NovelToon NovelToon
Ibu Pilihan Si Kembar

Ibu Pilihan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Menikah Karena Anak
Popularitas:29.3k
Nilai: 5
Nama Author: nurul wahida

Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 'Luna'

"Milu!" teriakan cempreng terdengar dari bocah kecil yang berlarian memasuki rumah.

"Lona!" balasan teriakan dari orang yang di panggil.

"Beginilah kalau mereka bertemu. Satu rumah ini dipenuhi dengan suara mereka," sahut wanita yang lain dengan menggelengkan kepala.

"Luna, mbak nitip Lona disini dulu ya. Mbak ada urusan di rumah sakit. Bentar kok, gak lama," ujar mbak Tami, kakak Luna.

"Oke, mbak."

Luna Triana, aku berusia 27 tahun. Anak terakhir dari tiga bersaudara. Aku tak memiliki kegiatan selain menjadi ibu pengasuh di tempat kerja. Sudah 1 bulan aku bekerja disana. Aku cukup menyukai anak kecil, ya karena faktor dari sekelilingku adalah anak kecil, mau tak mau aku menjadi suka pada mereka. Memang merepotkan, namun dapat ku atasi.

Milu, itu adalah panggilan dari keponakan ku untukku. Mami Luna, itulah kepanjangannya. Anak-anak sangat imut ketika mereka diam apalagi saat tidur. Aku menyukai pekerjaanku yang sekarang. Setelah cukup banyaknya pekerjaan yang telah aku coba. Aku lulusan S1 PGPAUD, aku juga sudah mengajar di PAUD, namun aku berhenti karena jauh dari rumah ku. Ama ku juga melarang untuk pulang pergi, bahaya di jalan apalagi pakai motor kebut-kebutan. Alhasil aku mencari tempat kerja yang dekat dengan rumah ku saja.

Keponakanku berusia 5 tahun. Banyak orang mengatakan bahwa Lona sangat mirip denganku. Mungkin karena gen keluargaku yang cukup kuat, makanya masih menurun sampai saat ini.

"Milu," panggil Lona.

"Iya?"

"Milu hari ini kerja?"

Aku mengangguk kepala menjawab pertanyaannya. "Kenapa?" tanyaku.

"Lona ikut Milu, boleh?" tanyanya memelas.

Melihatku yang masih terdiam dan belum menjawab, mata gadis kecil itu langsung berlinang air mata. Menjahilinya cukup menyenangkan. Aku tertawa kecil, lalu mensejajarkan posisi tubuhku dengan tubuhnya. Mengusap kepalanya pelan.

"Oke. Tapi, kamu harus mendengarkan perkataan Milu. Kalau Lona bandel, Milu akan menelpon bunda mu dan memintanya untuk menjemput mu, deal?" ujarku dengan mengulurkan tangan membuat kesepakatan.

Tangan kecil itu dengan sigap meraih jabatan tanganku. "Oke, Milu," ujarnya disertai cengiran khas anak kecil.

"Milu siap-siap dulu, kamu makan sana sama oma," titahku padanya, dan dilakukan dengan segera olehnya.

Aku melangkah memasuki kamar dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.

****************

"Milu, apa ini tempat kerja Milu?" tunjuknya pada tempat kerja ku.

Aku dan Lona telah sampai di tempat kerja. Lona yang berada dalam gendonganku memalingkan wajahnya melihat tempat yang asing ini.

"Iya, inilah tempat kerja Milu. Besarkan?" tanyaku padanya.

Mata yang berbinar melihat tempat ini kemudian mengangguk dengan antusias. "Apa disana Lona bisa mendapatkan teman baru banyak?" tanyanya dengan menatapku.

"Tentu saja. Disana banyak sekali teman. Lona harus bermain dengan semuanya, ya. Jangan pilih-pilih teman," ujarku berpesan padanya.

"Oke, Milu."

Aku dan Lona masuk kedalam, dan kami disambut dengan antusias oleh anak-anak disini. Anak-anak yang berada disini adalah anak-anak dengan orang tua yang sangat sibuk.

