihat nyaman bersamanya, dan Yumna pun merasa senang bisa memangku Alvino dan mengobrol dengannya seperti ini. Teringat akan calon anaknya yang sudah tiada, mungkin jika calon anaknya bisa selamat, maka Yumna akan bisa merawatnya.
"Yah rusak"
Yumna mengambil mobilan kecil dari tangan Alvino yang ban mobilnya terlepas. Mencoba untuk memperbaikinya tapi Yumna tidak terlalu mengerti. Hingga mobil itu tiba-tiba di ambil seseorang dari tangannya, Yumna mendongak dan itu adalah Davin yang mengambilnya.
"Sudahlah, tidak usah di mainkan lagi. Nanti akan aku belikan yang baru"
"Om! Pak Davin harus terbiasa mengenalkan sebagai Om pada Alvino, agar dia terbiasa"
"Aku belum bisa menerimanya"
Seketika Yumna langsung menutup kedua telinga Alvino dengan kedua tangannya. Ucapan Davin benar-benar membuatnya kesal. Apalagi setelah Yumna mengetahui cerita semuanya tentang Shafa dan Davin.
"Alvino hanya anak yang tidak bersalah, kenapa harus membencinya? Dia hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang masalah orang tuanya. Pak Davin juga harus sadar, jika Shafa juga menderita. Bahkan lebih dari anda, sebenarnya kalian berdua hanya anak-anak yang menjadi korban dari masalah orang tua"
Seketika Davin langsung terdiam, dia menatap Yumna yang pergi menggendong Alvino menuju Shafa dan Bara. Menyerahkan Alvino kembali pada orang tuanya.
"Kenapa Yum?" tanya Shafa ketika melihat wajahnya yang muram.
"Tidak papa, aku hanya kesal saja dengan Pak Davin. Kenapa dia harus membuat anak sekecil Alvino terlibat dalam masalah kalian, karena sebenarnya Alvino tidak tahu apa-apa atas masalah kalian"
Yumna saja yang pernah sangat hancur dan membenci suaminya yang berkhianat. Tapi dia sama sekali tidak pernah membenci anaknya, bahkan dia sangat berharap jika calon anaknya bisa selamat saat itu. Meski nyatanya takdir berkata lain. Yumna hanya tahu jika seorang anak tidak seharusnya menjadi korban dari keegoisan dan kesalahan orang tuanya.
"Oh jadi ini Nak Yumna yang pernah kamu ceritakan, Sha?" Seorang Ibu datang menghampiri Yumna. "Ibu adalah ibunya Shafa, Nak. Ibu Rani"
Yumna langsung menyalami Ibu Rani dengan sopan. "Saya Yumna Bu, sekretarisnya Pak Davin"
"Mari ikut Ibu, kita bicara sebentar"
Meski sedikit bingung, tapi Yumna mengikuti Ibu Rani ke arah halaman belakang. Mereka duduk di sebuah kursi yang ada di teras belakang. Suasana malam disini terasa hening karena orang-orang semuanya berada di dalam rumah. Yumna melirik ke arah Ibu Rani, masih cukup bingung kenapa dia membawanya kesini. Apa yang ingin dibicarakannya pada Yumna saat ini?
"Benar ucapanmu tadi, Nak Yumna. Kesalahan orang tua memang tidak seharusnya melibatkan anak-anak. Tapi, terkadang anak akan merasa marah, kecewa, bahkan menimbulkan rasa benci pada orang tuanya sendiri setelah banyak kekecewaan yang dilakukan oleh orang tuanya. Ibu tidak akan menyalahkan tentang itu"
Yumna hanya diam mendengarkan saja, dia mulai bisa menebak ke arah mana pembicaraan ini. Mungkin Ibu Rani ingin menjelaskan atau menceritakan apa yang sudah terjadi pada Davin dan juga Shafa selama permasalahan orang tua mempengaruhi hidup mereka.
"Shafa menderita dengan takdirnya bersama Ibu, bahkan kamu mungkin sudah tahu jika dia pernah ... jadi seorang wanita malam untuk bertahan hidup dan mengobati Ibu. Tapi, jika sekarang Davin membenci Ibu dan belum menerima kehadiran Shafa, Ibu juga tidak akan marah. ibu memaklumi"
"Tapi, semuanya sudah berlalu. Seharusnya Pak Davin juga perlahan bisa menerima kenyataan seperti Shafa, 'kan Bu?"
Ibu menoleh pada Yumna, tersenyum begitu hangat padanya. Memegang tangan Yumna dengan lembut dan penuh kehangatan.
"Nak, tidak semua orang bisa berdamai dengan keadaan. Mungkin butuh waktu untuk bisa melakukan itu. Davin sudah kehilangan peran orang tua sejak dia kecil, bahkan peran orang tuanya seolah mati sejak dia beranjak remaja hingga dewasa. Ayah dan Ibunya tidak memberikan perhatian padanya. Hal yang membuatnya tumbuh menjadi pria yang seperti sekarang, kurangnya kasih sayang, perhatian dan kepedulian.
Mungkin ... Shafa juga menderita, bahkan semua orang bisa melihat sisi Shafa lebih menderita dari siapapun. Namun, setidaknya perhatian dan kasih sayang Ibu penuh untuknya. Setidaknya itu yang membuat Shafa bisa memandang semua takdir Tuhan adalah yang terbaik untuknya. Tapi tidak dengan Davin..."
