Karamel Vyora Antares memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga nya setelah mengetahui bahwa suaminya Rakhayasa Kafka Majendra masih mencintai mantan kekasihnya, bahkan Kafka berencana akan menikahi kekasihnya.
Vyora akhirnya lebih memilih pergi dan merelakan suaminya bersama mantan kekasihnya. Namun saat Vyora dan Kafka resmi bercerai ternyata Vyora sedang mengandung benih Kafka.
Akankah Vyora kembali pada Kafka demi benih yang sedang dikandungnya?
"Aku akan mendapatkan mu kembali apapun caranya" Rakhayasa Kafka Majendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Wina
Kafka mendudukkan Vyora di sofa walk-in closet kamar nya. Kemudian, pria tampan itu sibuk memilih gaun yang akan dikenakan wanita nya. Vyora yang bingung, hanya memperhatikan saja apa yang mantan suaminya itu lakukan.
Setelah Kafka mendapatkan gaun yang cocok untuk Vyora, pria tampan itu kemudian menyerahkan gaun itu untuk dipakai wanita nya.
"Pakai!" Titahnya. Namun wanita nya hanya bergeming, entah sedang memikirkan apa. "Atau mau Mas pakaikan?" Tanya Kafka.
Vyora langsung menggeleng kan kepalanya saat Kafka hendak membuka handuk kimono nya. "Aku bisa sendiri," ucap Vyora. Kemudian berlalu dari hadapan Kafka.
Setelah selesai berganti pakaian, Vyora langsung disambut tatapan tajam dari Kafka membuat Vyora berfikir yang tidak-tidak tentang mantan suami nya itu.
"𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘪𝘩? 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘮𝘣𝘦𝘵 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘭𝘢𝘮, 𝘺𝘢?" 𝘉𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢.
"Kita makan dulu!" Kafka menggandeng tangan Vyora menuju meja makan. Lalu menyuruh Bibi untuk menyiapkan makanan kesukaan Vyora yang dia bawa.
Sudah banyak pertanyaan yang ada di benak Kafka, namun pria tampan itu harus menahannya. Dia harus pastikan wanita nya makan terlebih dahulu sebelum dia interogasi nantinya.
Vyora makan di bawah pengawasan Kafka, membuat Vyora tidak menikmati makanan nya. Apalagi Kafka yang sedari tadi hanya melihatnya saja, tanpa berniat untuk makan.
Vyora menghentikan makannya, kemudian beranjak dari tempat duduk nya. Padahal Kafka lihat makanan di piring wanita nya masih banyak.
"Mau ke mana ?" Pria tampan itu memegang tangan Vyora yang hendak pergi.
"Aku tidak bisa makan diawasi seperti ini, aku tidak menikmati makanan ku," ucap Vyora.
Kafka menghela nafasnya, kemudian membawa Vyora untuk duduk kembali di kursinya. Kemudian dengan telaten Kafka menyuapi Vyora.
"Maaf ... sekarang habiskan!" Mau tidak mau Vyora menghabiskan makan nya, karena Kafka sendiri yang menyuapi nya.
...----------------...
Setelah selesai makan, Kafka mengajak Vyora ke ruang kerja Vyora. Kemudian pria tampan itu menarik tangan Vyora dan membawa wanita nya duduk di pangkuan nya.
"Sekarang katakan, kenapa akhir-akhir ini kamu menghindariku?" Kafka menatap lekat Vyora yang sedari tadi hanya tertunduk enggan menatapnya.
Vyora bingung harus menjawab apa, membuat Kafka menghela kasar nafasnya. Pria tampan itu kemudian menangkup pipi wanita nya, membuat Vyora terpaksa harus menatapnya. "Kenapa?" Tanya Kafka.
"Mas ... maafkan aku!" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Vyora.
Kafka melihat luka dan penyesalan dimata Vyora. Wanita cantik nya itu masih terbelenggu dengan rasa penyesalan. Padahal Kafka sudah bilang, dia tidak menyalahkan Vyora atas apa yang terjadi pada hubungan mereka di masa lalu.
"Sayang ... Mas sudah bilang, jangan menyalahkan diri kamu terus! Mas tidak pernah menyalahkan kamu atas apa yang terjadi di masa lalu."
Vyora hanya diam. Akhir-akhir ini Vyora sengaja menghindari Kafka. Perasaan bersalah nya selalu muncul saat melihat anak-anak nya sangat bahagia membicarakan tentang Kafka. Vyora merasa bukan ibu yang baik untuk Khavi dan Khavya, karena selama ini Vyora tidak peka terhadap keinginan kedua anak kembar nya itu.
"Mari kita mulai dari awal lagi, kita sama-sama membahagiakan anak-anak," ucap Kafka sambil menatap lekat manik teduh wanita nya.
Namun, Vyora menangkap hal lain dari ucapan Kafka. Wanita cantik itu merasa Kafka mengajaknya bersama hanya demi anak-anak nya. Walaupun itu tidak salah, tapi Vyora tidak mau Kafka kembali padanya hanya untuk anak-anak. Sudah cukup dulu Vyora memaksa nya untuk hidup bersamanya. Vyora tidak mau memaksakan kehendaknya lagi.