"Luna, selamat pagi," sapa ibu kepala pengasuh.

"Pagi, bu."

"Dia, siapa?" tanyanya dengan ragu.

Aku mengerti. Aku memajukan Lona, memegang bahunya. "Dia Lona, bu. Keponakan saya," jawabku memperkenalkan Lona.

Ibu kepala pengasuh mengangguk mengerti. Aku mengajak Lona dan memasuki ruang bermain, tempat anak-anak berada.

"Lona, main disini dulu ya. Milu mau ke belakang, ganti baju kerja. Berteman dengan baik ya," pesanku.

Lona mengangguk mengerti. Aku memastikan Lona sejenak, setelah dirasa aman, aku melangkah ke belakang untuk berganti baju.

Aku kembali secepatnya dan mulai berinteraksi dengan anak-anak. Selain bermain, disini juga anak-anak belajar pembelajaran yang sederhana.

"Luna!" panggil ibu kepala pengasuh.

Aku menoleh dan menuju ke beliau. Aku melihat anak-anak kecil, imut, dan juga manis di sebelah kiri dan kanan ibu kepala pengasuh.

"Mereka adalah anak-anak yang baru datang hari ini," ujarnya.

Aku mengangguk. Mulai menunduk dan mensejajarkan tubuhku dengan mereka. "Hallo, namaku Luna," sapaku.

Aku melihat yang laki-laki bersembunyi di belakang kaki ibu kepala pengasuh. Dan yang satunya lagi menatapku dengan antusias.

"Maaf ibu pengasuh. Dia itu malu-malu. Aku Rara dan dia Keano. Kami kembar," balasan sapa yang ku dapat dari salah satunya.

Aku tersenyum menanggapi hal itu. Aku mengulurkan tangan kepada mereka. Gadis kecil itu meraih tangan ku. Sedangkan satunya lagi bergandengan tangan dengan Rara.

"Ibu pengasuh. Apa ibu itu peri?" pertanyaan polos keluar dari Rara.

Aku tertawa geli. "Apa ibu seperti peri?" tanyaku menggoda mereka.

"Iya," jawabnya tegas.

"Baiklah, Rara boleh menganggap ibu ini sebagai peri," jawabku.

Dapat ku rasakan genggaman tangannya semakin menguat. Aku menatap bocah itu dan tersenyum tipis. Anak yang lucu, begitulah pikirku.

"Rara, Keano, disini adalah tempat bermain. Kalian akan bermain dengan teman-teman disini. Semoga Rara dan Keano betah disini ya," ujarku tersenyum pada mereka.

"Baik, ibu pengasuh."

Aku pergi sebentar untuk mengambilkan susu dan beberapa cemilan untuk anak-anak.

"Milu!" panggil Lona.

"Ada apa, Lona?" tanyaku.

Aku melihat raut ketakutan dari wajahnya. "Kenapa Lona?" tanyaku kembali.

"Itu, bertengkar," ucapnya tak jelas.

Aku menggendong Lona dan segera ke tempat bermain. Baru didepan pintu, sudah terdengar suara tangisan yang nyaring. Aku membuka pintu itu kuat. Dapat ku lihat rekan ku yang lain tengah mencoba untuk menangkan anak yang menangis. Dan yang satunya lagi sedang menahan seorang gadis. Rara? Dengan Keano yang menahan tangan gadis itu.

"Ada apa ini?" tanyaku risau.

Anehnya yang menangis adalah anak yang laki-laki. Aku memijit pangkal hidungku, pening melanda kepala.

"Tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja Rasyid menangis dengan kencang," sahut salah satu rekanku Nina.

"Disaat kami bertanya, tak ada satupun yang menjawab," sambungnya kembali.

Aku menghela napas sejenak. Menutup pintu pelan, dan duduk didepan mereka.

"Rara, Rasyid, ayo kesini," titahku pada mereka.

Rasyid awalnya menggelengkan kepala, sedangkan Rara mengikuti perintahku dengan patuh. Ajaran gadis ini sangat baik.

