The Mission
Di salah satu ruang mayat di rumah sakit ternama di kota New York, terbujur kaku beberapa mayat dengan kondisi kering kerontang hingga tinggal tulang dan kulit saja. Kulit pun dalam kondisi mengering, sekali sentil saja akan hancur. Mereka itu adalah mayat para peneliti yang diserang oleh makhluk dari luar angkasa yang mereka teliti sebelumnya.
“Rahasiakan ini semua pada publik agar tidak membuat masyarakat dunia panik. Dan lakukan isolasi pada laboratorium dan rumah sakit ini dan lakukan pelacakan pada orang orang yang sudah terkontaminasi.” Perintah pemimpin WHO pada para pejabat rumah sakit.
Beberapa hari kemudian Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa mengundang para ahli dan pemilik perusahaan yang berkompeten di bidangnya , rangking atas dunia untuk mengadakan konferensi.
Sebuah mobil berhenti di depan gedung Perserikatan Bangsa Bangsa, di kota New York.
“Kalian berani tanpa Oma mendampingi hmm?” tanya seorang perempuan berusia sekitar enam puluh tahun yang duduk di jok kemudi menoleh ke arah samping.
“Berani Oma.” Ucap seorang anak laki laki berkaca mata berusia delapan tahun itu dengan mantap sambil menatap Sang Oma. Kaca mata yang dipakainya bukan kaca mata minus, plus atau silinder, tetapi kaca mata untuk mengendalikan kekuatan yang terpancar dari matanya.
“Lagian yang boleh masuk kan yang punya undangan Oma. Oma Lisbeth langsung pulang saja, nanti kalau sudah selesai kami kabari.” Ucap anak laki laki satunya yang duduk di jok belakang kemudi. Penampilan sama wajah pun serupa, mereka memang kembar. Raja dan Asasta nama mereka berdua. Nama lengkapnya Raja Avirodya Adiwangsa Jonathan dan Asasta Avirodya Radendra Jonathan, biasa dipanggil Aja dan Ata. Nama Raja dan Asasta diberikan pada mereka bukan asal begitu saja, akan tetapi nama mereka itu yang memberikan adalah seorang Raja di kerajaan Asasta yang kini telah bereinkarnasi pada tubuh mereka berdua. Satu dalam dua, dua dalam satu, itu lah mereka Raja dan Asasta.
“Okey, semoga sukses kalian berdua.” Ucap Sang Oma sambil mengulurkan tangannya. Kedua anak itu lalu mencium punggung tangan Sang Oma dengan santun.
Dua anak itu pun segera keluar dari mobil.
“Andai Papa dan Uncle Edwind mendapatkan visa kita tidak akan masuk ke gedung PBB ini untuk menghadiri konferensi dan mengikuti tender proyek maha besar ini.” Ucap Aja sambil terus melangkah memasuki halaman gedung PBB.
“Mega proyek Ja..” saut Ata sambil menepuk pundak Saudara kembarnya.
“Aku rasa, memang sudah ada skenario untuk mempersulit visa Papa dan Uncle Edwind. Agar perusahaan Papa tidak bisa ikut tender. Tapi mereka tidak tahu ada kita di sini yang bisa mewakili Vajo.” Ucap Ata selanjutnya yang terus berjalan di samping saudara kembarnya.
“Ha.. ha... ha... dan mereka lupa tidak mencantumkan syarat usia.” Ucap mereka berdua sambil tertawa dan terus melangkah menuju ke petugas penerima tamu.
Setelah menunjukkan undangan elektroniknya, kedua Bocah itu pun diantar oleh petugas menuju ke ruang konferensi.
Hanya mereka berdua yang datang tanpa pengawal karena mereka memang tidak suka didampingi oleh pengawal.
Para peserta kebanyakan memandang dua bocah itu dengan tatapan tidak suka dan meremehkan. Bahkan ada peserta yang telah protes pada panitia agar mengeluarkan dua bocah itu dari ruang pertemuan karena dianggap mengganggu dan tidak bisa memberi kontribusi pada acara. Akan tetapi panitia tidak bisa melakukan itu sebab dua bocah itu sudah lolos dalam uji kualifikasi dan memenuhi syarat sebagai peserta.
Acara konferensi pun dimulai. Aja dan Ata duduk dengan tenang memperhatikan ketua panitia menyampaikan maksud, tujuan dan susunan acara.
Sesaat kemudian Sekretaris jenderal PBB, maju ke atas mimbar.
