Setiap pria pasti ingin menikah dengan wanita sholeha. Tapi apa jadinya jika keadaan memaksa untuk menikahi gadis tengil yang menyebalkan? Seperti itulah yang dialami Saga Dirgantara, mimpinya untuk menikahi sang kekasih kandas karena wanita itu memilih untuk menikah dengan pria lain. Disaat hatinya hancur dan kariernya jatuh, terpaksa dia menikah dengan Anna, si gadis tengil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANTAN
Ballroom hotel mewah itu terlihat begitu indah dengan hiasan bunga berwarna putih dan pink. Saga sangat tahu, kesukaan Rania adalah warna putih. Sangat sesuai dengan pribadinya yang lembut dan baik hati.
Meski maju menyakitkan, tapi mundur juga tak mungkin. Rasanya terlalu memalukan jika dia tiba tiba membuat alasan agar bisa pergi dari tempat itu.
Saga melangkah masuk dengan tangan Anna yang senantiasa menggandeng lengannya. Mungkin karena paksaan orang tuanya, Anna jadi begitu manis malam ini. Tak tampak seperti gadis tengil yang selalu membuatnya kesal.
Dari kejauhan, mata Saga menatap Rania yang berdiri dipelaminan dengan gaun berwarna putih. Senyum tampak menghiasi bibirnya. Begitu pula dengan sang mempelai pria yang tampak sangat bahagia. Ya, pria mana yang tak bahagia jika berhasil mempersunting wanita seistimewa Rania.
Kenapa bukan aku yang berdiri disana bersamamu Ran
Saga menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Ini terlalu menyakitkan baginya. Sampai detik ini, cintanya masih tetap sama seperti dulu, tak berkurang sedikitpun meski sadar jika Rania sudah menjadi istri sah pria lain.
"Kita beri selamat dulu pada pengantin," ajak Jeremi.
"Anna gak usah ikut ya Pah. Anna lapar, mau makan."
Jeremi seketika menatap tajam Anna. Dia tahu anak gadisnya itu hanya beralasan. Mungkin dia malu bertemu dengan Pak Kyai dan keluarganya karena dulu sudah kabur dari pesantren.
"Iya, iya, kita beri selamat." Anna menghela nafas. Tahu jika papanya itu sedang marah saat ini, jadi mending nurut aja.
Jeremi dan Luisa jalan didepan, sementara Saga dan Anna mengikut dibelakang mereka.
Rania yang sedang menyalami tamu, tak sengaja melihat Saga yang berjalan menuju arahnya. Jantungnya berdegup kencang, antara sedih dan gugup. Dia terpaku melihat gadis cantik menggendeng mesra lengan Saga. Sampai sampai, dia membiarkan seorang tamu yang mengulurkan tangan, hendak mengucapkan selamat.
Hanafi menyenggol pelan lengan Rania, menyadarkan istrinya itu jika seseorang dihadapannya tengah menunggu uluran tangannya.
"Ma, maaf." Rania merasa bersalah dan segera menjabat tangan wanita dihadapannya.
"Ada apa, kamu lelah?" tanya Hanafi yang melihat wajah pucat istrinya.
"Sedikit," jawab Rania ragu ragu.
Ya, dia lelah. Jangtungnya berdetak sangat cepat seperti habis lari maraton hanya karena jarak Saga dan dirinya yang makin dekat.
Anna menutup mulutnya yang menganga begitu sadar jika mempelai wanita adalah mantan pacar Saga. Wanita yang hari itu memergokinya pelukan didalam mobil dengan Saga.
"Bukannya dia mantan kamu?" Anna berbisik didekat telinga Saga sambil menatap Rania.
Rania menundukkan pandangan saat melihat interaksi yang begitu dekat antara Saga dan wanita yang menggandenganya. Tak bisa dipungkiri, dia masih merasa sakit meski tak patut. Sebagai wanita yang sudah sah menjadi istri orang, tak seharusnya dia masih menyimpan rasa untuk Saga.
Saga diam saja, tak menjawab pertanyaan Anna, membuat gadis itu mendengus sebal karena merasa diabaikan. Tapi melihat ekspresi Saga, dia sangat yakin jika sang mempelai wanita memang mantan Saga, wanita yang dulu bertemu dengannya didepan cafe, tidak salah lagi.
Anna melepaskan lengan saga, membuka tas slempang, lalu mengambil tisu dari sana.
"Kali aja butuh ini." Ujarnya sambil meletakkan tisu ditelapak tangan Saga secara diam diam. Dia bisa melihat dari tatapan mata Saga, jika pria itu masih menyimpan cinta yang begitu dalam untuk sang mantan.
Saga menatap Anna tajam, tapi yang ditatap malah cekikikan. Seolah sedang mengejeknya.
"Sabar, nanti aku bantu panas panasin mantan." Kembali Anna berbisik ditelinga Saga. Entah apa yang ada diotak gadis itu. Semoga saja bukan yang aneh aneh.
Begitu sampai didepan Kyai Yusuf, Jeremi segera mencium tangan gurunya tersebut. Tak lupa mengucapkan selamat atas pernikahan Hanafi.
