NovelToon NovelToon
IDIOT BUT LUCKY

IDIOT BUT LUCKY

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror
Popularitas:14.9k
Nilai: 5
Nama Author: diahps94

Tiga sejoli menghabiskan usia bersama, berguru mencari kekebalan tubuh, menjelajahi kuburan kala petang demi tercapainya angan. Sial datang pada malam ketujuh, malam puncak pencarian kesakitan. Diperdengarkan segala bentuk suara makhluk tak kasat mata, mereka tak gentar. Seonggok bayi merah berlumuran darah membuat lutut gemetar nyaris pingsan. Bayi yang merubah alur hidup ketiganya.

Mari ikuti kisah mereka 👻👻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diahps94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Antara Fakta Dan Dusta

Hujan masih setia mengguyur bumi, seolah enggan henti meski sudah lama terjadi. Deras silih berganti dengan gerimis, terkadang angin turut berkolaborasi. Menjadikan semua insan memadu kasih di dalam hunian masing-masing. Tak jauh beda dengan keluarga Jarwo, mereka menyeduh teh hangat dengan kudapan ubi rebus duduk santai sembari bincang bersama istri. Hingga ketenangan itu terusik, saat puluhan mobil datang dan suara lantang Yanto yang teriak minta di bukakan pintu.

Rini panik, melihat Djiwa dalam gendongan Mahendra. Apa gerangan yang tejadi hingga cucunya harus pulang dalam keadaan seperti itu. Segala pikiran buruk merasuk, Rini sampai abai dengan puluhan ajudan Mahendra, di telantarkan begitu saja tanpa diminta untuk bernaung bersama ke dalam rumah. Rini sibuk lari sana-sini, membuntuti Mahendra. Jarwo sibuk interogasi Yanto, Dayat dan Ujang. Dayat sibuk menenangkan diri, sedari tadi ingin sekali melayangkan tinjunya. Yanto pusing dengan tingkah kedua orangtuanya. Ujang ingin menghilang di rawa-rawa saja.

Djiwa di lap guna menyeka air hujan yang sempat mengenai tubuhnya. Meski sudah sadar dan bisa diajak komunikasi, tubuhnya terasa tak punya tulang. Lemas berkepanjangan, mungkin itu yang harus ia bayar karena berkeliaran di dunia yang bukan kodrat baginya. Menarik nafas saja sulit, seperti dirinya baru saja selamat dari tenggelam. Jika sesakit ini padahal baru beberapa detik, lantas bagaimana dengan jiwa ibunya. Benar yang dikatakan si mbok dan kekek jin, bisa jadi arwah ibunya agar lebur sebentar lagi.

Mahendra meletakkan handuk kecil, semua tubuh Djiwa usai di seka. "Beristirahatlah, jangan terlalu banyak berpikir, aku akan menemanimu."

Djiwa tersenyum ke arah Mahendra, si ayah rupanya malah melo, airmata tak terbendung hingga tetes demi tetes mengalir di pipi. "Tolong jangan seperti ini, mana Djiwa ku yang galak, jangan lemah anakku, aku tahu kau..."

Mahendra bahkan sulit menyelesaikan ucapan, tangisnya semakin menjadi. "Hishh...."

Mahendra keluar dari kamar Djiwa, menutup wajah melewati para ajudan dan keluarga Djiwa lainnya. Dayat yang sensitif terhadap Mahendra langsung mengganti posisi, dia masuk menjaga Djiwa. Mahendra sendiri di bawa ke kamar Yanto. Yanto peka, mungkin Mahendra tak ingin menangis di depan Djiwa, wibawanya luntur jika lemah di hadapan ajudan. Yanto meminta Rini untuk masuk ke kamar Djiwa, dan meminta Dayat untuk ikut ke kamarnya bersama Ujang.

Empat orang ayah itu dalam satu ruangan yang sama, yang tiga hanya menonton Mahendra menangis tiada henti. "Aku muak dengan sandiwara mu, berhenti pura-pura perduli, Djiwa begitu karena kau main tampar BODOOH!"

Dayat nyaris meninju Mahendra yang masih terduduk di ranjang Yanto, jika Ujang tak menahan tubuhnya mungkin Dayat sudah menghajar Mahendra. "Ck, kau ini kenapa, bisa tenang tidak, Djiwa sedang seperti itu!"

