NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nyawa Terancam

Tanpa pikir panjang Pak Melki segera menyiapkan mobil dan melarikan Naya ke rumah sakit sedangkan Ibu Noni tidak bisa ikut serta karena harus menjaga cucunya. Sebelumnya ia membangunkan Iren dan Rara agar ikut ke rumah sakit menemani Naya.

Hari masih gelap karena waktu baru menunjukkan pukul 04.00 WIB ketika mereka tiba di rumah sakit. Beruntung sekali, Naya segera ditangani secara intensif.

Sementara itu Robin duduk di ruang tunggu dengan kepala tertunduk. Ia sangat menyesali perbuatannya. Dalam waktu satu malam saja ia sudah dua kali melakukan kesalahan yang sangat fatal.

Setelah dokter memeriksa keadaan Naya, tampak dokter itu geleng-geleng kepala karena tahu apa penyebab sehingga pasien mengalami pendarahan hingga pingsan.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Pak Melki dengan cemas.

"Dia perlu penanganan yang serius," sahut Dokter Budi.

Selang infus sudah terpasang pada lengan namun Naya belum sadar juga.

Dokter Budi keluar dan menanyakan apakah suami pasien ada di ruang tunggu dan Robin pun segera berdiri dan menghampiri sang dokter dengan perasaan yang tidak menentu.

"Saya perlu bicara empat mata dengan Anda," ucap dokter Budi lalu kembali ke ruangan tempat Naya berada.

Robin mengikuti dari belakang dengan dada berdebar-debar.

Tiba di ruang perawatan ia merasa iba melihat istrinya.

"Sebelum berbicara, mungkin Anda sudah tahu maksud saya sehubungan dengan keadaan istrimu. Dia seperti ini karena keegoisanmu. Untung dia cepat ditangani karena seandainya terlambat lima menit saja kemungkinan besar nyawanya sudah tidak bisa tertolong,"

Robin tertunduk dengan wajah memerah. Ia merasa sangat malu kepada dokter Budi yang tahu dengan persis apa yang telah terjadi dengan Naya, istrinya.

"Jika Anda mencintai dia, tolong jangan diulangi karena bisa berakibat fatal!" ucap dokter Budi lagi lalu keluar dari ruangan tersebut.

Dokter Budi sangat kesal dan marah melihat Naya yang diperlakukan seperti itu. Ia kenal baik dengan Naya karena pernah satu sekolah dulu di kampung ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Waktu itu dokter Budi sudah duduk di kelas tiga sedangkan Naya masih duduk di kelas satu. Diam-diam Budi sering mencuri pandang ke arah Naya. Ia sangat tertarik dengan penampilan Naya yang sangat sederhana dan juga gadis itu murah senyum.

Setelah tamat SMP ia melanjutkan pendidikan di kota dan tidak pernah lagi bertemu. Saat ini ia juga telah beristri dan memiliki anak satu.

Tak pernah disangka sebelumnya bisa bertemu dengan Naya di kota di mana ia ditempatkan untuk melaksanakan tugas setelah menyelesaikan pendidikannya.

Hanya beberapa menit saja berada di ruangannya kemudian berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah, kini ia kembali ke ruangan tempat Naya terbaring.

Ingin rasanya ia mencaci-maki suami Naya yang sok perhatian terhadap istrinya namun mengingat profesi dan jabatannya ia mencoba menguasai keadaan.

Di kamar itu juga sudah ada Rara dan Iren yang sedang menunggu pasien.

Tanpa permisi ia memeriksa keadaan Naya. Ia ingin melihat perkembangannya setelah diberi obat beberapa saat yang lalu melalui selang infus.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Robin dengan ragu-ragu.

"Sudah mendingan bila dibanding dengan keadaan sebelumnya, semoga obat yang saya berikan tadi cocok biar istri Anda lekas siuman," jawab Dokter Budi tanpa menoleh ke arah Robin.

