Arc 1 : The End Of A Beginning (Bab 1 ~ Bab 84)
Arc 2 : A New Beginning To The End (Bab 85 ~ ???)
...
Pada tahun 2067, terjadi sebuah bencana virus misterius yang dapat menjadikan suatu makhluk yang terinfeksi menjadi mayat hidup yang tak memiliki pikiran.
Bumi tak lagi menjadi tempat aman dan damai, melebihi perang dunia yang hanya terjadi di beberapa negara saja. Wabah ini menjadikan seluruh dunia menjadi neraka hidup yang tak layak huni.
Ini adalah cerita perjalanan Arthur Pendragon, yang mendapat kesempatan hidup kembali untuk ke dua kalinya setelah gagal dengan menyedihkan di kehidupan pertamanya, lengkap dengan pengetahuannya di masa depan.
Genre : Apocalypse, Mutant, Evolusi, Super Power, Fantasy, Action, Monster, Regression, Over Power.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kings Path, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : You Are Mine
Melihat wajah wanita yang berada di kakinya, membuat Arthur mengingat sesuatu. Ia tahu persis siapa itu. Wanita gila yang menjadi ketua pasukan The Undead di kehidupan sebelumnya. Namanya adalah Lily Rose.
"Wajah yang tak asing, kau Lily bukan?" Ucap Arthur.
"I-iya tuan. Tolong ampuni saya, aku akan melakukan apapun untuk anda," ucapnya meringkuk di kaki Arthur sambil ketakutan.
Melihat bahwa Lily yang ada di dunia ini masih belum menjadi Lily yang ia kenal dulu, membuat Arthur tersenyum jahat. Memikirkan sebuah rencana untuk memanfaatkan hal ini.
Ia pun segera memerintah Lily untuk melakukan hal yang gila, mengetesnya untuk mengetahui apakah dia memang wanita gila yang melakukan apapun untuk bertahan hidup.
"Apapun? Kalau begitu ... Penggal pria itu untukku," ucap Arthur sambil menunjuk ke arah Hanz.
Mendengar perintah Arthur, wanita tersebut langsung berjalan dengan cepat ke arah Hanz yang sudah tak sadarkan diri.
Mengeluarkan pisau di pinggangnya, ia menjambak rambut Hanz, lalu mengg*rok lehernya hidup-hidup hingga benar-benar terpisah dari badannya.
Lalu membawa kepala Hanz kedepan Arthur.
"Ini tuan," ucapnya dengan wajah memelas.
"Minum darahnya, maka aku akan mengampuni mu," ucap Arthur.
Secara mengejutkan, wanita tersebut tanpa berpikir, dan tak menunjukkan penolakan langsung meminum darah yang keluar dari kepala Hanz seperti seorang yang sedang kehausan.
"Apa sudah cukup tuan?" Tanya Lily dengan wajah yang sudah penuh dengan darah rekannya sendiri.
Melihat hal tersebut, sudut bibir Arthur terangkat, menampakkan senyum yang membuat bulu kuduk merinding.
"Kau persis seperti Lily yang ku kenal. Ikut aku," ucap Arthur turun kebawah.
Saat berada di bawah, Arthur pun menggendong tubuh Kai masih tak sadarkan diri.
"Sayat tanganmu," ucap Arthur.
Crat!
Lily langsung melukai tangannya, seakan tahu apa yang dimaksud oleh Arthur, ia meneteskan darahnya ke mulut Kai. Perlahan, tubuh Kai yang menghitam dan membengkak itu perlahan kembali normal, seiring banyaknya darah yang di minumnya.
Beberapa saat kemudian, sejak ia menggunakan darahnya untuk menyembuhkan Kai, ia terlihat semakin kelelahan.
"Hahh ... hahh~"
Terlihat wajah Lily yang memucat, sepertinya sudah terlalu banyak kehilangan darah, namun tak mengatakan apapun karena takut dengan Arthur, ia bahkan tak berani menatap wajahnya secara langsung.
Beberapa saat kemudian, saat Arthur merasa kondisi Kai sudah cukup membaik, Arthur pun menghentikan Lily, dan berjalan kedepan.
Lily dengan wajah pucat dan kepala yang pusing mengikuti Arthur sambil terhuyung-huyung.
Melihat punggung Arthur yang penuh dengan celah, wanita licik itu sama sekali tak berani melakukan apapun setelah melihat hal gila yang Arthur lakukan pada kedua mantan rekannya. Hanya diam, mengikuti Arthur dari belakang.
Melihat ke arah suatu minimarket, Arthur pun berhenti berjalan, berbalik melihat Lily.
"Lily, kau tunggu aku di minimarket itu, aku akan segera kembali. Jangan berfikir untuk kabur, kau tahu betul konsekuensinya."
Mendengar ucapan Arthur, Lily tak berani menjawab dan hanya mengangguk sebagai balasan. Ia pun berjalan pelan ke arah minimarket dan bersandar memulihkan tubuhnya.
