Gilsa tak percaya ada orang yang tulus menjalin hubungan dengannya, dan Altheo terlalu sederhana untuk mengerti kerunyaman hidup Gilsa. Meski berjalan di takdir yang sama, Gilsa dan Altheo tak bisa mengerti perasaan satu sama lain.
Sebuah benang merah menarik mereka dalam hubungan yang manis. Disaat semuanya terlanjur indah, tiba-tiba takdir bergerak kearah berlawanan, menghancurkan hubungan mereka, menguak suatu fakta di balik penderitaan keduanya.
Seandainya Gilsa tak pernah mengenal Altheo, akankah semuanya menjadi lebih baik?
Sebuah kisah klise cinta remaja SMA yang dipenuhi alur dramatis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bibilena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback
Gilsa dan Kevin saling membunuh lewat tatapan setelah Bu Rani pergi.
"Aku benar-benar merasa takut dengan otak kriminal kalian," ucap Gilsa.
"Otak kriminal apanya? Aku benar-benar melihat kamu merokok tadi." Namun Kevin tak membalas pancingan itu, mungkin karena dia sadar ada banyak lubang di tempat ini untuk bocornya informasi daripada tempat manapun.
"Apa saat ini kau memasukannya ke tasku diam-diam?"
Kevin tak menjawab.
Meskipun Gilsa pura-pura tenang, tapi dia akan benar-benar habis jika ditemukan barang itu di tasnya. Bagian yang paling malas adalah Ayahnya akan tahu dan dia akan dimarahi habis-habisan di rumah.
Bu Rani kembali ke kelas saat itu, dia menatap kedua muridnya dengan heran karena keduanya tampak tenang di tempat.
•••
Anggota osis memiliki jadwal inpeksi rutin sendiri untuk memeriksa barang bawaan murid setiap kelas, dan biasanya itu dilakukan secara serentak dalam satu minggu tanpa informasi apapun. Sengaja, untuk meminimalisir bocornya informasi sehingga murid yang nakal tak memiliki waktu mencari jalan keluar. Meski sekolah mereka terlihat bobrok dari sisi pendidik, tapi pengelolaan organisasi, fasilitas dan pengajaran materinya termasuk dalam salah satu posisi unggul di kota mereka.
Sayangnya, Gilsa tak beruntung kali ini. Ada sosok yang amat dia kenal diantara anggota osis yang melakukan penggeledahan.
Itu adalah dia, si gadis ikal dengan wajah bulat, Clarissa Octarani.
Jangan lupakan bahwa Clarissa termasuk ke dalam salah satu anggota organisasi osis selama ini. Bahkan ini adalah salah satu alasan kenapa bisa dia terhubung dan berteman dengan Kevin serta yang lain.
Penggeledahan dilakukan dari meja terdepan ke belakang. Murid-murid sudah di suruh berbari di depan papan tulis, sementara guru yang mengajar diam membaca buku. Satu demi satu meja terlewati, sampai kemudian kehebohan terjadi.
"Kak, ada ini!" Clarissa mengangkat sebuah tas dari meja ketiga, sehingga dalam sekejap dia dikerubungi orang-orang. Murid-murid di depan juga penasaran, bahkan Pak Guru sampai menatap mereka karena hal itu.
"Ini itu kan?" kata Clarissa lagi, dengan panik. Dia memberikan pod yang ada di sana lalu menjatuhkan semua barang bawaan tas ke atas meja. Buku-buku berjatuhan, kotak pensil, hingga dokumen asing yang dicetak printer dengan judul yang membuat mereka terdiam.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Seketika semua orang mengerubungi mereka, Pak Guru berdiri dan menerobos keramaian itu untuk melihat apa yang terjadi.
"Tapi, Kak, aku curiga."
"Kenapa kalian?"
"Pak."
Mata Pak Guru menangkap sesuatu yang dipegang murid laki-laki dengan pin osis tersebut. Dia merebutnya dan dengan marah memelototi Clarissa, meraih lengannya untuk menghadap pria itu.
"Punya siapa ini?!"
"Ini pak." Clarissa menunjuk meja yang dia periksa.
"Itu punya Gilsa kan?"
"Sumpah?! Dia bawa pod vape ke sekolah?!"
"Kalian jangan ribut!" Pak Guru berteriak lagi. Nadanya sarat akan amarah.
Namun seseorang dengan berani mengambil sesuatu lalu menghampiri sosok menakutkan itu.
"Pak, ini apa? Saya tak pernah dengan ada modul ajar pribadi dari guru mapel selama ini."
"Modul?" Dokumen itu diambil, Pak Guru mengernyit. Namun tak lama wajahnya langsung berubah, menjadi datar dan terkesan sangat terkejut, tapi itu seperti dia baru menyadari sesuatu.
"Pak?"
"Modul ini mungkin dibuat sendiri, ayo kita ke ruang BK saja."