Memilih Menikah

Setidaknya aku sadar,semenjak kita tinggal di atap yang sama dan di satu ruangan yang sama,perasaan ku mulai hilang perlahan kepada Mina,aku dulu memang mencintai nya tapi aku berusaha untuk menepis rasa itu lebih dalam semenjak ijab kabul terucap dan kamu menjadi istri ku Khairunnisa.

Isi dalam hati Zavier saat mata nya memandangi Nissa yang tertidur pulas di sebelah nya.Nissa lebih sedikit nyaman perutnya saat tangan Zavi terus mengusap.

Bibir Zavi tersenyum lebar,pemandangan yang sangat indah yang Tuhan ciptakan.

Nissa adalah gadis yang tidak mengerti apapun tentang hubungan ku dengan Mina,aku bahkan sangat jahat pada nya.

Zavier pun mulai perlahan memejamkan mata setelah mematikan lampu tidur disebelahnya.Hanya lampu di sebelah Nissa saja yang menyala karena istrinya takut gelap.

Hari berganti hari mereka lalui.Berada di kediaman papah dan mamah selalu menjaga Nissa,hati menantu nya sangat lembut sehingga mereka harus menjaga nya benar benar.Nissa tergolong wanita kuat,meski tidak pernah mengeluh kadang kala ia sendiri dan sering termenung.

Beberapa kali dalam seminggu ke depan Zavi sering meminta ijin untuk melihat Mina,janji Zavier selalu tepat untuk pulang tepat waktu sesuai saat berpamitan.Nissa pun mengijinkan begitu pula Galina.

Pernikahan Mina akan digelar lusa dan dihadiri seluruh keluarga inti,tidak ada tamu undangan penting dan hanya beberapa rekan kantor saja.

"Kak Nissa,apa hukumnya menikah seperti kak Mina?" tanya Eleana tiba tiba.

Mereka sedang berkumpul di ruang tengah untuk sekedar merangkai bunga di vas.Nissa pun termangu dan menoleh pada Zavi sesaat,bukan hanya Nissa yang terkejut Zavi bahkan langsung melihat istrinya.

"Maksud nya bagaimana eL?" tanya Zavier.

"Kakak Mina sedang mengandung bukan, sementara mereka belum menikah.Kak Nissa dan Kak Zavi saja sudah menikah beberapa bulan yang lalu tapi perut kak Nissa belum sebesar kak Mina" ucap eL,ia tidak merasa sungkan dan bertanya dengan lugu nya.

Tiba tiba Riza berdehem "eL..nanti juga kak Nissa sama seperti kak Mina!" ucap Riza.

"Memang boleh begitu Pah,hamil dulu baru menikah?" tanya Eleana.

"Tidak..." Nissa langsung menjawab.Mereka pun menoleh,semua tertuju pada Nissa.

"Islam tidak membolehkan itu,terlebih lagi pacaran.Alangkah baiknya jika pacaran setelah halal,ada juga ta'aruf.Jangan pernah menyalah artikan kata ta'aruf sebagai perkenalan dan kita bisa bebas bertemu.Ta'aruf justru hanya bertemu saat perkenalan,meminang,dan ijab kabul itu kalau bagi kakak."

Eleana pun mengangguk.

"Jika yang terjadi pada Mina atau hamil dulu baru menikah.Harusnya pernikahan dilakukan setelah melahirkan,namun sering terjadi di masyarakat umum sang ibu atau anak di pergunjing kan.Mereka menikah hanya untuk menutupi aib,namun nanti setelah anak itu lahir dan setelah masa nifas boleh melakukan ijab kabul lagi untuk menghidupkan pernikahan nya kembali,atau menghalalkan mereka bersentuhan"

Nissa berhenti bersuara dan menunggu Eleana berkomentar,namun gadis itu diam.

"Eleana paham?..Itu hanya menurut pandangan kak Nissa saja,jika eL ingin tahu lebih jelas nanti kalau ketemu Abi bisa ditanyakan" Nissa tersenyum,begitu pula eL dia membalas senyuman Nissa.