Setelah itu ia menambahkan lagi satu jenis obat ke dalam selang infus lalu cepat-cepat keluar lagi karena ia tidak ingin berlama-lama satu ruangan dengan laki-laki yang menurutnya sangat biadab itu.

Beberapa saat kemudian Naya sudah mulai membuka matanya.

"Syukurlah, kamu udah siuman," ucap Robin dengan perasaan lega.

Naya melihat sekeliling dan sekarang ia tahu bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit.

Rara mengambil segelas air putih yang hangat dan membantu Naya untuk minum menggunakan sedotan plastik.

Naya hanya minum sedikit saja karena perasaannya kurang enak apalagi melihat suaminya yang sedang duduk di dekatnya dan seolah-olah sangat peduli kepadanya.

"Ayo, diminum lagi sedikit biar lekas sembuh!" ucap Robin membuat Naya semakin muak mendengarnya.

Rara dan Iren pamit pulang karena ibu sudah menelepon. Rupanya Ibu Noni kewalahan menjaga Rona sendirian.

Setelah mereka pergi, tinggallah Naya dan Robin yang berada di ruangan tersebut.

Robin mencoba untuk mengajak Naya berbicara tetapi untuk saat ini Naya benar-benar sedang marah dan tidak mau diajak bicara.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan hal ini sangat menolong Naya karena tidak mendengar lagi suara suaminya.

Naya memejamkan mata sementara Robin membuka pintu.

"Bagaimana keadaan pasien? Apakah dia sudah siuman?"

"Iya, Dok,"

"Syukurlah,"

Dokter Budi tersenyum lega lalu kembali ke ruangannya tanpa menghiraukan Robin lagi dan hal itu dirasakan oleh Robin.

Menjelang malam Naya tampak menggigil. Robin segera menghubungi perawat karena panik melihat istrinya.

Setelah diperiksa, perawat berkesimpulan bahwa demam yang dirasakan oleh Naya akibat dari ASI yang tertahan.

Naya sangat sedih mengingat Rona yang harus disapih karena tidak mungkin ia terus menyusui anaknya dalam keadaan seperti itu.

Di rumah juga Ibu Noni dan kedua anak gadisnya saling bergantian menggendong Rona dan berusaha untuk menenangkan bayi itu dari tangisnya yang nyaris tidak berhenti walaupun sudah diberikan susu formula. Sepertinya kontak bathin dengan ibunya membuat bayi tersebut tidak dapat tenang.

Selama Naya dirawat di rumah sakit, Rara dan Iren secara bergantian datang untuk menemani kakaknya.

Setelah hari ketiga kondisi Naya sudah mulai membaik namun ia tidak pernah mengeluarkan suara.

Ia sudah bosan mendengar permintaan maaf dari suaminya yang berulang kali diucapkan, bahkan ia sempat berpikir untuk menghubungi kedua orang tuanya agar datang menjemputnya setelah keluar dari ruangan sakit karena ada rasa takut untuk pulang ke rumah mertuanya. Perlakuan Robin tempo hari membuatnya trauma.

Sebelum keluar dari rumah sakit ia sempat mendengar dokter Budi sedang menasihati Robin. Waktu itu Naya berpura-pura tidur dengan nyenyak.

Robin telah berjanji untuk tidak mengulangi lagi setelah mendengar nasihat yang disampaikan oleh dokter Budi, apalagi setelah dijelaskan tentang risiko yang bisa saja merenggut nyawa.

Ingin sekali Naya mengucapkan terima kasih kepada dokter Budi namun ia hanya bisa menyampaikan lewat ekspresi wajahnya. Ia tidak mau Robin cemburu dan marah jika tiba-tiba saja dirinya berbicara karena selama ini ia berdiam diri saja dan hanya merespon pertanyaan, baik dari suaminya maupun dari dokter dan perawat dengan anggukan dan gelengan kepala.

Naya tidak mengenali dokter Budi lagi dan dokter juga tidak mau memperkenalkan dirinya bahwa mereka adalah teman lama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!