Tarik Ulur Cinta

Ia langsung meninggalkan ruangan Arion tanpa memperdulikan ekspresi Arion saat itu. Dante dan Pertiwi yang melihat ekspresi Jemima saat keluar dari ruangan Arion, menjadi ragu dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Pertiwi tadi.

“Bli, apa aku salah ya? Kayaknya Bu Mima sama Pak Arion, bertengkar ya?” bisik Pertiwi yang lagi-lagi hanya dibalas dengan anggukan oleh Dante. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi marah pada wajah Jemima. Jemima masuk ke ruangannya dan menutup pintu dengan sedikit keras yang membuat dirinya dan kedua bawahan yang sejak tadi memperhatikan gadis itu menjadi terkejut..

“Aduhhh, kaget!” gumam Jemima sembari menyentuh dadanya. Ia mengumpat kala mengingat pertanyaan dari Arion tadi. Ia menjadi saat kesal karena Arion bersikap seolah ia berhak bertanya tentang kehidupan pribadi Jemima, setelah penolakan yang dilakukan oleh lelaki itu terhadap rencana perjodohan mereka.

Kemudian, ia seolah teringat akan sesuatu yang membuat dirinya kembali mengumpat.

“Rusli, tanggung jawab! Ini semua karena lu!” teriak Jemima saat menghubungi Rusli. Jemima menceritakan tentang semua hal yang terjadi hari itu. Penuturan dari Jemima, malah membuat Rusli tertawa dengan keras.

“Ehmmm, udah kemakan umpan dia ‘kan? Kapoklah dia sekali ini kita buat! Makanya engga sok jual mahal…, jual murah ya pasti laris manis sih! Hihihi!” Balasan Rusli membuat Jemima semakin kesal. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana bila bertemu dengan Michael. Ia sudah mempergunakan nama Michael tanpa meminta izin terlebih.

Ia tidak tahu mengapa ia dengan spontan menjawab Arion tanpa berpikir terlebih dahulu. Emosi terlalu menguasai dirinya sehingga ia tidak bisa menguasai kata-kata yang keluar dari mulutnya lagi. Dengan berat hati, Jemima terpaksa menghubungi Michael dan menjelaskan kepada lelaki itu tentang masalah yang sudah ditimbulkannya.

“No worries, Mima. Aku udah tahu dari Rusli, dan aku senang-senang aja kok! Kamu boleh pakai nama, status, bahkan warisan aku!” goda Michael yang membuat Jemima terkejut.

“Bapak jangan becanda, saya udah engga enak hati, karena bawa-bawa nama Bapak dalam masalah saya dan Arion!” balas Jemima.

Sesaat lalu, tidak ada jawaban dari Michael. Jemima memilih diam dan menunggu, ia mengetahui bahwa Michael pasti tengah memikirkan sesuatu. Anehnya, situasi saat itu malah membuat gadis itu menjadi gugup. Jemima mengenal Michael dengan baik, ia mengetahui pada saat Michael diam, maka akan ada pertanyaan atau pernyataan yang akan membuat lawan bicaranya terkejut.

“Mima, kamu cinta sama Arion?” Sesuai dengan tebakan Jemima, pertanyaan dari lelaki itu membuat Jemima terdiam sembari menghela nafas berat.

Lama Jemima berdiam diri, sebelum akhirnya ia membuka suara.

“Kalo saya bilang, saya bingung, apa bapak percaya? Saya bingung sama perasaan saya ke dia. Saya berpikir saya engga ada rasa sama Rion, tetapi waktu Arion menolak perjodohan kami secara terang-terangan saya merasa terluka. Kalo saya bilang saya cinta sama dia, sampai detik ini saya masih ragu dengan hal itu. Gimana dong, Pak?” keluh Jemima yang membuat Michael tersenyum dari seberang panggilan.

“Baiklah, tapi aku rasa engga lama lagi, kamu akan memahami perasaan kamu ke Arion dengan jelas. Kalo memang nanti kamu ternyata engga cinta sama dia, apa kamu mau mencoba untuk menjalin hubungan dengan aku?”

Deg!

Pertanyaan Michael yang sangat “to the point” membuat Jemima terguncang. Ia merasa kesulitan bernafas karena debaran jantungnya yang berpacu dengan cepat. Ia tidak bisa menjawab Michael, sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri panggilan itu secara sepihak . Ia tidak menyangka akan mendengar seorang Michael mengeluarkan kata-kata seperti itu, karena ia sudah mengenal Michael selama bertahun-tahun dan tidak pernah ada hubungan yang lebih di antara mereka.