"Tidak apa-apa, Rasyid. Ibu pengasuh tidak akan marah. Ibu hanya ingin bertanya pada Rasyid," ujarku membujuk.

Kini keduanya telah duduk didepan ku. Rasyid mengusap air matanya yang masih mengalir.

"Ada yang mau menjelaskan apa yang telah terjadi?" tanyaku penuh kehati-hatian agar mereka tidak terkejut dan membuat mereka takut.

"Dia duluan ibu pengasuh," adu Rara.

"Coba jelaskan," ujarku lembut.

"Tadi, aku dan Keano sedang bermain dengan teman-teman yang lain. Tapi, tiba-tiba Rasyid datang dan langsung mendorong Keano, sampai Keano jatuh. Aku langsung berdiri dan mendorongnya kembali," jelasnya padaku.

"Kata ayah, kalau ada jahat harus dibalas," sambungnya dengan cemberut.

"Rasyid, apa yang dijelaskan oleh Rara itu benar?" tanyaku.

Ia mengangguk, mengakui kesalahannya. "Rasyid, apa yang telah kita pelajari selama ini? Apa kita boleh berbuat jahat pada teman?" tanyaku padanya.

Ia menggeleng. "Ti...dak," jawabnya terbata-bata.

"Baiklah, sekarang apa yang harus Rasyid lakukan, sayang?" tanyaku padanya.

"Me...min...ta, ma...af," ucapnya tersendat-sendat karena tangisannya tadi.

Aku tersenyum, lalu mengusap kepalanya. "Rasyid tahu kan harus berbuat apa?" tanyaku.

"I...ya, bu." Rasyid menghadap Rara dan mengulurkan tangannya, meminta maaf lalu beralih pada Keano dan meminta maaf.

Kini aku beralih menatap Rara. "Rara," panggilku.

Gadis itu menoleh menatapku.

"Memang, hal tersebut ada benarnya. Tetapi, alangkah baiknya kita saling memaafkan satu sama lain, bukan begitu?" tanyaku menggenggam tangannya seraya menepuknya pelan.

Ia menunduk dalam. "Iya, aku tahu Ibu pengasuh. Maafkan aku," ujarnya pelan.

Aku tersenyum maklum, menepuk kepalanya. Ia menoleh kearahku. "Pertengkaran itu adalah hal yang biasa terjadi antar sesama teman. Tetapi, setelah itu kita harus berbaikan dan saling memaafkan. Ibu harap, hal seperti ini tidak terjadi lagi kedepannya," ucapku tersenyum padanya.

"Iya, bu."

...To be continue ...

1
LISA
Jadi ibu RT saja Luna..mengurusi si kembar
harwanti unyil
awas entr jadi buncin
pinka
Kasian Luna, paling males kalo ga bisa lepas dari masalalu
LISA
Kasihan Rara..dia takut klo ditinggalkan Ibu Luna..
Nia Black
sabar Luna tunggu revan bucin sm kamu
LISA
Happy wedding Luna & Revan..bahagia selalu y..Revan hrs bisa mencintai Luna
LISA
Wah udh kurang 3 hari nih
LISA
Sebenarnya Luna juga masih ragu utk menikah
Greenindya
Raisa
LISA
Oke gpp Kak..met istirahat y Kak..bsk udh fresh lalu lnjt lg 😊
LISA
Luna masih cinta sama Aldo trs gmn nih rencana pernikahannya
LISA
Wah CLBK nih 🤭
Dewi Suntana
revan . jgan dingin ntar bucin sendiri .
LISA
Syukurlah Revan mau memberi waktu lbh lama utk Luna
Dewi Suntana
sudah di rencanakan tenpo2 hari . ama ortu kalian 😁😁
LISA
Syukurlah Luna menerima lamaran dari Revan..tetapkan langkahmu Luna..Revan pasti pelan² mencintaimu
Anna Khairurr
Lumayan
Deeha
Alhamdulillah akhirnya diterima lamaran revan🥰
LISA
🤭 Luna bener² kaget nih 😊
LISA
Revan akhirnya mengambil keputusan yg tepat..Alm istrinya sdh merestui dia utk nikah lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!