NovelToon NovelToon
Jodoh Di Atas Kertas

Jodoh Di Atas Kertas

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak
Popularitas:845.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Kopii Hitam

Untuk membalas budi kepada Elkan yang sudah melunasi hutang ayahnya, Yuna terpaksa menikahi pria yang tak dia kenal itu. Hati Yuna hancur, dunianya seakan runtuh saat mendengar dua orang saksi berkata sah.

Disaat malam pertama yang tak diinginkannya itu, kegundahan hati Yuna lenyap seketika. Elkan ternyata hanya memberinya status sebagai seorang istri, bukan hak menjadi seorang istri. Yuna bahkan harus menandatangani sebuah perjanjian tertulis malam itu juga.

Mengetahui kenyataan yang sebenarnya, Yuna tentunya sangat bahagia. Namun dia harus menanggung siksaan bertubi-tubi karena hinaan dan perlakuan Elkan yang selalu melukai perasaannya.

Akankah Yuna sanggup bertahan menghadapi sikap Elkan yang kasar?
Ataukah dia malah terikat dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati?

Halo Kakak 🖐
Intip yuk bagaimana kelanjutan ceritanya!
Jangan lupa dukungannya ya! Agar author lebih semangat lagi dalam menulis.

Lope lope segudang untuk kalian semua 🥰🥰🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

J.D.A.K BAB 31.

**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam

Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**

**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya

Happy Reading**

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sore hari, Bu Asih memukul kentongan sesuai permintaan Alvi. Namun sebelum itu, Bu Asih terpaksa mengikuti permintaan Yuna.

Di sungai, suara kentongan itu sayup-sayup terdengar di telinga Alvi. Dia menghentikan kegiatannya memancing ikan, lalu mengajak Elkan pulang ke rumahnya.

Seharian di sungai membuatnya begitu lelah, begitupun dengan Elkan. Keduanya nampak lesu, ikan hasil tangkapan mereka juga tidak seberapa.

Sepanjang perjalanan pulang, wajah Elkan nampak begitu sendu. Meski dia sudah berusaha mengikhlaskan Yuna, tetap saja hatinya sedih membiarkan istrinya pergi.

"Apa Kak Elkan menyesal?" tanya Alvi memulai percakapan.

"Tidak ada yang perlu disesalkan, ini sudah takdirku." jawab Elkan dengan datarnya.

"Bukan takdir, tapi Kak Elkan sendiri yang menjadikan ini sebagai takdir. Jika Kak Elkan mau berusaha, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini." jelas Alvi.

"Hahaha, anak kecil jangan sok tau! Emangnya kamu pernah jatuh cinta?" tanya Elkan, dia berusaha terlihat tegar. Namun tawanya terdengar sedikit dipaksakan.

"Aku memang tidak pernah jatuh cinta, tapi aku mengerti bagaimana perasaan wanita." tegas Alvi begitu meyakinkan.

"Sudahlah Alvi, ini tidak semudah yang kamu pikirkan! Ayo cepat, Kakak sudah lelah!" ajak Elkan sembari mempercepat langkahnya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 menit, keduanya sampai juga di depan rumah. Karena hari sudah mulai gelap, keduanya langsung masuk ke dalam rumah.

"Sore Bu," sapa Elkan dan Alvi bersamaan.

"Sore, bagaimana hari kalian?" jawab Bu Asih dengan santainya.

"Menyenangkan," Elkan tersenyum kecil, kemudian menatap koper yang ada di sudut pintu.

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Elkan sembari menautkan alisnya.

"Sudah, Beno meninggalkan barang-barang itu untukmu." jawab Bu Asih.

"Apa mereka meninggalkan pesan untukku?" tanya Elkan ingin tau, kemudian mengambil paper bag yang tersusun di atas koper, lalu menekuk kakinya di dasar lantai.

"Tidak ada. Setelah meninggalkan barang-barang ini, mereka langsung pergi." jawab Bu Asih dengan santainya.

Mendengar itu, Elkan mengusap wajahnya kasar, hembusan nafasnya terdengar berat.

