Naya wanita cantik yang berumur 27 tahun mendapati dirinya terbangun didunia novel sebagai pemeran tambah yang berakhir tragis. Naya merasuk kedalam tubuh Reka remaja cantik yang berusia 18 tahun. Reka memiliki keluarga yang sangat amat menyayanginya, mereka rela melakukan apapun demi kebahagiaan Reka. Meskipun memiki keluarga yang sangat amat mencintainya sayangnya kisah percintaan Reka tidak berjalan dengan baik. Tunangannya Gazef lebih memilih pemeran utama wanita dan meninggalkan Reka. Reka yang merupakan pemeran tambahan akhirnya menjadi batu pijak untuk kebehagian Gazef dan Rosa, Reka harus mati demi kebahagiaan pemeran utama dalam novel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi, menandakan akhir dari hari yang panjang. Reka dan Felly berjalan di koridor, bercakap-cakap tentang tugas dan rencana mereka untuk esok hari. Namun, langkah mereka terhenti ketika melihat Kael yang sedang berbicara dengan Rosa.
Saat mereka melintasi koridor, mata Reka tertuju pada Kael yang sedang berbicara dengan Rosa. Rosa terlihat menggenggam tangan Kael dengan erat, sebuah pemandangan yang membuat Reka tersenyum miring.
"Felly. Lihat siapa yang ada di sana," kata Reka, matanya berkilat dengan sesuatu yang Felly kenali sebagai semangat kompetitif.
Dengan langkah cepat, Reka berjalan menghampiri Kael, diikuti oleh Felly yang penasaran. Saat sampai di samping Kael, Reka tanpa ragu langsung merangkul tangannya Kael, menarik perhatian Rosa dan Kael sekaligus.
"My prince, sedang apa di sini?" kata Reka dengan suara manis namun penuh sindiran.
Kael terlihat sedikit terkejut, tapi dia segera menguasai dirinya. "Oh, Reka... aku hanya sedang berbicara dengan Rosa," jawabnya, mencoba terdengar santai.
Rosa, yang masih menggenggam tangan Kael, menatap Reka dengan tatapan yang sulit dibaca. "Kami hanya sedang mendiskusikan proyek kelas," katanya, suaranya terdengar sedikit kaku.
Reka mendongak menatap Kael dengan ekspresi wajah yang imut, membuat telinga dan leher Kael memerah seketika.
"My prince, apa kamu tidak risih tanganmu dipegang oleh hama... Aku marah lo melihatmu disentuh seperti itu," kata Reka sambil melepaskan rangkulannya dan bersedekap dada dengan tingkah yang dibuat imut, membuat Kael semakin tersipu.
"Aku... Aku..." Kael tergagap, merasa canggung dan bingung.
Kael, dengan cepat, menghempaskan tangan Rosa, membuat Rosa terlihat terkejut dan bingung. Felly yang melihat kejadian itu, tertawa pelan, sementara Reka terlihat sangat puas dengan reaksi Kael.
"Isshh, tanganmu harus dibersihkan," kata Reka dengan nada yang dibuat centil, mengulurkan tangan seolah ingin membersihkan tangan Kael secara dramatis.
Kael, wajahnya semakin memerah, hanya bisa berdiri diam, terpesona dan sedikit malu dengan perhatian Reka. Rosa yang merasa terpinggirkan hanya bisa menatap dengan ekspresi campuran antara marah dan bingung.
"Ayo, Kael. Jangan biarkan hal kecil seperti ini mengganggu kita," kata Reka dengan senyum manis, merangkul lengan Kael sekali lagi.
"Jangan khawatir, Kael. Reka hanya ingin yang terbaik untukmu," kata Felly, yang menikmati situasi ini, menepuk bahu Kael.
Dengan perasaan campur aduk, Kael hanya bisa mengangguk pelan, sementara Rosa, yang merasa terabaikan, berbalik dan berjalan pergi dengan ekspresi kesal. Reka, dengan senyum kemenangan di wajahnya, menarik Kael dan Felly menjauh.
"Baiklah, mari kita pulang," kata Reka dengan nada riang, merasa puas dengan hasil interaksi tersebut. Mereka bertiga berjalan keluar dari sekolah.
Reka melepaskan rangkulannya, membuat Kael merasa sedikit kecewa.
"Kael, bisakah kamu ikut aku ke rumah? Ada yang ingin aku bicarakan," kata Reka dengan nada serius.
Kael tiba-tiba berhenti berjalan, membuat Reka dan Felly ikut berhenti. Kael terdiam mematung, mencerna perkataan yang baru saja Reka ucapkan.
"Apakah Reka ingin memperkenalkan aku dengan om dan tante sebagai kekasih? Seperti gadis-gadis lain yang mengajak pasangannya ke rumah?" batin Kael berdebar, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.