“Saya mengundang anda semua karena permasalahan dunia yang semakin komplek. Bencana melanda di hampir semua negara. Kekeringan yang semakin parah, Panen gagal, kelaparan di negara negara, tidak hanya negara miskin negara maju pun juga mengalaminya, perang dan tingkat kriminalitas yang semakin tinggi di semua negara .”
“Dan selain masalah internal, dunia juga mendapat masalah eksternal. Serangan dari luar angkasa yang telah menelan korban jiwa.”
Semua tampak kaget, karena mereka belum tahu jika munculnya makhluk dari luar angkasa telah menelan korban jiwa. Sebab berita yang beredar hanya tersiar munculnya makluk luar angkasa di bumi. Kecuali Aja dan Ata yang tampak diam tenang tenang saja, bukannya mereka berdua diam karena tidak paham. Tapi sebaliknya mereka berdua telah mengerti.
“Bukan alien seperti yang digambarkan di film tetapi bakteri yang sangat berbahaya. Bakteri dari planet lain yang diambil untuk diteliti akan tetapi entah bagaimana bakteri itu semakin banyak dan menyerang para peneliti. Dan bakteri terus masuk ke bumi kita belum diketahui bagai mana mereka bisa terus masuk ke bumi kita.”
Sekjen PBB itu pun minta asistennya untuk memperlihatkan slide slide foto pada layar proyektor.
Sesaat tampak di layar proyektor foto yang memperlihatkan makhluk luar angkasa yang diabadikan oleh kamera mikroskop. Dan video yang memperlihatkan kumpulan bakteri menyerap air di satu buah semangka besar dan buah semangka itu menjadi kering keriput mengecil, bukan kering menjadi keripik buah ya...
“Satu bakteri itu ukuran nya mikron tetapi kumpulan mereka bagai spon yang bisa menyerap air, dan daya serap kapasitasnya bisa berliter liter air. Air apa pun bisa diserap dan ini semakin memperparah bencana kekeringan di dunia, air di tanaman pun bisa diserap, termasuk air yang ada di tubuh manusia atau daraah.” Ucap Sekretaris jenderal PBB.
“Lanjut.” Ucapnya lagi menyuruh sang asisten menampilkan slide selanjutnya.
“Itu mayat beberapa peneliti yang mati karena serangan bakteri itu. Tubuh mereka mengering.”
“Haaaaoooo..” suara para peserta bergemuruh di dalam gedung. Kebanyakan dari mereka menutup mulut dan mata melotot.
“Kita masih rahasiakan tentang kematiannya ini di hadapan publik, agar tidak membuat panik. Ada kemungkinan beberapa mayat mengering di Afrika tidak semata mata diakibatkan oleh bencana kekeringan namun juga diakibatkan oleh serangan bakteri makhluk luar angkasa sebab beberapa peneliti yang meninggal pernah berkunjung ke sana. Kemungkinan bakteri sudah menyebar di Afrika.”
“Itu paparan permasalahan dunia saat ini. Silakan semua peserta mempresentasikan program yang akan ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tadi terutama masalah ancaman dari luar. Program yang disetujui akan didanai oleh bank dunia. Selanjutnya waktu saya kembalikan pada ketua panitia.“
Waktu berlalu dan sesi presentasi program dari masing masing peserta pun dimulai. Semua memaparkan program terbaiknya.
Dan di malam hari giliran Aja dan Ata harus mempresentasikan program yang akan mereka tawarkan. Mereka berdua mendapat jadwal giliran yang terakhir.
“Lihat dua bocah itu mau ngapain? Dikira ini acara lomba pidato tingkat sekolah dasar.” Bisik salah satu peserta dengan nada meremehkan kemampuan dua bocah itu.
“Kamu tenang saja, aku sudah menyuruh panitia memberi jadwal pada mereka di malam hari, agar mereka sudah mengantuk ha... ha... ha... ha... dasar anak anak tidak tahu diri, pasti akan bicara ngelantur .” ucap Tuan Jack yang ingin memenangkan tender proyek maha besar ini.
“Aku pun sudah menyuruh salah satu panitia untuk mengacaukan presentasi mereka. Tunggu saja.” Ucapnya lagi sambil tersenyum licik.
"Karya ini merupakan karya jalur kreatif "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Rianti Dumai
tuan Jack sudah bebas dari penjara,,,!!!
2024-04-17
2
Nit_Nit
ihhh belum tahu kau siapa Aja dan Ata
2024-02-23
2