Selama Jemima mengenal Michael pun, ia tidak pernah merasakan perhatian lebih yang ditujukan oleh Michael kepada dirinya. Bila Michael mencintai dirinya, sudah pasti lelaki itu akan menahan dirinya di Jakarta, alih-alih menyuruh Jemima pindah ke Bali. Ia semakin dilema dengan semua yang terjadi, ia masih belum menyelesaikan masalahnya dengan Arion, kini ia juga harus berhadapan dengan Michael.

Jemima ingin mengutuki Rusli yang menjadi penyebab, bertambahnya masalah yang harus ia hadapi.

***

Saat menjelang makan siang, pintu ruangan kerja Jemima diketuk dan muncullah Pertiwi dari balik pintu. Gadis itu tersenyum manis pada Jemima yang membuat Jemima merasa was-was. Ia merasa pasti ada sesuatu yang sedang terjadi, gelagat Pertiwi seolah menunjukkan hal tersebut.

“Bu Beata, ada Pak Michael dan Pak Rusli dari Jakarta yang katanya datang mau jumpai ibu! Bu, bapaknya ganteng-ganteng bangettt!” ujar Pertiwi dengan sedikit centil yang membuat Jemima mendesah pasrah.

‘Ampun…, kenapa ini orang berdua malah datang ke kantor! Mati aku!’ Jemima merutuki nasib sialnya sejak kedatangan Rusli dan Michael ke Bali. Ia menyesali sikapnya yang sudah memilih untuk membicarakan masalahnya dengan Arion, kepada Rusli dan Michael. Ia juga merutuki kebodohannya karena menyetujui rencana Rusli.

Jemima akhirnya keluar dari ruangannya dan menemui kedua lelaki yang saat itu ternyata tengah berada di ruangan Arion.

“Mana tamunya, Tiw?” tanya Jemima saat tidak mendapati Rusli dan Michael.

“Dua bapaknya diajak masuk ke ruangan Pak Arion, Bu. Ternyata kedua bapak ganteng itu, HRD dari kantor pusat di Jakarta ya, bu?” Pertiwi terlihat begitu penasaran dengan jawaban Jemima. Jemima memilih tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dan bersiap menuju ruangan Arion.

Ia tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana, ia hanya memasrahkan diri pada kehendak Tuhan dan memastikan bahwa masalah yang ada tidak akan semakin runyam. Jemima mengetuk pintu dan masuk setelah ada izin dari Arion.

“Sayang, kamu udah datang! Kami engga mengganggu ‘kan?” ujar Michael secara terang-terangan yang membuat Jemima meremas celana kerjanya. Ia memaksakan diri untuk menyinggungkan senyum, sembari menjawab pertanyaan dari Michael.

“Ahh, gapapa kok. Aku pikir kalian tadi masih nunggu di luar! Ehm, bukannya kita janjian nanti malam mau ketemuan, kenapa kalian malah datang ke kantor?” Jemima terpaksa berbohong demi menjawab pertanyaan dari Michael.

‘Kebohongan yang dilakukan satu kali, akan menimbulkan kebohongan-kebohongan berikutnya, ternyata pepatah itu benar!’ Jemima menangis di dalam hatinya karena ia harus terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan itu.

“Pak Michael katanya kangen, jadi pengen ke hotel nemuin kamu. Sekalian ngajak makan siang bareng!” jelas Rusli yang langsung mendapat pelototan dari Jemima. Sifat provokatif Rusli telah menjerumuskan dirinya ke dalam situasi dilema, yang membuat ia sangat frustasi. Ia mencoba mengalihkan pandangannya ke arah Arion, yang terlihat tetap tenang dan sibuk meminum kopi dari gelas yang ada di tangannya.

“Ekhem, Rus…. Lu sejak kapan jadi jubirnya Michael?” ketus Jemima yang tidak berhasil menutupi nada kesal yang terlontar dari bibirnya.

Rusli memandang Jemima dengan tatapan geli.

“Ehmm, Pak Arion gimana mau makan siang bareng kami? Saya juga minta ijin untuk membawa asisten bapak untuk makan siang bersama kami, ya!”