Kael menggelengkan kepalanya cepat. "Hal itu tidak mungkin. Kami belum resmi menjadi sepasang kekasih," pikirnya, mencoba menenangkan diri.
Reka dan Felly melihat tingkah aneh Kael hanya bisa mengerjapkan mata bingung. "Kael, ada apa?" tanya Felly, mencoba memahami situasi.
Kael akhirnya menarik napas dalam-dalam dan menatap Reka. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Reka?"
Reka tersenyum tipis. "Ada beberapa hal penting yang perlu aku jelaskan padamu. Ini tentang... situasi kita saat ini," katanya, memberi penekanan pada kata 'situasi'.
Felly menepuk bahu Kael dengan lembut. "Tenang saja, Kael. Reka hanya ingin memastikan semuanya jelas," katanya dengan nada menenangkan.
"Baiklah, aku akan ikut," kata Kael mengangguk pelan, meskipun masih merasa sedikit gugup.
Reka dan Felly masuk ke dalam mobil, sementara Kael mengikuti di belakang mereka dengan motor Virus Alyen miliknya. Di sepanjang jalan, jantung Kael terus berdetak kencang, pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan.
"Situasi? Memastikan semuanya jelas?" Kael bergumam pada dirinya sendiri, matanya fokus pada mobil di depannya. "Apakah Reka akan mengungkapkan perasaannya kepadaku?"
Setiap kilometer yang dilalui terasa seperti menambah beban di dadanya. "Apakah Reka akhirnya memutuskan pertunangannya dengan Gazef dan akan menjadi milikku?" pikir Kael, merasakan adrenalin yang bercampur dengan harapan.
Felly, yang duduk di samping Reka, melirik sahabatnya. "Kamu yakin ingin bicara dengan Kael di rumah? Sepertinya dia sangat gugup," kata Felly sambil tersenyum kecil.
Reka mengangguk. "Ini penting, Felly. Aku harus memastikan dia mengerti situasinya," jawab Reka dengan tegas, meskipun ada sedikit kegelisahan di matanya.
Mobil dan motor terus bergerak, mendekati tujuan mereka. Kael berusaha mengatur napasnya, mencoba menenangkan diri. "Apapun yang terjadi, aku harus siap," tekadnya dalam hati.
Ketika mereka akhirnya tiba di rumah Reka, Kael memarkir motornya dengan hati-hati. Dia melihat Reka dan Felly keluar dari mobil, dan dengan langkah mantap, dia mengikuti mereka masuk ke dalam rumah. Kael tahu bahwa apa pun yang akan diungkapkan Reka akan mengubah segalanya, dan dia siap untuk menjadi Reka.
Reka, Felly, dan Kael masuk ke dalam rumah. Suara Lionel menyambut mereka dari ruang tamu.
"Sudah pulang," kata Lionel, mengalihkan tatapannya pada Kael.
"Apa kamu ingin bermain dengan Arsan dan Arsad? Mereka sedang tidak ada di rumah," kata Lionel, nada suaranya ramah tetapi matanya menyelidik.
"Aku yang mengajak Kael ke sini karena ada yang ingin aku bicarakan dengannya," kata Reka dengan tegas.
Mendengar perkataan Reka, Lionel menatap Kael dengan tajam, penuh intimidasi. Kael merasakan ketegangan meningkat di antara mereka.
"Jika dia melakukan hal yang buruk, segera berteriak kencang, kakak akan langsung menghajarnya," kata Lionel, kali ini menatap lembut ke arah Reka, nada suaranya berubah menjadi protektif.
Reka, bingung dengan situasi yang tiba-tiba menjadi tegang, hanya bisa menganggukkan kepala. Lionel berjalan pergi melewati Kael, memberikan tatapan tajam terakhir sebelum meninggalkan ruangan.
"Yuk, kita ke kamar," kata Reka segera, mengajak Kael dan Felly untuk mengikutinya.
Mereka bertiga naik ke lantai atas menggunakan lift lalu masuk ke kamar Reka. Reka menutup pintu dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang bisa mendengar percakapan mereka.
"Baiklah, Kael, ada beberapa hal penting yang perlu aku jelaskan," kata Reka dengan suara yang lebih serius daripada sebelumnya. Felly duduk di tempat tidur, menatap Reka dengan penuh perhatian. Kael, masih merasa sedikit tegang, berdiri di dekat pintu, menunggu dengan penuh antisipasi.
Reka mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Apa yang akan kita bicarakan ini mungkin akan mengubah segalanya, jadi aku harap kamu siap," katanya, menatap Kael dengan mata yang penuh dingin.
smngt Thor
semungil itu😭😭😭😭