"Dia sudah kurang perhatian, kasih sayang dan kepedulian dari orang tuanya sejak kecil. Hingga ketika sebuah kenyataan yang tidak pernah dia bayangkan terjadi, dia sulit menerima. Membuat kemarahan, kekecewaan lebih besar, bahkan menjadi kebencian. Tidak papa, Ibu bisa mengerti. Shafa juga. Meski sekarang Shafa sedang berusaha untuk memperbaiki segala hubungan keluarga ini, termasuk dengan Davin. Namun, dia mengerti kenapa Davin seperti ini. Jadi, Ibu hanya ingin kamu sebagai orang yang cukup dekat dengannya saat ini, tolong lebih berikan perhatianmu dan mengerti dia. Ibu yakin suatu saat nanti Davin akan bisa berubah"
Yumna hanya terdiam saja, semua ucapan Ibu Rani benar-benar seperti sebuah cerita yang menggambarkan dengan jelas bagaimana kehidupan dua orang anak yang kecewa dan terluka pada orang tuanya. Kesalahan dan keegoisan orang tuanya yang membuat anak itu seperti ini.
*
Yumna kembali pada Davin yang berkumpul dengan teman-temannya. Melihat Davin yang sudah begitu mabuk, membuat Yumna merebut botol minuman di tangannya.
"Pak Davin sudah sangat mabuk, sebaiknya berhenti minum" ucap Yumna dengan menghembuskan napas kasar melihat keadaan Davin saat ini. "Ayo kita pulang sekarang, Pak"
"Iya Yum, sebaiknya kamu bawa Davin pulang. Dia sudah begitu mabuk" ucap Bara.
"Saya permisi dulu untuk membawa Pak Davin pulang" ucap Yumna sambil mengangguk pelan pada semuanya.
Yumna memapah tubuh Davin yang berjalan sempoyongan di bantu oleh Bara. Setelah Davin masuk ke dalam mobil, Yumna mengucapkan terima kasih pada Bara dan berpamitan.
Mengendarai mobil dengan membawa Davin yang mabuk berat. Pria itu terus bergumam dan meracau tidak jelas. Menoleh dan menatap pada Yumna dengan wajah yang merah dan mata menyipit sayu.
"Kenapa kau tidak peka? Dasar bodoh"
Yumna menggeleng pelan dengan ucapan Davin barusan. "Dia mengataiku bodoh, sementara dia saja mabuk sampai seperti ini. Sekarang siapa yang terlihat bodoh sebenarnya?"
Setelah sampai di Apartemen, Yumna sedikit kesulitan membawa tubuh Davin yang mabuk menuju Apartemen mereka. Dengan sedikit kewalahan, Yumna terus memapah tubuh sempoyongan Davin.
"Duh, menyusahkan sekali. Kenapa juga harus mabuk sih" Gerutu Yumna, ketika mereka sudah berada di depan pintu Apartemen Davin, dan tubuh Davin terjatuh karena Yumna sudah kewalahan menahan berat tubuhnya. "Hah... Benar-benar menyusahkan sekali"
Yumna berjongkok di depan Davin yang terduduk lantai lorong Apartemen dengan tubuh bersandar pada pintu Apartemennya. Yumna melihat keringat yang membasahi kening pria itu, membuatnya mengambil tisu dari dalam tas dan mengelapnya lembut.
"Sebenarnya kau itu kasihan juga, tapi sikap menyebalkanmu ini tetap membuat kesal"
Grepp.. Tiba-tiba tangan Yumna di pegang erat oleh Davin. Yumna berusaha melepaskan tapi tidak bisa, jadi dia membiarkan saja. Menatap Davin yang juga menatapnya dengan mata sayu.
"Kenapa kau tidak pernah peka? Kenapa kau jadi wanita bodoh sekali? Apa kau tidak tahu jika ..." Davin memegang jemari tangan Yumna, memegang bagian jari manisnya. "Cincin itu unutkmu, calon istriku"
Deg...
Bersambung
ya benar tuh saran dari bara...
ngambek kan yumna... smngt ya smg yumna luluh 😁😁😁
tau kan Davin tidak di perhatikan oleh
ibu dan papa nya Yo di maklumi jangan
langsung gagal nikah lihat sayang
luar biasa' menolongmu Tampa ingat
dirinya terbuka rela menolongmu ingat
jangan menjadi merasa di sakiti atau
apalah
butuh ruang butuh penyesuaian diri
tidak seperti itu Ak ga setuju' taukah
kamu Davin begitu menyedihkan di satu
sisi itu ibunya di satu sisi ibunya menye
bahkan menghilangkan nyawa orang lain
jadi jangan seolah kamu yang tersakiti
ada sebab musababnya Jangan asal
menuduh Davin bisa bangkit Karena
kamu bisa mengambil hati nya tetapi.
jangan di hakimi,,,
apapun masa lalu nya asalkan saat ini yang dulu jahat menjadi baik yang dulu
tukang selingkuh sekarang sudah insyaf
pokonya banyak jalan menuju kebaikan
😁🥰❤️👍 ok Davin Yumna jalan kan
hidup sebaik mungkin selagi ada waktu,