"Bagaimana aku bisa tenang! Gara-gara di tampar olehnya Djiwa terganggu, bahkan dia seperti orang linglung, orang bilang dia ketempelan, arghhhhhh aku tak suka dia ada satu atap seolah paling perduli dengan Djiwa padahal dia sumber MASALAHNYA!" Dayat garda terdepan Djiwa.

Tok

Tok

Tok

Emosi sedang di puncak-puncaknya malah ada orang ketuk pintu, Dayat semakin kalap. "SIAPA?"

"Atuh Dayat jangan galak-galak, ini om Jarwo." Yang mengetuk bukan Jarwo melainkan Agam ajudan Mahendra.

"Masuk." Dayat membukakan pintu, dalam hati merapal doa agar tak kena jotos.

"Ayo masuk." Jarwo mengajak Agam ikut masuk.

Sekarang kamar Yanto berisikan enam laki-laki dewasa, merasa pengap meski hujan menghantar hawa dingin. Yanto membuka jendela dan gordennya. "Biar bisa nafas."

"Ada apa?" Dayat menatap sinis Agam.

"Biar saya jelaskan duduk perkaranya lebih dulu, saya izin pak." Agam mohon diri dengan Mahendra.

Dayat mendumal dalam hati bicara saja minta izin dulu, nggak sekalian kalau nafas harus izin juga. "Cih, ngomong tinggal ngomong."

Agam berusaha mengutarakan yang ia tahu tanpa mengurangi kebenaran. "Jadi ada sebab yang membuat bos menampar tuan muda."

Dayat menarik kerah baju Agam. "Tak usah membual dengan kesalahan bos mu, apa ada alasan di sebuah tamparan kalau bukan sebuah emosi?"

"Dayat, dengar dulu jangan seperti itu kau seorang ayah." Jarwo mencoba melerai.

Dayat diam, duduk di samping Yanto dengan nafas memburu, emosinya masih ada, tapi coba ia tahan. Jika bukan karena Jarwo yang melarang, kalap bukanlah salahnya. Agam melihat kondisi, setelah dirasa Dayat tenang baru ia melanjutkan penjabaran tentang Mahendra menampar Djiwa.

"Tuan muda di tampar bukan tanpa sebab, mulanya bos bingung bagaimana ia bertindak, ia harus dengan tegas melukai Djiwa, baik fisik maupun batin, jika tidak orang-orang nyonya besar tahu kalau ada hubungan darah antara Djiwa dan bos, jika itu terjadi besar kemungkinan, hidup Djiwa akan di penuhi dengan ancaman dan teror, dan bos tidak mau itu terjadi." Agam menjeda kalimatnya, dia bersyukur tak ada yang memotong penjelasan darinya.

Agam mengeluarkan bukti-bukti kalau Djiwa mulai di buntuti oleh orang-orang dari nyonya besar, atau istri sah Mahendra. "Mereka menyamar jadi apapun, lihat kali terakhir Djiwa bahkan berinteraksi dengan membeli es boba dari pengintai itu, belum lagi lihat ini, orang ini bahkan membuntuti Djiwa saat jatuh dari motor, itu juga sebab kita tak muncul menolong tuan muda, jika saat itu kita menolongnya dikhawatirkan orang-orang itu tahu tuan muda selalu di kawal."

Jemari Dayat gemetar, kenapa seperti dejavu, jika dulu pesuruh Mahendra mendekati untuk di culik agar Djiwa tahu punya ayah kandung, Dayat yakin kali ini bukan untuk hal baik. "Astaghfirullah, kenapa anak sekecil Djiwa harus berurusan dengan bahaya setiap waktu."

"Dan bodohnya kita bahkan tak sadar orang-orang itu di sekeliling kita." Ujang rasa dia perlu lebih ketat mengawasi putranya.

"Apa tak bisa kau menyelesaikan urusan mu dengan istri mu, apa harus Djiwa jadi korban lebih dulu?" Yanto tak habis pikir dengan kehidupan orang kaya yang rumit.

"Tidak, jika aku jujur dia putra ku, kalian tahu sendiri nasib Zalina seperti apa, dan aku tak mau hal buruk menimpa anak ku." Mahendra sudah memikirkan banyak cara, tapi keluarga istrinya punya jaringan dunia bawah yang mendukungnya, melenyapkan manusia keahlian mereka.