"Terimakasih atas kehadirannya." Ujar kyai Yusuf sambil menepuk pelan lengan Pak Jeremi.
"Dulu kita pernah berencana untuk menjodohkan Hanafi dengan Anna, tapi ternyata mereka punya jodoh pilihan masing masing." Ujar Jeremi dan langsung disambut tawa oleh Pak Kyai, Bu Nyai serta Luisa. Sedangkan Anna, dia langsung mencebikkan bibirnya.
Jodoh pilihan masing masing, yang bener papa yang milihin jodoh.
Hanafi yang berdiri disebelah uminya tersenyum mendengar ucapan Jeremi. Dalam hati bersyukur karena tak jadi dijodohkan dengan Anna.
"Ngomong ngomong, siapa dia?" Pak Kyai menatap kearah Saga.
Saga melepaskan tangan Anna yang berada dilengannya lalu salim pada Pak Kyai.
"Calon mantu saya, namanya Saga."
Lutut Rania terasa lemas mendengar itu. Dia meremat gaun pengantin sambil membuang pandangan kearah lain. Berusaha menahan perasaan sakit yang tak seharusnya.
Anna meraih tangan Bu Nyai lalu menciumnya. Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menyentuh rambut panjang Anna.
"Mana hijabnya?"
Anna hanya nyengir mendengar pertanyaan itu. Dulu saat diajak papanya kepesantren dan saat dia mondok, memang berhijab, tentu saja karena terpaksa.
Luisa ikut menunduk malu. Sejak kemarin dia sudah memaksa Anna mengenakan hijab, tapi anak gadisnya itu kekeh menolak. Sedangkan Luisa, dia hanya berhijab saat keluar rumah saja.
Anna hendak menyalami Hanafi, tapi pria itu sigab menarik tangannya. "Dasar gadis tengil."
Anna terkekeh mendengar ledekan itu. Sejak SD dia memang sudah kenal dengan Hanafi, karena sering diajak main ke pondok oleh papanya.
"Laku juga, kirain gak bakalan ada yang mau denganmu." Canda Hanafi sambil memperhatikan Anna dan Saga bergantian.
Anna menatap Rania yang sejak tadi menunduk, dia yakin wanita itu tengah gugup saat ini.
Saga memaksakan diri tersenyum saat menyalami Hanafi.
"Selamat." Ujarnya meski tak tulus, hanya pemanis bibir saja.
"Terimaksih." Hanafi tiba tiba memeluknya, membuat Saga merasa canggung.
Anna menyalami Rania sambil mengucapkan selamat. Rania baru ingat, jika dia adalah gadis yang dulu dia pergoki pelukan dengan Saga didalam mobil. Muncul pertanyaan dibenaknya, mungkinkah jika dulu Saga memang selingkuh dengan gadis ini?
"Kak Anaf, gimana calon suamiku, tampan kan? Bahkan lebih tampan dari kakak." Pamer Anna sambil bergelayut mesra dilengan Saga, membuat pria itu seketika menatap Rania canggung.
"Bener gak Kak Rania?"
Rania seketika gelagapan mendengar pertanyaan Anna. Disaat hatinya sedang gundah gulana, dia sama sekali tak siap menerima pertanyaan itu. Tak tahu harus menjawab apa, dia hanya menanggapi dengan senyum.
"Menurut Kak Rania, jelas Kak Anaf yang paling ganteng. Iya gak sayang?" Hanafi meraih tangan Rania, menggenggam lalu menciumnya, membuat hati Saga bagai dicabik cabik. Anna melirik Saga, dia merasa kasihan dengan calon suaminya itu.
"Tapi kalau menurutku, Kak Saga yang paling segalanya." Anna menyandarkan kepalanya dibahu Saga. "Selain tampan, dia baik, pekerja keras, penyayang dan tipe cowok setia. Padahal Anna baru kenal belum ada 2 minggu, tapi udah sangat jatuh cinta padanya." Sengaja Anna memuji muji Saga, ingin membuat Rania menyesal karena telah meninggalkan Saga.
Mendengar itu, Rania reflek melepaskan tangan Hanafi. Dia merasa bersalah karena sempat mengira Saga selingkuh.
"Jangan jangan kamunya doang yang cinta, dianya enggak," cibir Hanafi.
"Saya juga sangat mencintai Anna." Saga menatap Anna mesra. Seperti ingin membalas dendam, dia mencium tangan Anna didepan Rania dan Hanafi. Meski rasa cintanya masih dalam untuk Rania, tapi perasaan marah karena dicampakkan itu jelas ada.
"So sweet banget sih calon suami aku." Anna pura pura tersipu malu malu.
"Minggu depan kami akan menikah, kami harap kalian bisa datang." Undangan dari Saga langsung disambut dengan anggukan oleh Hanafi.
"Akan kami usahakan." Sahutnya sambil menoleh kearah Rania.
Melihat antrian panjang yang menunggu giliran memberi selamat, Anna dan Saga segera turun dari pelaminan.
saga yg kalem dapet anna yg bar bar,,hari2mu pasti akan lebih berwarna🤣