"Alvi, kemarilah!" panggil Elkan, lalu membuka sebuah paper bag yang berisikan sebuah kotak.

"Ada apa Kak?" tanya Alvi sembari mendekat, lalu duduk bersila di samping Elkan.

"Ini untukmu, ambillah!" Elkan menyodorkan kotak tersebut ke tangan Alvi.

"Apa ini Kak?" tanya Alvi kebingungan.

"Ponsel baru untukmu, yang lama kasih sama Ibu saja!" ucap Elkan sembari tersenyum.

"Kak Elkan yakin? Ini mahal loh Kak," sahut Alvi seakan tak percaya.

"Ambil saja, jangan banyak bicara!" tegas Elkan, kemudian mengacak rambut Alvi layaknya seorang adik.

"Nak Elkan, kenapa membuang uang untuk hal yang tidak perlu seperti ini?" tanya Bu Asih sembari menautkan alisnya.

"Siapa bilang tidak perlu? Jaman sekarang semua orang membutuhkan smartphone seperti ini, kalian bisa mengetahui kehidupan di luar sana lewat ini." jelas Elkan.

Elkan kembali bangkit dari duduknya, kemudian membuka koper dan mengeluarkan pakaian yang akan dia kenakan.

"Alvi, tolong bawa koper Kakak ke rumah pohon ya! Kakak mau mandi dulu," pinta Elkan, lalu melangkah menuju dapur.

Setelah Elkan menghilang dari pandangannya, Alvi pun mengangkat koper dan paper bag milik Elkan menuju rumah pohon, kemudian menaruhnya di sudut ruangan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 9 malam, Elkan meninggalkan semua orang di beranda rumah. Dia sudah sangat lelah dan ingin beristirahat.

Sesampainya di rumah pohon, Elkan membaringkan tubuhnya di dasar lantai yang hanya beralaskan tikar, lalu menutup sebagian tubuhnya dengan selimut.

Saking lelahnya, tidak butuh waktu lama bagi Elkan untuk tertidur. Bahkan mulutnya sampai mengeluarkan suara dengkuran yang lumayan keras.

Tidak lama, Bu Asih masuk ke kamarnya. "Keluarlah, Elkan sudah naik ke rumah pohon!"

"Makasih ya Bu atas bantuannya. Lihat saja, aku akan memberi pelajaran untuk suamiku yang kejam itu!" geram Yuna dengan tatapan yang sangat tajam.

"Jangan begitu! Bagaimanapun, Elkan itu suamimu. Pria yang harus kamu hormati, jangan membuat kesalahan jika ingin memperbaiki rumah tangga kalian!" jelas Bu Asih mengingatkan Yuna.

"Ibu tenang saja, aku tau apa yang harus ku lakukan!"

Setelah berbicara panjang lebar, Yuna pamit menyusul Elkan yang sudah masuk ke alam mimpinya.

Di depan pintu, Yuna menghela nafas berat, lalu membuangnya kasar. Dia pun mendorong pintu dengan perlahan, lalu menutupnya kembali.

"Dasar suami tidak punya hati, enak sekali tidurmu setelah membohongiku dengan kepergian palsumu." gumam Yuna penuh kekesalan, ingin sekali dia memukuli Elkan untuk melepaskan sakit hatinya. Namun saat melihat wajah lelah suaminya, Yuna pun mengurungkan niatnya.

Yuna membaringkan tubuhnya di samping Elkan, lalu masuk ke dalam selimut yang sama dengan suaminya.

Beberapa menit berselang, Elkan menggeliat dan memeluk Yuna layaknya sebuah guling. Bahkan wajah keduanya hampir saja bersentuhan.

Melihat wajah Elkan yang begitu lelap, seulas senyum terpahat indah di wajah Yuna. Dia sadar betapa kejamnya mulut Elkan selama ini. Meskipun begitu, Yuna tidak bisa membenci suaminya itu.