"Kau kaya, kau punya kekuasaan, kau punya banyak gundik, kenapa hanya Djiwa yang diusik, apa gundik mu yang lain tak punya anak, apapun tipu muslihat yang kau perlihatkan sekarang, dusta atau fakta aku tak mau tahu, yang jelas jangan biarkan Djiwa terusik dengan keberadaan mu disisinya." Ancam Yanto.

Jarwo menghela nafas kesal, tadi dia menenangkan Dayat, Dayat tenang giliran anaknya yang emosional. "Jadi baiknya, apa untuk beberapa tahun pak Mahendra tak usah kemari atau berinteraksi dengan Djiwa lagi saja."

"Pak Jarwo benar, makanya aku menampar Djiwa kala itu. Sebab kalau ku tinggal begitu saja, mereka justru curiga, dan akan bertindak fatal, makanya aku menampar Djiwa membuat renggang hubungan yang memang tak harmonis ini." Sesal ada, tapi lega juga ada di hati Mahendra.

"Tahu begitu kenapa kau kembali lagi, dengan adanya kau disini apa tak bahaya, mereka akan tahu sandiwara busuk mu." Protes Ujang.

"Benar, aku yang teramat cemas mendengar Djiwa sempat seperti itu membuat ku tak karuan dan berpikir dengan jernih, pada akhirnya sia-sia saja sandiwara yang belum aku mulai dengan baik itu." Mahendra berada di titik terendah.

"Hah, ruwet. Mumet aku, udah lah jalanin aja, yang penting jaga Djiwa, jaga diri dah beres mumet banget dari tadi mbulet gak selesai." Dayat keluar kamar Yanto lebih dulu.

Dayat mendelik ke arah para ajudan yang menatapnya penuh tanya. Melewati mereka dan masuk kamar putranya. Disana Djiwa terbaring dengan di temani Rini. Mendengus kala ingat bahwa tabiat orang kaya yang asal bunuh sedang mengancam nyawa Djiwa. Merasa terlalu berlebihan kekhawatiran yang dirasa Mahendra, lagipula entah betul atau tidak ucapannya itu. Bisa saja itu hanya bualan semata.

"Udah rapatnya Yat?" Rini melempar tanya, sebab Dayat diam saja sedari masuk kamar.

Dayat menggeleng. "Rapat apa toh bi, nggak jelas disana makanya aku keluar."

"Yeuh, tau nggk penting dari tadi mah ibi panggil atuh ah, ini beser kalau hujan tuh, dari tari udah di ujung gak tahan, yaudah titip Djiwa." Rini keluar kamar Djiwa, dia tak mungkin buang air kecil di kamar Djiwa saat hanya ada Dayat disitu.

Dayat cengengesan tak tahu harus bersikap seperti apa, mengalihkan pandang dari Rini yang bangkit sembari menghimpit kedua paha agar tak kelabasan. Mata Dayat tak sengaja melihat ke arah jendela, betapa terkejutnya ia saat ada bayang manusia disana. Manusia yang langsung kabur saat ketahuan Dayat menatap ke arah jendela.

Dayat menyibak kain gorden untuk tahu kebenaran dari penglihatan, dan fakta disana ada dua orang dengan gerak-gerik mencurigakan membuat Dayat teriak. "TOLONG......TOLONGG......TOL."

Dorrr....

Tashhhhh, Darah berhamburan di lantai. Dayat limbung, tubuhnya di tembak.

Bersambung

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
aduhhhh djiwaaaaaa tolonginnnn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
yaa alloh,,, knp jd kerasukan lagiiii...
mkny pakkkk dekatkan diri sama yg maha kuasa....
jd kasiannn sm C musdal🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
djiwa dipercaya 👍👍👍👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
gelang ny sayang ma djiwa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
ya salammmm galauuuuu😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
ngareppp yaaa🤭🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😱😱😱
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Memang kesurupan 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Setuju 🤫
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
klo tinggal di desa,,, bareng2...
koplak nyaa nularrr nnti😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
wajarrrrr
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
😂😂😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
diaa inget Zalina🤧
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
😂😂😂😂
lbh kyakkk yaaa,,,
bpk nyaa djiwa sultannn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Itu ujian untukmu Djiwa, semoga kamu bisa menjaga amanah kiai 😁
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata Djiwa msh keturunan kiai 👍😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Alhamdulillah ternyata gelangnya bisa melindungi Djiwa lg 😉
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Wow apa gelangnya hidup lg 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!