"Mas, kita tidak perlu bersama lagi hanya untuk anak-anak. Kita bisa membagi wak-- "
"Kamu fikir Mas lakuin ini hanya demi anak-anak, Vyo?" Kafka menahan kesal di hatinya. Bagaimana mungkin Vyora bisa berfikir dia melakukan ini hanya demi anak-anak nya? Tidak kah Vyora merasakan perasaan tulus nya selama ini? Fikir Kafka.
Melihat Vyora mengangguk membuat Kafka kehilangan akalnya.
Cup
Tanpa aba-aba Kafka langsung mencium Vyora dengan kasar. Kafka memagut bibir wanita nya dengan perasaan campur aduk. Ada rasa rindu, kesal dan kecewa terhadap wanita nya. Ternyata selama ini Vyora hanya menganggap ketulusannya semata-mata hanya demi anak-anak nya.
Kafka melepaskan pagutannya saat merasakan pasokan udara di sekitarnya menipis. Kafka menyatukan keningnya dengan kening wanita nya, sama-sama merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Mas sangat mencintaimu Vy. Apa kamu tidak merasakannya, hmm? Mas ingin kembali bukan hanya demi anak-anak, tapi karena Mas sangat mencintaimu!"
Deg deg deg
Vyora merasakan debaran jantung nya seperti dulu, saat pertama kali melihat Kafka sebagai Dosen nya, dan saat Vyora memutuskan untuk mengejar cinta Dosen killer nya. Sampai akhirnya mereka menikah, dan sampai saat ini. Walaupun dia sudah berpisah dengan Kafka, namun Vyora tetap mencintai mantan suami nya itu.
"Mas, apa kamu masih mengajar di Kampus?" Mengingat pertama kali Vyora mencintai Kafka, tiba-tiba saja membuat Vyora teringat dengan Kampusnya dulu.
Kafka berdecak karena Vyora malah bertanya tentang kampusnya, bukannya menjawab pengakuan cinta nya.
"Ck ... kamu menghancurkan mood aja deh," kesal Kafka. "Mas lagi nyatain perasaan, kamu malah nanyain kampus."
Vyora malah menyengir tidak merasa bersalah sama sekali. Vyora kemudian memeluk Kafka, yang disambut usapan punggung yang lembut dari Kafka.
"Mas sudah berhenti mengajar saat kamu pergi. Mas tidak fokus mengajar waktu itu karena selalu mengingat kamu, Vy." Kafka mengeratkan pelukannya saat mengingat masa-masa dimana dia harus berjuang hidup tanpa Vyora. "Akhirnya, Mas memutuskan untuk keluar dari kampus."
"Maaf ...."
"Jangan meminta maaf lagi! Jika kamu benar-benar merasa bersalah, kamu harus menebusnya mulai sekarang," ucap Kafka. Pria tampan itu tersenyum menatap wajah bingung wanita nya. "Kamu harus menghabiskan waktu mu hanya untuk mencintaiku dan anak-anak kita."
...----------------...
Di tempat lain, seorang wanita paruh baya telah di buat khawatir oleh ucapan Vyora waktu itu. Semenjak pertemuannya dengan Vyora, dia tidak berhenti memikirkan ucapan Vyora.
"Apa wanita itu mengetahui rahasia ku?" Gumam nya. "Aku harus memastikan nya sendiri, jangan sampai wanita itu memberitahu Nando."
Wina, Mommy nya Nando. Dia menyimpan sebuah rahasia besar selama hidupnya. Tidak ada yang mengetahui rahasia nya selama ini. Dan sekarang, ucapan Vyora membuat nya khawatir karena mengungkit kembali rahasia yang sudah dia kubur selama belasan tahun.
Wina mengajak Vyora bertemu di sebuah restoran. Sambil menunggu kedatangan Vyora, Wina terlihat menghubungi seseorang.
"Lakukan dengan baik! Aku tidak mau mendengar kegagalan," kata Wina pada orang di seberang telponnya.
...----------------...
"Sayang ... Mas akan menemanimu, Mas merasa ada yang tidak beres."
Kafka dibuat kesal dengan ketukan pintu yang tiba-tiba. Padahal saat itu Kafka sedang menikmati manisnya bibir Vyora. Namun, Bibi pembantu datang dan memberitahu Vyora bahwa ponselnya berdering terus, takutnya ada sesuatu yang penting. Membuat Bibi terpaksa mengetuk pintu ruang kerja Nona nya.
Dan ternyata panggilan itu dari Wina, Mommy nya Nando. Wanita paruh baya tidak tau malu itu mengajaknya untuk bertemu di sebuah restoran.
"𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘶𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘳𝘢𝘩𝘢𝘴𝘪𝘢 𝘯𝘺𝘢."
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
u r the best raga😂😂🤣
kalau emang si kakap udah yakin gak salah dan punya rencana sendiri gak mungkin donk dia merasa bersalah dan nyuekin Vyora berminggu-minggu
nggantung banget sihhhh