Elkan kembali menggeliat saat merasakan hawa nafas Yuna yang begitu hangat, rasanya seperti mimpi, namun berasa sangat nyata. Elkan membuka matanya perlahan, seketika dia terlonjak kaget melihat wajah Yuna yang hanya berjarak beberapa cm saja dengan wajahnya.

"Yuna," gumam Elkan dengan mata melotot tajam, wajahnya terlihat pucat seperti melihat hantu.

Elkan bergegas bangkit dari pembaringannya, dia terduduk lesu sembari bersandar pada permukaan dinding.

"Kenapa kaget begitu?" tanya Yuna sembari tersenyum miring, kemudian ikut duduk di hadapan Elkan.

"Yuna, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah Beno sudah menjemputmu?" tanya Elkan dengan kening sedikit mengkerut, dia masih tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Brengsek! Suami macam apa kau ini hah? Beraninya kau membohongiku," umpat Yuna meluapkan kekesalannya, lalu memukul dada Elkan berulang kali.

"Cukup Yuna! Apa kamu ingin membunuhku?" tanya Elkan sembari menahan tangan istrinya.

"Kau benar, aku ingin sekali membunuhmu dengan tanganku ini." Mata Yuna berkaca-kaca mengatakan itu.

"Aku benci kau Elkan, aku benci." Cairan bening itu akhirnya tumpah membanjiri pipi Yuna, dia sampai terisak menahan kepedihan di hatinya.

"Maafkan aku, aku tau kesalahanku tidak akan pernah termaafkan. Aku juga tau kalau kamu sangat membenciku, aku pantas menerima ini."

Elkan melepaskan tangan Yuna dari genggamannya, air matanya ikut menetes melihat tangisan istrinya.

Karena tak sanggup menahan diri, Elkan akhirnya memilih bangkit dari duduknya. Saat hendak melangkah pergi, Yuna dengan cepat memeluk kakinya.

"Yuna, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini, cepat lepaskan aku!" pinta Elkan yang sudah dikuasai emosinya, tangisannya sudah tak bisa dibendung lagi.

"Aku tidak akan melepasmu, kau harus bertanggung jawab atas rasa sakit ini!" isak Yuna sembari melilit paha Elkan dengan erat.

Karena tak bisa menggerakkan kakinya, Elkan pun mengalah. Dia kembali duduk, lalu menyeka wajahnya dengan kasar. Dia sadar atas luka yang sudah dia torehkan di hati Yuna.

Bersambung...

1
Hᵃⁿʸᵃ ʳⁱⁿᴅᵘ
mampir thorr
Lena Sari
akhirnya menyadari jga.
Mamah Enung
paling mmh nya elkan kerjasama sama orang dalam nebak nebak aja sih
Nur Roudhotul Janah
knp cerita muter-muter ya thor
Erna M Jen
sombong sekali ya..si elkan
Vani_27
berbelit
Apriana Suci
Luar biasa
Aswi Yanti
buah dari kesabaran Elkan dalam menuggu sadarnya Yuna dari koma
lanjut👍
Omi Rohimah Omi
Luar biasa
Sri mulyanah Mulya
semua kalau di kerjakan dengan ikhlas jadi ringan TDK jadi beban
Enung Samsiah
yuna jngn marah marah terus suami palsumu aneh otaknya geser kali,, wkkw wkwk,,,
Jusniar AJ
lanjut
Yani Mulyani
Kecewa
Salsabila Saiful
Luar biasa
Jeni Safitri
Benar kata krg jodoh cerminan diri, sama" meras dan bisa kasar😊🤭
Lisa Icha
hi Thor Aku mampir LG Di karyamu ini.Semangat nulisnya.
Nurlaila Hasan
syukurin lelaki sombong,,, maaf yah jg gregetan akoh
Kopii Hitam: Makasih kk udah mampir 🙏🥰🥰🥰
total 1 replies
Kasmiwati P Yusuf
tak bentur pala mu dinding biar oon beneran kau jd org..
Darmawan Aja
kisah beno n rini di mulai..
Ifa Masrifah Basman
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!