Sedangkan Arthur kembali ke tempat dimana mobil mereka meledak, berniat menemui Evan.
"Evan! Dimana kau?" Teriak Arthur.
Tak lama, terdengar suara Evan.
"Disini ..."
Arthur pun mendekat ke sumber suara, dan mengarah pada sebuah showroom mobil mewah. Disana, Evan, Eliz dan Aina sedang duduk sambil membalut luka Evan.
"Kau juga terkena serangan?" Tanya Arthur melihat bahu kiri Evan dibalut menggunakan pakaiannya.
"Ya, aku tak sadar kalau ada sniper yang mengincar kita. Untung kau menyuruh kami untuk melompat dari mobil, jika tidak ..."
"Tak perlu dipikirkan, kalian memang selalu menjadi beban untukku."
...
"Ma-"
"Tapi itu adalah pilihanku untuk membawa kalian, jika memang aku akan celaka, maka aku tak akan menyesal, karena itu adalah pilihanku," lanjut Arthur.
"Oh, aku minta tolong padamu untuk menjaga Kai, kalian juga kembalilah terlebih dahulu ke kota J. Kau tahu jalannya kan?" Ucap Arthur.
"Eh? Memangnya kau akan pergi kemana?" Tanya Evan.
"Aku masih punya urusan di kota ini. Tapi tenang saja, aku akan kembali secepatnya."
...
Keluar dari showroom, Arthur kembali ke minimarket dimana Lily berada. Memakai topeng miliknya, sosok Arthur terlihat cukup menakutkan.
Namun sebelum kembali, Arthur terlebih dahulu memanggil trader di sebuah bangunan, lalu membeli suatu item darinya.
Membuka pintu supermarket, dia melihat Lily yang sepertinya tertidur sambil duduk bersandar di tembok. Arthur pun mendekat ke arahnya, dan berjongkok, mendekatkan wajahnya ke wajah Lily.
Sesaat kemudian, Lily terbangun. Melihat sosok bertopeng yang sangat dekat dengannya, membuat dirinya terkejut hingga reflek menyerangnya.
Tap!
Tapi serangan Lily dengan mudah ditepisnya, kemudian Arthur pun membuka topengnya, membuat bulu kuduk Lily naik.
"T-tuan ..."
"Shhh ..." Arthur memberikan sinyal, menyuruhnya tetap diam.
Arthur semakin mendekatkan wajahnya, hingga benar-benar dekat. Saat Lily menutup matanya, ia merasa ada sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirnya.
Saat membuka mata, ia terkejut karena kedua bibir mereka sudah menyatu. Perlahan, lidah Arthur masuk dengan gentle, tak ada perlawanan apapun dari Lily, ia merasa tak berdaya. Anehnya, ia sama sekali tak merasa benci pada Arthur, justru sebaliknya.
Tak lama, Arthur pun berhenti sejenak, membelai pipi Lily dengan lembut sambil tersenyum, berkata pelan.
"You are mine ..."
...
Beberapa saat kemudian, terlihat Arthur yang berada diluar minimarket, berniat pergi kesuatu tempat bersama Lily.
"Anda yakin ingin pergi ke sana tuan?" Tanya Lily yang terlihat sudah jauh lebih tenang saat berada di samping Arthur dibandingkan sebelumnya.
"Ya ... Aku ingin tahu siapa mantan pemimpinmu," jawab Arthur.
"Dia sangat kuat, banyak sekali orang dengan kekuatan setara dengan kami yang menjadi bawahannya."
"Jadi masih banyak setengah zombie tahap kedua dibawahnya."
"Em. Dia juga yang melatih dan membuat kami berevolusi seperti ini," ucap Lily sambil mengangguk.
Mendengar ucapan Lily yang memuji-muji sosok mantan pemimpinnya pun bertanya,
"Menurutmu, jika aku bertarung dengannya, siapa yang akan menang?"
...
Lily diam sejenak mendengar pertanyaan Arthur namun segera ia menjawab.
"Jika itu satu lawan satu saya yakin tuan akan menang, tapi jika seluruh anggotanya ikut membantu, saya takut."
"Begitu ya ... Terimakasih sudah jujur," ucap Arthur mengelus kepala Lily.
"Iya tuan ..." Ucapnya pelan dengan wajah memerah.
Melihat reaksi Lily yang tersipu malu, membuat Arthur puas. Dalam benaknya, ia berkata,
'wanita memang makhluk yang hebat dalam menipu. Tapi sebaliknya, mereka juga yang paling mudah untuk ditipu, apalagi sudah menyangkut yang namanya 'cinta'.'
Lily tak tahu, kalau perasaannya saat ini sedang dimanipulasi oleh sebuah item yang Arthur tanam saat ia sedang berciuman. Ia akan menganggap Arthur segalanya baginya, dan akan menuruti semua kemauannya tanpa alasan yang jelas.
Bersambung>>
/Smile/