Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.
Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Kala menatap Anggun, mencoba mencari ketenangan dalam sorot mata istrinya, tetapi yang dia temukan hanyalah kebingungan dan ketegangan.
Rena melipat tangan di depan dadanya, tampak menikmati situasi. “Jadi, Kala? Tidak mau memperkenalkan aku dengan istrimu?”
Kala mengepalkan tangannya. Dia ingin sekali menyeret Rena keluar dari restoran ini, tetapi dia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.
Anggun akhirnya berdiri. Dia menatap Rena dengan sorot mata tajam, tetapi suaranya tetap lembut saat berkata, “Aku tidak tahu siapa kau dan kenapa kau tiba-tiba muncul. Tapi jika kau memiliki sesuatu untuk dikatakan, lebih baik kau langsung ke intinya.”
Rena tersenyum miring. “Baiklah. Aku hanya ingin memperjelas sesuatu. Kala dan aku pernah bertunangan.”
Anggun tidak menunjukkan reaksi besar, tetapi jemarinya sedikit mengerat di sisi tubuhnya. “Lalu?”
“Lalu aku kembali,” kata Rena dengan nada penuh percaya diri. “Dan aku ingin dia kembali juga.”
Kala akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. “Cukup, Rena! Kau pikir kau bisa datang begitu saja dan mengacaukan hidupku setelah semua yang kau lakukan? Aku tidak tertarik mendengar omong kosongmu.”
Rena menatapnya dengan tatapan penuh makna. “Oh, tapi aku bukan cuma datang untuk bicara, Kala. Aku membawa sesuatu yang akan mengubah segalanya.”
Anggun mengernyit. “Apa maksudmu?”
Rena mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tas tangannya dan meletakkannya di meja. “Buka dan lihat sendiri.”
Kala enggan menyentuhnya, tetapi Anggun, dengan penuh rasa penasaran dan sedikit waspada, mengambil amplop itu dan menarik keluar isinya.
Begitu melihat isinya, mata Anggun membesar. Itu adalah hasil tes DNA.
Nama Rena ada di sana, tetapi bukan itu yang mengejutkannya.
Di bawah nama Rena, ada nama seorang anak. Dan di kolom ‘ayah biologis’, tertulis nama Kala Adibrata.
Anggun merasa dunia seakan berhenti berputar. Dia mengangkat wajahnya, menatap suaminya dengan ekspresi sulit diartikan.
Kala sendiri tampak sama terkejutnya. Dia merebut kertas itu dan membaca ulang, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Apa ini, Rena?” suaranya bergetar.
Rena tersenyum penuh kemenangan. “Ini anak kita, Kala. Anak yang selama ini tidak kau tahu keberadaannya.”
Anggun merasa sesak. Sejenak, dia ingin percaya bahwa ini hanya kebohongan lain dari Rena. Tetapi jika ini benar…
Dia menatap Kala, mencari jawaban.
Kala membuka mulutnya, tetapi tak ada suara yang keluar. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.
Suasana di restoran itu berubah sunyi. Anggun masih terpaku pada kertas di tangannya, sementara Kala terlihat berusaha mengatur napasnya yang tidak beraturan.
"Ini tidak mungkin," kata Kala akhirnya, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Aku tidak pernah…"
Rena mengangkat alis. "Tidak pernah apa? Tidak pernah tidur denganku? Kala, kita bertunangan selama lebih dari setahun. Kau pikir aku hanya duduk diam menunggu pernikahan kita?"
Anggun menelan ludah. Ada sesuatu yang terasa menusuk dalam kata-kata Rena, seolah wanita itu ingin memastikan dia terluka.
Kala menggeleng, mencoba berpikir jernih. "Aku ingin tes ulang," katanya dengan tegas. "Aku tidak bisa menerima ini begitu saja."
Rena tersenyum miring. "Tentu saja. Aku tahu kau akan berkata begitu. Tapi kalau kau menolak bertanggung jawab, aku tidak akan tinggal diam. Semua orang akan tahu bahwa Kau memiliki anak yang kau abaikan."
Anggun mengangkat wajahnya, menatap langsung ke mata Rena. "Jika memang itu anaknya, Kala tidak akan lari dari tanggung jawab," katanya, suaranya tenang tetapi tajam.
Kala menoleh ke istrinya, terkejut dengan keteguhan dalam suara Anggun. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Anggun melanjutkan, "Tapi jika ini hanya permainanmu, Rena, kau yang akan menanggung akibatnya."
Rena mengangkat bahu, tampak tidak terpengaruh. "Kita lihat saja nanti."
Kala meremas tangannya. "Aku akan menghubungi pengacara dan melakukan tes ulang. Jika hasilnya membuktikan bahwa aku bukan ayahnya, aku tidak ingin melihatmu lagi."
Rena tertawa kecil. "Baiklah, kita lakukan itu."
Dengan santai, dia mengambil kopinya dan menyesapnya seolah tidak ada yang terjadi. "Aku akan menghubungi kalian lagi setelah aku mengatur semuanya. Sampai jumpa, Anggun… Kala."
Lalu, tanpa menunggu jawaban, dia bangkit dan berjalan keluar dari restoran, meninggalkan sepasang suami istri yang masih terkejut dan bingung.
