The Mission

Ata yang mendengar suara Nona Elena di balik tablet miliknya itu tidak bisa berkata kata, sebab dia sangat kaget dan juga sedih.

“Tuan Kecil apa Anda mendengar suara saya.” Ucap Nona Elena..

“Iya iya Nona saya mendengar, saya turut bersedih dan sangat prihatin mendengar berita ini.” Ucap Ata selanjutnya, Aja yang berada di dekat Ata pun tampak ikut menyimak pembicaraan dan ekspresi wajahnya pun juga tampak sedih dan berpikir pikir.

“Tuan saya tidak memaksa Tuan Tuan Kecil untuk datang menjenguk Kelly, karena saya sangat paham dengan kondisi saat ini. Namun saya hanya menyampaikan pesan dari Kelly saja, agar saya menghubungi Tuan Aja dan Tuan Ata... hiks... hiks....hiks..... huuuu....huuuuuuu huuuu.” suara Nona Elena lagi dan sambungan panggilan suara pun terputus sebab di seberang sana Nona Elena terus menangis sesenggukan.

“Ja, ayo kita lihat Kelly..” ucap Ata setelah panggilan suara dengan Nona Elena sudah terputus. Ata pun segera menutup lap top nya.

“Hmmm.. ayo.. kita naik sepeda karena Uncle Robert tidak boleh pergi pergi.” Ucap Aja dengan serius. Dua anak itu pun lalu berganti celana panjang dan memakai jaket dan membawa tas ransel yang berisi tablet mereka.

Kedua anak itu segera berjalan keluar dari kamar..

“Sial, ada Oma Lisbeth..” gumam Ata saat melihat Oma Lisbeth sedang duduk di sofa sambil sibuk dengan layar hand phone nya, tampak beliau sedang serius chatting an dengan grup grup media sosial nya.

“Ayo cepat jalan lewat pintu belakang.” Bisik lirih Aja sambil terus melangkah.

Namun tiba tiba..

“Kalian mau ke mana hmmm?” suara Oma Lisbeth.

Dua bocah itu pun menoleh ke arah Sang Oma, tampak Nyonya Lisbeth masih sibuk menunduk mengusap usap layar hand phone miliknya, tidak menoleh ke arah Aja dan Ata. Dia bertanya karena hanya mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki kedua bocah itu.

“Mau ke halaman belakang Oma, mau latihan dan belajar di sana. Bosan di dalam kamar saja.” Ucap Aja dan berharap Sang Oma tidak menoleh ke arah mereka berdua yang terus melangkah menuju ke pintu belakang.

“Hmmmm...” gumam Oma Lisbeth sambil terus mengusap usap layar hand phone miliknya tanpa menoleh ke arah Aja dan Ata. Dia tidak curiga karena suara langkah kaki Aja dan Ata memang ke pintu belakang. Bukan pintu samping atau pintu depan.

Aja dan Ata dengan cepat terus melangkah menuju ke pintu belakang. Mereka berdua pun segera membuka pintu belakang lalu menutup rapat rapat pintu itu.

Di halaman belakang itu lokasi tertutup, pagar tembok tinggi pembatas dengan lokasi tetangga, dan ada pagar tembok berlubang lubang ventilasi setinggi dua meter pembatas dengan taman samping.

Kedua bocah itu pun berancang ancang akan meloncat ke atas tembok berlubang lubang itu.. dan sesaat kemudian...

HUUUUUPPPPSSSS

Tubuh Aja kini sudah berada di atas tembok setinggi dua meter itu. Dan tidak lama kemudian tubuh Aja pun sudah meloncat turun dan kini dia sudah menginjakkan kaki di rumput di taman samping.

Ata bisa melihat tubuh saudara kembarnya itu di balik tembok berlubang lubang.

“Ayo Ta, cepat loncat, keburu pelayan atau Oma melihat.” Ucap Aja, lalu dia segera berlari menuju ke garasi mobil untuk mengambil sepeda nya.

Ata pun tidak membuang buang waktu, dia pun segera meloncat pagar tembok berlubang itu untuk menyusul saudara kembarnya.

Sesaat kemudian dua bocah itu pun sudah berada di atas sepeda, dan ...

WEEESSSSSS

Sepeda Aja pun meluncur menuju ke rumah sakit. Petugas pintu gerbang mau membukakan pagar karena mengira Aja dan Ata sudah mendapat izin dari Nyonya Lisbeth, mengingat tidak ada sopir yang mengantar dan juga sang pengawal dalam kondisi sedang isolasi mandiri. Petugas penjaga pintu gerbang tidak melihat kalau Aja dan Ata meloncat dari tembok pembatas halaman belakang dan taman samping.

Beberapa menit kemudian sepeda Aja sudah memasuki halaman rumah sakit. Kedua pun segera melangkah menuju ke ruang ICU lewat petunjuk arah yang ada di dalam rumah sakit itu.

Sesaat ada suara seorang laki laki memanggil mereka berdua

“Tuan Kecil Raja dan Asasta.. .”

Aja dan Ata pun menoleh ke arah suara yang memanggil mereka. Tampak seorang laki laki memakai pakaian putih putih, dia Dokter yang sudah kenal dengan Aja dan Ata.

“Tuan Tuan Kecil apa sedang melakukan kunjungan program?” tanya Dokter itu saat sudah berada di dekat Aja dan Ata.

“Bisa langsung ke ruang pimpinan rumah sakit Tuan. Jangan di sini tanpa pakaian pelindung Tuan.” Ucap Dokter itu lagi.

“Hmmm kami akan mengunjungi teman kami yang sedang masuk ruang ICU. Namanya Kellyandra Marjorrie ” Jawab Aja sambil menatap Dokter itu.

“Tuan ruang ICU untuk pasien terserang bakteri itu sangat bahaya hanya tim medis dengan alat pelindung yang boleh masuk.” Ucap Dokter itu lagi.

“Tolonglah agar kami bisa masuk, kami juga akan melihat perkembangan bakteri itu pada pasien, demi program.” Ucap Ata dengan nada serius.

“Hmmm okey.. okey... sebentar..” ucap Dokter itu lalu dia berjalan menuju ke bagian petugas ruang ICU.

Tidak lama kemudian Dokter itu datang kembali bersama Dokter yang menangani Kelly.

“Mari Tuan kami antar, tapi kita pakai alat pelindung dulu.” Ucap Dokter yang menangani Kelly. Mereka pun melangkah menuju ke ruang alat pelindung.

Sesaat kemudian mereka sudah memakai alat pelindung itu pun segera masuk ke ruang ICU tempat Kelly di rawat.

Tampak tubuh mungil Kelly dipasang beberapa alat medis. Beberapa bagian kulit putih Kelly sudah tampak gosong gosong menghitam dan mengerut. Kelly tampak tidak lagi menangis dia hanya diam saja karena memang diberi obat bius agar tidak menangis karena kesakitan.

Aja dan Ata yang melihat kondisi tubuh Kelly meneteskan air matanya.

“Dia terserang oleh bakteri yang sudah bermutasi, serangannya sangat ganas dan cepat.” Ucap Dokter yang menangani Kelly.

“Kita harus lakukan sesuatu. Jangan sampai Kelly menjadi korban seperti anjing besar di tempat parkir laboratorium. “ bisik Aja pada Ata.

“Tapi susah Ja, bakteri itu masih nempel di tubuh Kelly.. Kita harus membunuh bakteri itu tanpa membuat Kelly mati juga..” bisik Ata lirih juga.

...

“Karya Ini merupakan karya jalur kreatif. “