Susah payah Rico mengumpulkan kepingan hatinya yang berserakan karena dua kali penolakan dari gadis yang merupakan cinta pertamanya.
Disaat dirinya sudah mulai kembali menata hidup tanpa lagi memikirkan cinta.
Hidupnya yang tenang kembali harus jungkir balik setelah secara terpaksa harus memenuhi permintaan sang mama untuk menikahi seorang gadis yang masih sangat belia.
Tak mampu menolak hingga pada akhirnya Rico memilih untuk mengajukan syarat.
"Aku tak akan mendua apalagi sampai menikah lagi, tapi bukan berarti kau berhak atas diriku. Jangan pernah mencintaiku karena cinta bagiku adalah sebuah kemunafikan belaka. Kau bebas dengan hidupmu dan aku dengan kehidupan ku meski kita terikat pernikahan." .... Rico Aditama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Vino datang bersama 3 orang anak buahnya. Entah apa yang diinginkan tuan muda Aditama tersebut. Rico hanya memintanya datang ke alamat yang telah dia kirim dengan membawa beberapa orang, tanpa penjelasan detail.
Suara bel berbunyi membuat Rico dan Deviana segera menoleh ke arah pintu. Gerbang yang memang tak tertutup rapat dari tadi memudahkan Vino dan yang lainnya masuk karena memang telah ditunggu oleh Rico.
"Kak Vin, terimakasih sudah datang." Rico menyambut kedatangan Vino dan memeluk laki-laki itu hangat. Senyum juga tersungging di bibirnya, dia pun melakukan hal yang sama pada 3 orang anggota organisasi yang mengikuti Vino.
"Ada masalah apa hingga kamu meminta ku untuk datang??" Vino mengerutkan keningnya, selama ini Rico tak pernah meminta bantuannya.
Bersama dengan Roy kedua pemuda itu saling melengkapi. Tak jarang, Vino bahkan menawarkan bantuan dari yang ringan hingga yang berat. Namun lagi dan lagi keduanya menolak tegas.
Hanya sekali disaat mama Yenni meminta bantuannya untuk mencari orang yang bisa dipercaya untuk menjaga Deviana dan Adit di rumah yang wanita itu beli untuk keduanya.
"Hanya masalah kecil tapi aku membutuhkan bantuan kakak."
Rico segera menceritakan tentang rumah mewah ini juga tentang siapa Deviana dan Pram. Ada jedah sebentar demi bisa menatap ke arah Dee yang memang memilih untuk kembali menyusuri segala penjuru rumah mendiang ke dua orang tuanya.
Ada rindu yang tak bisa dia jabarkan namun sungguh tersirat dalam tatapan matanya yang sendu.
"Dia menanggung semuanya bahkan rela menyamar hanya demi menyelamatkan nyawanya juga sang adik."
Vino menghela nafas, bertahun-tahun berkecimpung dalam dunia yang bisa dibilang tak selalu tentang hal baik membuatnya mengerti bagaimana perasaan orang-orang tersebut. Berasal dari keluarga yang tak beruntung kemudian bisa bergabung dengan kelompok yang membuatnya menemukan kehangatan keluarga yang sudah lama tak dirasakannya membuat kehidupannya lebih hangat.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membantumu??"
"Jaga rumah ini, aku sedang mengusahakan agar rumah ini kembali pada pemilik aslinya."
"Menurut ceritamu tadi bukankah kau sudah membelinya?"
"Iya, aku memang membelinya kak. Tapi semua itu bukan jaminan semua benar-benar aman. Aku bisa melihat bagaimana sifat paman Anggia. Bagi orang-orang tamak seperti dia tak akan ada kata puas. Apalagi saat mengetahui jika rumah ini sudah pindah kepemilikan. Dia akan tetap mencari cara lain untuk kembali mencari keuntungan. Aku hanya ingin melindungi semua aset yang berada disini."
Bukan hanya hal itu yang menjadi pertimbangan Rico sebenarnya, jika masalah jual beli rumah dia bisa mengandalkan hukum untuk mengurusnya. Akan tetapi niat awalnya yang hanya ingin ada orang-orang yang kompeten dan bisa dipercaya untuk menjaga rumah mewah tersebut sebelum keadaan Dee dan juga Adit benar-benar siap untuk menempatinya kembali.
Akan tetapi untuk saat ini niatnya sedikit berbelok dan juga lebih mengarah ke jenjang yang lebih jauh lagi. Setelah beberapa saat lalu, Dee menunjukkan sebuah surat wasiat peninggalan sang ayah yang masih tersimpan di tempat rahasia yang ada di ruang kerjanya.
Rico terus berbincang bersama Vino untuk mencari solusi dan juga memikirkan jalan yang akan mereka tempuh nantinya serta antisipasi andai semua tak sejalan dengan apa yang mereka rencanakan.
************
Di lantai atas, Dee masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ditatapnya setiap sudut kamar. Meski sudah setahun lebih dan semua foto foto yang dulu terpajang disana telah berganti begitu juga dengan cat temboknya, namun bayangan tentang masa lalu tetap membuat Dee menitikan air matanya.
"Ayah, mama, aku rindu kalian." lirihnya pelan.
Perlahan Dee mendekat ke arah lemari pakaiannya, membuka perlahan. Kosong, benda yang dulunya berisi penuh dengan baju baju dengan beberapa mode yang sedang hits pada masanya telah raib entah kemana. Entah benda benda kesayangannya itu telah dibuang atau telah berganti pemilik.
Di elunya ranjang dan juga meja belajarnya. Langkahnya kembali terayun menuju balkon. Di bukanya pintu kaca yang menjadi penghubung kamarnya dengan balkon. Dihirupnya udara dalam dalam sembari memejamkan mata. Mencoba untuk kembali tenggelam dalam kenangan masa lalu yang selalu dia rindukan.
*********
Roy benar-benar memboyong sang istri ke kota B. Bahkan kini keduanya tengah terlihat sedang bersiap untuk pergi.
"Yang, benar tak apa kamu ikut denganku?"
"Heum, aku mau ikut kemanapun kamu pergi." Jessi bergelanyut manja di lengan Roy dengan mengernyap ngernyap kan matanya lucu membuat Roy tergelak pelan.
"Aku bahagia mendengarnya, sayang. Hidupku tak akan kesepian lagi, malamku tak akan kedinginan lagi. I love you."
Roy memeluk sang istri erat, melabuhkan kecupan kecupan hangat du puncak kepala sang istri hingga menjalar ke seluruh wajah cantik itu.
Hingga tepat pukul 9 pagi, mobil yang keduanya tumpangi melaju meninggalkan kediaman Abraham.
astaga pantes aja Rico jadi trauma, disaat dia bner" mencintai seorang gadis tpi mlaah dikhiannati bahkan sampai berbadan dua
Segala hal