Kala meremas rambutnya dengan frustrasi. "Ini gila…"
Anggun masih menatap hasil tes di tangannya, lalu meletakkannya di atas meja dengan hati-hati. Dia tidak tahu harus berkata apa.
Satu hal yang pasti: hidup mereka tidak akan pernah sama lagi setelah ini.
Kala menghela napas panjang, merasa seluruh tubuhnya tegang. Dia mengangkat wajah, menatap Anggun yang masih diam dengan ekspresi sulit ditebak.
"Aku tidak percaya ini," gumamnya. "Aku tidak pernah melakukan itu dengan Rena. Aku tidak mungkin punya anak dengannya."
Anggun menatapnya sekilas, lalu mengalihkan pandangan. “Tapi bagaimana jika tesnya benar?”
Kala mengepalkan tangannya. “Maka kita lakukan tes ulang. Aku tidak akan percaya hanya dengan selembar kertas.”
Anggun mendesah pelan. “Baik. Kita lakukan tes ulang.”
Meskipun suaranya terdengar tenang, dalam hatinya, Anggun merasakan sesuatu yang mengganggunya. Dia ingin percaya pada Kala, tapi kenyataan bahwa seorang anak bisa saja hadir dari masa lalunya membuat perasaannya campur aduk.
Kala meraih tangan Anggun, menggenggamnya erat. “Aku bersumpah, aku tidak akan menyembunyikan apa pun darimu.”
Anggun menatapnya dalam-dalam. “Aku harap kau benar, Kala.”
Mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Kala berkata, “Besok kita urus semuanya. Aku akan menghubungi pengacara dan rumah sakit untuk tes ulang.”
Anggun mengangguk. “Baik.”
Malam itu, mereka pulang dalam diam. Tidak ada percakapan seperti biasanya, tidak ada kehangatan yang mereka bagi beberapa hari terakhir.
Saat mereka sampai di rumah, Anggun langsung masuk ke kamar tanpa berkata apa-apa. Kala menatap punggungnya, merasa ada jarak yang mulai terbentuk di antara mereka.
Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
Tanpa berpikir panjang, dia menyusul Anggun, menariknya ke dalam pelukan.
“Aku hanya ingin kau percaya padaku,” bisiknya.
Anggun tidak langsung membalas pelukannya. Namun, setelah beberapa saat, dia menghela napas dan menyandarkan kepalanya di dada Kala.
“Aku ingin percaya, Kala… tapi aku takut.”
Kala mengecup puncak kepalanya. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun merusak kita.”
Mereka berdua tahu bahwa badai sedang menanti. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah—apakah mereka cukup kuat untuk melewatinya bersama?
Keesokan paginya, Kala langsung menghubungi pengacaranya untuk mengurus tes ulang DNA dan memastikan semua dokumen terkait anak yang diklaim Rena sebagai darah dagingnya. Dia tidak akan membiarkan kebohongan sekecil apa pun menghancurkan kehidupannya dengan Anggun.
Sementara itu, Anggun memilih menghabiskan waktu di ruang kerja rumah mereka. Matanya menatap layar laptop, tetapi pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan. Bagaimana jika tes ulang membuktikan bahwa anak itu memang milik Kala? Apakah dia siap menghadapi kenyataan itu?
Pintu ruang kerja terbuka, dan Kala masuk. “Aku sudah mengurus semuanya. Besok kita akan ke rumah sakit untuk tes ulang.”
Anggun menutup laptopnya, menatap suaminya dalam diam sebelum mengangguk pelan.
Kala mendekat, menggenggam tangannya. “Aku tahu ini berat untukmu, tapi aku tidak akan lari dari masalah ini. Aku ingin kita hadapi bersama.”
Anggun menatap tangannya yang digenggam Kala, lalu mengangkat wajahnya. “Aku akan mendampingimu, Kala. Tapi aku ingin tahu satu hal.”
“Apa?”
“Jika anak itu memang anakmu, apa yang akan kau lakukan?”
Kala terdiam. Itu adalah pertanyaan yang belum sempat dia pikirkan dalam. Jika anak itu memang benar miliknya… apa yang akan dia lakukan?
“Aku…” Kala menarik napas panjang. “Aku tidak akan meninggalkannya. Tapi aku juga tidak akan membiarkan siapa pun menghancurkan kita, Anggun.”
Anggun mengamati wajahnya, mencoba menemukan ketulusan dalam kata-kata suaminya. Akhirnya, dia menghela napas panjang. “Baik. Kita hadapi ini bersama.”
Kala tersenyum tipis, lalu menarik Anggun ke dalam pelukan. “Terima kasih, Sayang.”
Namun, di luar sana, Rena tersenyum puas. Dia menggenggam sebuah dokumen di tangannya—sesuatu yang bisa mengubah segalanya.
“Kala, kau tidak akan bisa lari dari masa lalumu,” bisiknya sambil menatap foto hitam-putih seorang bocah laki-laki yang sangat mirip dengan Kala.
Lalu, dia meraih ponselnya dan mengetik pesan.
Besok di rumah sakit. Aku akan membuktikan semuanya.