Happ!!

"eL senang punya kakak seperti kak Nissa!" ucap El yang tiba tiba memeluk pinggang Nissa dari samping.Wanita itu pun membalas pelukan eL.

Melihat pemandangan itu,Galina yang sedang memotong tangkai mawar tersenyum melihat nya.

"Nanti kalau eL sudah siap, eL mau memakai kerudung seperti kak Nissa.."

"Memakai cadar?" Imbuh Galina.

"Jangan dulu Mamah,kalau itu berat.Pelan pelan saja.Iya kan kak?"

Nissa mengangguk.Ia senang dengan ucapan Eleana,paling tidak gadis yang mulai menginjak dewasa itu sudah mempunyai keinginan untuk lebih memperbaiki diri mendekat kepada Tuhan nya.

.

.

.

Malam hari...

Kedua nya dikagetkan oleh ponsel Nissa yang berdering tengah malam.Nissa menggeser kepala Zavi yang berada di bahu nya.Lelaki itu bangun namun tetap diam dan membiarkan Nissa meraih ponselnya sendiri.

"Sebentar..." ucap Nissa

"Alarm mu terlalu dini Nissa,kita baru sebentar tidur!" keluh Zavi,ia pun meraih bantal guling dibawah kaki nya.

"Itu bukan alarm,itu telfon.Sebentar aku lihat,tapi dimana ponsel ku Zavi?"

Ternyata di atas nakas tidak ada,namun suara nya begitu melengking.

"Di tas,aku belum mengeluarkan nya tadi!" jawab Zavi,suara nya serak dan tak begitu jelas.

Nissa pun turun dari ranjang dan meraih tas nya sendiri.

"Ummi?..." gumam nya sendiri,mendengar itu Zavi langsung membuka mata dan duduk memandangi istrinya.

Nissa pun menjawab panggilan Ummi Zaenab.

"Assalamualaikum Ummi?" jawab Nissa.

Diseberang sana terdengar samar Ummi bicara,ponsel yang tidak di loud speaker membuat Zavi penasaran,ia pun mengerutkan keningnya seraya bertanya ada apa pada Nissa,namun istrinya hanya berkedip.Raut wajah Nissa bahkan berubah drastis,Zavi bisa melihat itu.

"Iya Ummi,Nissa akan pulang ke Jogja hari ini juga..."

...

"Nissa menunggu pagi dan meminta izin Zavi lebih dulu Ummi"

....

"Tapi Ummi?.."

...

"Walaikumsalam..."

Ponsel dimatikan.Zavi turun dari ranjang dan mendekati istrinya yang sedang duduk di karpet.

"Kenapa?" tanya Zavi.

"Abi menginginkan aku pulang karena beliau mendengar masalah kita kemarin dari Budhe Murni, Budhe tidak sengaja bercerita dengan suara keras.Abi marah dengan ku karena tidak mengabari sedikit pun keadaan ku disini.Seperti nya aku harus ke Jogja sekarang,jam berapa ini Zavi?"

Nissa berdiri meraih travel bag yang tidak cukup besar,Zavi masih termangu di sana.

"Kamu benar akan pulang sekarang juga Nissa,ini baru jam setengah dua pagi.Lagi pula Mina menikah lusa,apa kamu tidak hadir?" ucap Zavi.

Istri nya pun menoleh "Aku akan hadir lusa,masih ada hari esok untuk membuat Abi mengerti dan aku akan kembali lagi sebelum pernikahan dilaksanakan."

Bohong jika Nissa baik baik saja,Zavi bahkan masih memikirkan Mina walaupun mertua nya sendiri yang meminta nya pulang.

"Jika kamu tidak ikut tidak apa-apa Zavier,biarkan aku yang menjelaskan pada Abi!"

Nissa kembali menata beberapa baju nya dan dimasukan di tas.

.

.

.

To be continue